16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Manajemen  keuangan  memiliki  arti  penting  di  semua  jenis  bisnis, termasuk  perbankan  dan  institusi-institusi  keuangan  lainnya,  sekaligus  juga
perusahaan-perusahaan  industri  dan  ritel.  Manajemen  keuangan  juga  penting pula artinya di dalam operasi-operasi pemerintahan, mulai dari sekolah sampai
rumah sakit hingga departeman jalan raya Brigham dan Houston, 2009:7.
Manajemen  Keuangan  financial  management  yaitu  berkaitan  dengan
perolehan  aset,  pendanaan,  dan  manajemen  aset  dengan  disadari  beberapa tujuan umum Horne dan Warchowicz, 2012:2.
Menurut  James  C.  van  Horne  manajemen  keuangan  adalah  segala aktivitas  yang  berhubungan  dengan  perolehan,  pendanaan,  dan  pengelolahan
aktiva  dengan  beberapa  tujuan  menyeluruh.  Sedangkan  menurut  Brigham mengatakan  manajemen keuangan adalah seni art dan  ilmu science, untuk
me-menage  uang,  yang  meliputi  proses,  dan  instrument  yang  terlibat  dengan masalah  transfer  uang  di  antara  individu,  bisnis,  dan  pemerintah  Kasmir,
2010:5-7. Manajemen keuangan yaitu menyangkut kegiatan perencanaan, analisis,
dan pengendalian kegiatan keuangan Husnan dan Pudjiastuti, 2002:4. Jadi  dapat  disimpulkan  bahwa,  manajemen  keuangan  adalah  aktivitas
yang berkaitan erat dalam mengelola keuangan yang meliputi proses perolehan, pengelolaan  dan  pengalokasian  dana  yang  tersedia  secara  efektif  dan  efisien,
17
serta  harus  mampu  memilih  dana  yang  ada  untuk  selanjutnya  akan  dibagikan kepada para pemegang saham atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan.
1.  Struktur Modal Struktur  modal  adalah  bauran  proporsi  pendanaan  permanen
jangka  panjang  perusahaan  yang  ditunjukkan  oleh  hutang,  ekuitas  saham preferen, dan saham biasa Horne dan Wachowicz, 1998:474.
Keown,  et.al.  2000:542,  mengatakan  bahwa  struktur  modal adalah  paduan  sumber  dana  jangka  panjang  yang  digunakan  oleh
perusahaan.  Sedangkan  menurut  Brigham  dan  Houston  2001:5,  struktur modal  adalah  bauran  dari  utang,  saham  preferen,  dan  saham  biasa  yang
direncanakan perusahaan untuk menambah modal. Menurut  Rodoni  dan  Ali  2010:137-138,  mengatakan  bahwa
struktur modal adalah proporsi dalam  menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi
atau  panduan  sumber  yang  berasal  dari  dana  jangka  panjang  yang  terdiri dari  dua  sumber  utama,  yakni  yang  berasal  dari  dalam  dan  luar
perusahaan. Struktur  modal  adalah  kombinasi  atau  perimbangan  antara  utang
dan  modal  sendiri  saham  preferen  dan  saham  biasa  yang  digunakan perusahaan  untuk  merencanakan  mendapatkan  modal  Ambarwati,
2010:1. Kodrat  dan  Christian  2009:107,  mengatakan  bahwa  struktur
modal  perusahaan  adalah  kombinasi  dari  saham-saham  yang  berbeda
18
saham biasa dan saham preferen atau bauran seluruh sumber pendanaan jangka panjang ekuitas dan utang yang digunakan perusahaan.
Berdasarkan  pernyataan  yang  telah  dikemukakan  di  atas,  maka dapat  disimpulkan  bahwa  struktur  modal  merupakan  sumber  pendanaan
perusahaan jangka panjang untuk membiayai seluruh aktivitas perusahaan yang berasal dari hutang maupun modal sendiri.
Sebuah  perusahaan  untuk  mempertahankan  kelangsungan  hidup pastinya  memerlukan  sumber  daya  keuangan  atau  biasa  disebut  dengan
modal. Modal perusahaan ada yang berupa modal asing dan modal sendiri. Modal  asing  merupakan  modal  yang  didapat  bukan  dari  pemilik
perusahaan. Modal  asing,  yaitu terdiri dari  hutang  jangka pendek,  hutang jangka  menengah,  dan  hutang  jangka  panjang.  Modal  sendiri  merupakan
modal  yang  berasal  dari  pemilik  perusahaan.  Modal  sendiri,  yaitu  terdiri dari modal saham, cadangan, dan laba ditahan.
Modal  dapat  dibagi  menjadi  dua  bagian,  yaitu  modal  internal  dan eksternal.  Modal  internal  yaitu  modal  yang  bersumber  dari  dalam
perusahaan seperti, laba ditahan dan cadangan, sedangkan modal eksternal yaitu  modal  yang  bersumber  dari  luar  perusahaan  seperti,  saham  dan
pinjamanhutang.  Sebuah  perusahaan  yang  sedang  berkembang  biasanya memerlukan modal yang dapat berasal dari utang maupun ekuitas.
Menurut  Keown  et.al.  2000:542,  tujuan  manajemen  struktur modal  adalah  memadukan  sumber  dana  permanen  yang  digunakan
perusahaan  dengan  cara  yang  akan  memaksimumkan  harga  saham perusahaan.  Sebaliknya,  tujuan  ini  bisa  dipandang  sebagai  pencarian
19
terhadap  paduan  dana  yang  akan  meminimumkan  campuran  biaya  modal perusahaan. Sehingga paduan sumber dana  yang tepat ini disebut sebagai
struktur modal optimal. Struktur modal optimal adalah struktur modal yang meminimalkan
biaya  modal  perusahaan  sehingga  memaksimalkan  nilai  perusahaan Horne dan Wachowicz, 1998:478.
Menurut  Brigham  dan  Houston  2001:45,  struktur  modal  yang optimal  adalah  kombinasi  dari  utang  dan  ekuitas  yang  memaksimumkan
harga saham perusahaan. Struktur  modal  yang  optimal  bagi  perusahaan  akan  menghasilkan
kondisi  keuangan  perusahaan  yang  sehat,  sehingga  kedepannya  dapat memperoleh laba perusahaan yang lebih besar.
Brigham  dan  Houston  2001:39-41,  menyatakan  bahwa  faktor- faktor  yang  mempengaruhi  keputusan  struktur  modal  perusahaan  adalah
stabilitas penjualan,
struktur aktiva,
leverage operasi,
tingkat pertumbuhan,  profitabilitas,  pajak,  pengendalian,  sikap  manajemen,  sikap
pemberi  pinjaman  dan  lembaga  penilai  peringkat,  kondisi  pasar,  kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan.
Terdapat  teori-teori  mengenai  struktur  modal,  yaitu  sebagai berikut:
a.  Teori struktur modal tradisional 1  Pendekatan Laba Operasi Bersih
Satu pendekatan terhadap penilaian laba perusahaan dikenal seagai  pendekatan  laba  operasi  bersih  Net  Operating  Income,
20
NOI.  Pendekatan  laba  operasi  bersih  terhadap  struktur  modal yaitu, teori struktur modal dimana rata-rata tertimbang biaya modal
dan  nilai  toal  perusahaan  bersifat  konstan  walaupun  pengungkit keuangan  berubah.  Melalui  pendekatan  ini,  laba  operasi  bersih
didiskonto  pada  tingkat  kapitalisasi  total  perusahaan  untuk memperoleh  nilai  total  pasar  perusahaan.  Nilai  pasar  pinjaman
kemudian  dikurangi  dari  nilai  total  pasar  untuk  memperoleh  nilai pasar  biasa.  Penggunaan  pendekatan  ini  mengakibatkan  tingkat
kapitalisasi  total  serta  biaya  pinjaman  tetap  sama  walupun digunakan  pengungkit  keuangan.  sejauh  ini,  pembahasan
laaoperasi  bersih  hanya dilakukan dalam  batasan definisi. Namun, pembahasan  memiliki  kekurangan  dalam  menjelaskan  perilaku
penting  yang dimiliki  laba operasi  bersih Horne  dan  Wachowicz, 98:475-476.
2  Pendekatan Tradisional Mereka yang menganut pendekatan tradisional berpendapat
bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan  atau  biaya  modal  perusahaan  bisa  dirubah  dengan
cara  merubah  struktur  modalnya.  Pendapat  ini  dominan  sampai dengan awal tahun 1950an Husnan dan Pudjiastuti, 2002:296.
Pendekatan  tradisional  terhadap  struktur  dan  penilaian modal  mengasumsikan  adanya  struktur  modal  optimal  dan
manajemen  dapat  meningkatkan  nilai  total  perusahaan  melalui penggunaan  pengungkit  keuangan  Horne  dan  Wachowicz,
21
1998:477.  Dengan  kata  lain,  struktur  modal  memiliki  pengaruh terhadap nilai perusahaan.
b.  Teori struktur modal modern 1  The Modigliani-Miller Model
Teori mengenai struktur modal modern bermula pada tahun 1958,  ketika  Profesor  Franco  Modigliani  dan  Profesor  Merton
Miller,  mempublikasikan  apa  yang  disebut  sebagai  artikel keuangan  yang  paling  berpengaruh  yang  pernah  ditulis.
Berdasarkan  serangkaian  asumsi  yang  sangat  membatasi, Modigliani-Miller  membuktikan  bahwa  nilai  suatu  perusahaan
tidak  dipengaruhi  oleh  struktur  modalnya.  Dengan  perkataan  lain, hasil-hasil  Modigliani-Miller  menyatakan  bahwa  tidak  menjadi
masalah  bagaimana  perusahaan  membiayai  operasinya,  jadi struktur  modal  tidak  relevan.  Tapi  studi  Modigliani-Miller
didasarkan  pada  sejumlah  asumsi  yang  tidak  realistis,  antara  lain Brigham dan Houston, 2001:30-31:
a  Tidak ada biaya broker pialang. b Tidak ada pajak.
c  Tidak ada biaya kebangkrutan. d Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang
sama dengan perseroan. e  Semua  investor  mempunyai  informasi  yang  sama  seperti
manajemen  mengenai  peluang  investasi  perusahaan  di  masa mendatang.
22
f  EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang. Rodoni  dan  Ali  2010:138-139,  menjelaskan  tentang  teori
Modigliani-Miller,  yaitu  struktur  modal  yang  menggunakan  dana dari  utang  tidak  mempunyai  pengaruh  apapun  terhadap  nilai
perusahaan.  Namun  bila  mulai  dipertimbangkan  faktor  pajak, penggunaan  utang  akan  selalu  lebih  menguntungkan  dan  dapat
meningkatkan  nilai  perusahaan,  dengan  asumsi  bahwa  yang dipergunakan  dalam  model  ini  adalah:  Pertama,  tidak  ada  biaya
kebangkrutan.  Kedua,  tidak  ada  biaya  transaksi.  Ketiga,  bunga pinjaman  dan  simpanan  besarnya  sama  bagi  perorangan  ataupun
perusahaan. Teori  Modigliani-Miller  terbagi  menjadi  2  kondisi,  yaitu
Brigham dan Houston, 2001: a  Tanpa pajak
Dengan  mengasumsikan  bahwa  tidak  ada  pajak  perusahaan maupun  pajak  serta  dengan  mendasarkan  asumsi  yang  telah
disebutkan  sebelumnya,  Modigliani-Miller menggunakan
preposisi sebagai berikut: 1 Preposisi I Modigliani dan Miller menjelaskan bahwa tidak
ada pengaruh financial leverage terhadap nilai perusahaan. Menurut  teori  Modigliani-Miller  I,  perubahan  struktur
modal  tidak  mempengaruhi  nilai  perusahaan  atau  dengan kata  lain  tidak  ada  struktur  modal  yang  optimal  bagi
perusahaan.
23
2 Preposisi  Modigliani-Miller  II  yang  menyatakan  bahwa nilai  pengharapan  expected  value  tingkat  pengembalian
hasil  terhadap  modalReturn  on  Equity  ROE  bertambah seiring  dengan  meningkatnya  rasio  utang  terhadap
modaldebt  to  equty  DER.  Kenaikan  ekspektasi  ROE  ini didorong  oleh  adanya  peningkatan  risiko  keuangan  yang
akan  ditanggung  investor  perusahaan  akibat  bertambahnya utang  DER,  sehingga  apabila  financial  leverage  naik
maka  biaya  modalekuitas  secara  linier  juga  naik,  karena pemegang  saham  dihadapkan  pada  risiko  yang  semakin
besar. b Dengan pajak perusahaan
1 Preposisi  I  menyatakan  bahwa  nilai  perusahaan  yang memiliki  utang  akan  lebih  besar  daripada  nilai  perusahaan
tanpa utang. Nilai perusahaan akan memiliki utang tersebut sama dengan nilai perusahaan tanpa utang ditambah dengan
penghematan pajak. Teori Modigliani-Miller Preposisi I ini mengalami  perubahan  dengan  dimasukkannya  unsur  pajak
oleh Miller.
Modigliani-Miller mengakui
bahwa peningkatan  jumlah  utang  berpengaruh  positif  terhadap
nilai perusahaan. 2 Preposisi  II  menyatakan  bahwa  biaya  ekuitas  pada
perusahaan yang memiliki utang sama dengan biaya ekuitas perusahaan tanpa utang ditambah dengan premi risiko.
24
Jadi  teori  Modigliani-Miller  dengan  pajak  perusahaan menyatakan  bahwa  nilai  perusahaan  akan  meningkat  sejalan
dengan meningkatnya penggunaan utang. Biaya bunga utang dapat mengurangi  pajak  sehingga  makin  besar  porsi  pendapatan
perusahaan yang menjadi bagian investor. 2  Pecking Order Theory
Teori  ini  ditemukan  oleh  Gordon  Donaldson  pada  tahun 1961,  kemudian  selanjutnya  diperluas  oleh  Myers.  Dalam
artikelnya  Myers  dengan  ringkas  mengikhtisarkan  teori  pecking order yaitu Husnan dan Pudjiastuti, 2002:311:
a  Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal. b Perusahaan  akan  berusaha  menyesuaikan  rasio  pembagian
dividen  dengan  kesempatan  investasi  yang  dihadapi,  dan berupaya  untuk  tidak  melakukan  perubahan  pembayaran
dividen yang terlalu besar. c  Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba
yang  diperoleh  mangakibatkan  dana  internal  kadang-kadang berlebih ataupun kurang untuk investasi.
d Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan  sekuritas  yang  paling  aman  terlebih  dahulu.
Penerbitan  sekuritas  akan  dimulai  dari  penerbitan  obligasi, kemudian  obligasi  yang  dapat  dikonversikan  menjadi  modal
sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru.
25
Sesuai  dengan  teori  ini,  tidak  ada  target  rasio  hutang, karena  ada  dua  jenis  modal  sendiriyang  preferensinya  berbeda.
Yaitu  laba  ditahan  dipilih  lebih  dahulu  dan  penerbitan  saham baru  dipilih  paling  akhir.  Rasio  hutang  setiap  perusahaan  akan
dipengaruhi  oleh  kebutuhan  dana  untuk  investasi  Husnan  dan Pudjiastuti:2002.
3  Agency Cost Theory Jensen  dan  Meckling  1976  adalah  orang  pertama  yang
memasukkan  unsur  manusia  dalam  model  yang  terpadu  tentang perilaku  perusahaan.  Paper  mengenai  teori  keagenan  pada
manajemen  keuangan  menunjukkan  hubungan  keagenan  atau agencu  relationship,  muncul  ketika  satu  atau  lebih  individu
majikan  menguji  individu  lain  agen  atau  karyawan  untuk bertindak  atas  namanya,  mendelegasikan  kekuasaan  untuk
membuat  keputusan  kepada  agen  atau  karyawannya.  Dalam konteks  manajemen  keuangan  hubungan  ini  muncul  antara:  1
pemegang  saham  shareholders  dengan  para  manjer,  dan  2 shareholders dengan kreditor bondholder atau pemegang obligasi
Sukardi dan Christian, 2009:14. 4  Trade Of Theory
Model  ini  dikembangkan  oleh  Baxter  1967,  Kraus  and Litzenberger  1973  dan  Karo  2002,  yang  mencoba  menguji
pendapat  Modigliani-Miller  dengan  menghubungkan  asumsi- asumsi  Modigliani-Miller  dengan  biaya  kebangkrutan  yang  mana
26
hal  itu  dapat  meningkat  sebanding  dengan  leverage  yang digunakan yaitu Ambarwati, 2010:49-50:
a  Pada  tingkat  leverage  rendah,  manfaat  penghematan  pajak akibat  penggunaan  hutang  dapat  melebihi  biaya  kebangkrutan
perusahaan. b Pada  tingkat  leverage  tinggi,  biaya  kebangkrutan  justru  bisa
melebihi manfaat penghematan pajak akibat penggunaan utang tersebut.
c  Semakin  besar  penggunaan  hutang,  maka  semakin  besar  pula keuntungan  akibat  hutang  tersebut  namun  PV  biaya  financial
distress dan agency juga besar bahkan lebih besar. Teori  yang  dikenal  dengan  Trade  off  model,  mengatakan
bahwa  bila  perusahaan  mnggunakan  leverage  maka  perusahaan akan  memperoleh  kauntungan  berupa  penghematan  pajak  tax
shield.  Namun  disisi  lain  harus  pula  diperhitungkan  biaya  yang akan ditimbulkan dari penggunaan  leverage tersebut, seperti  biaya
kebangkrutan  dan  biaya  keagenan  Keown,  et.al.,  2005  dalam Rodoni dan Ali, 2010:139.
Jadi disebut model trade off karena struktur modal optimum terjadi  jika  terdapat  keseimbangan  antara  biaya  financial  distress
dan  agency  problem  dan  manfaat  atas  penggunaan  leverage  atau hutang Ambarwati, 2010:50.
27
5  Teori Pengisyaratan Symmetric  information  yaitu  situasi  di  mana  investor  dan
manajer  memiliki  informasi  yang  sama  mengenai  prospek perusahaan. Akan tetapi, dalam kenyataannya manajer mempunyai
yang lebih baik daripada investor luar. Hal ini disebut asymmetric information dan ini sangat berpegaruh terhadap keputusan struktur
modal yang optimal. Asymmetric information merupakan situasi di mana  manajer  memiliki  informasi  yang  berbeda  yang  lebih  baik
mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki oleh investor, Brigham dan Houston, 2001:35.
Hampir  serupa  dengan  yang  dijelaskan  oleh  Sukardi  dan Christian  2009:16,  mengenai  asymmetric  information  adalah
kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada  pihak  lain.  Misalnya,  pihak  manajemen  perusahaan
memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor  di  pasar  modal.  Tingkat  asymmetric  information  ini
bervariasi  dari  sangat  tinggi  ke  sangat  rendah.  Asymmetric information  memberikan  efek  yang  nyata  pada  keputusan
keuangan maupun pasar financial. Dalam  teori  asymmetric  information  diterangkan  bahwa
dalam  pasar  selalu  ditemukan  informasi  yang  tidak  sama  bagi pihak-pihak  yang  berbeda,  sehingga  dapat  dikatakan  informasi
yang  didapat  tidak  sempurna.  Penambahan  hutang  baru,  misalnya memberikan  informasi  bahwa  perusahaan  dapat  dipercaya  oleh
28
pihak peminjam, sedangkan penerbitan saham baru dapat dianggap bahwa
perusahaan sedang
dalam kesulitan
dalam hal
pendanaannya.  Beberapa  pengujian  membuktikan  bahwa  harga saham  berpengaruh  positif  terhadap  penambahan  hutang  dan
berpengaruh  negatif  terhadap  penerbitan  saham  baru  Rodoni  dan Ali, 2010:139.
Perlu  diingat  bahwa  tujuan  manajemen  keuangan  adalah memaksimumkan  motivasi  untuk  menyampaikan  informasi  yang
baik  mengenai  perusahaannya  ke  publik  secepat  mungkin, misalnya  melalui  jumpa  pers.  Namun,  pihak  di  luar  perusahaan
tidak  tahu  kebenaran  dari  informasi  yang  disampaikan  tersebut. Jika  manajer  dapat  memberikan  sinyal  yang  meyakinkan,  maka
publik  akan  terkesan  dan  hal  ini  akan  terefleksi  pada  harga sekuritas.pembayaran  dividen  merupakan  contoh  klasik  mengenai
penyampaian informasi malalui pengisyaratan signaling, Sukardi dan Christian, 2009:17.
Isyarat  signal  adalah  suatu  tindakan  yang  diambil manajemen  perusahaan  yang  memberi  petunjuk  bagi  investor
tentang  bagaimana  manajemen  memandang  prospek  perusahaan, Brigham dan Houston, 2001:36.
Jika  manajemen  mengumumkan kenaikan  yang  nyata pada jumlah  dividen  per  lembar  saham  yang  dibagikan,  investor  akan
menangkap ini sabagai sinyal bahwa kondisi keuangan perusahaan prospek penghasilan saat ini dan di masa mendatang relatif baik.
29
Sebaliknya,  jika  investor  mengharapkan  suatu  pembagian  dividen namun  manajemen  memutuskan  tidak  membagi  dividen,  manajer
sedang mengirimkan sinyal negatif. Jadi, dapat disimpulkan karena adanya  kondisi  asymmertic  information,  pemberian  sinyal  kepada
investor  atau  publik  melalui  keputusan-keputusan  manajemen menjadi sangat penting Sukardi dan Christian, 2009:17-18.
Struktur modal dalam penelitian  ini diukur dengan Debt to Equity Ratio  DER  dikarenakan  DER  mencerminkan  besarnya  proporsi  antara
total  hutang  dan  total  modal  sendiri.  Semakin  tinggi  nilai  DER menunjukkan  komposisi  total  hutang  semakin  besar  dibanding  dengan
total modal sendiri.
2.  Penerapan Corporate Governance Istilah “Corporate Governance” pertama dikenalkan oleh Cadburry
Committee  tahun  1992  dalam  laporan  yang  dikenal  Cadbury  Report. Laporan  ini  sebagai  titik  balik  yang  menentukan  bagi  praktik  corporate
governance  di  seluruh  dunia.  Menurut  Cadbury  Committee  1992, Corporate  governance  adalah  suatu  sistem  yang  diberfungsi  untuk
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan Sedarmayanti, 2007:53. Tata kelola perusahaan corporate governance adalah sistem yang
mengatur  bagaimana  perusahaan  dikelola  dan  dikendalikan,  sistem tersebut mengarahkan  bagaimana  hubungan antara para pemegang  saham
perusahaan,  dewan  direksi,  serta  para  manajemen  senior.  Hubungan- DER =
30
hubungan  ini  memberikan  kerangka  kerja  untuk  menetapkan  tujuan perusahaan dan pengawasan kerja Horne dan Wachowicz, 2012:9.
Menurut  The  Indonesian  Institute  for  Corporate  Governance 2009:11  Corporate  Governance  tersebut  dapat  didefinisikan  sebagai
serangkaian  mekanisme  yang  mengarahkan  dan  mengendalikan  suatu perusahaan  agar  operasional  perusahaan  berjalan  sesuai  dengan  harapan
para  pemangku  kepentingan  stakeholders.  Selanjutnya  Good  Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses  yang
digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam  jangka panjang,
dengan tetap
memperhatikan kepentingan
stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Menurut  Bursa  Efek  Indonesia  2011:4,  Tata  Kelola  Perusahaan
atau  Good  Corporate  Governance  selanjutnya  disebut  sebagai  GCG merupakan  suatu  sistem  yang  dirancang  untuk  mengarahkan  pengelolaan
perusahaan  secara  profesional  berlandaskan  prinsip-prinsip  transparansi, akuntabilitas,  responsibilitas,  independen  serta  kewajaran  dan  kesetaraan.
Tujuan  utama  dilaksanakannya  GCG  adalah  untuk  mengoptimalkan  nilai perusahaan  bagi  pemegang  saham  dan  pemangku  kepentingan
stakeholders lainnya dalam jangka panjang. Menurut  Forum  for  Corporate  Governance  in  Indonesia  FCGI,
Corporate  governance  adalah  seperangkat  peraturan  yang  mengatur hubungan  antara  pemegang  saham,  pengurus  pengelola  perusahaan,
pihak  kreditur,  pemerintah,  karyawan,  serta  para  pemegang  kepentingan
31
internal  dan  eksternal  lainnya  yang  berkaitan  dengan  hak-hak  dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan  perusahaan.  Tujuan  utama  dari  diterapkannya  corporate governance  adalah  untuk  menciptakan  nilai  tambah  bagi  semua  pihak
yang berkepentingan stakeholders Sedarmayanti, 2007:52. OECD
Organization for
Economic Cooperation
and Development  menyatakan  bahwa,  corporate  governance  merupakan
struktur  yang  olehnya  para  pemegang  saham,  komisaris,  dan  manajer menyusun  tujuan-tujuan  perusahaan  dan  sarana  untuk  mencapai  tujuan-
tujuan tersebut dan mengawasi kinerjanya Sedarmayanti, 2007:53. Berdasarkan  Keputusan  Menteri  Badan  Usaha  Minik  Negara
BUMN Nomor : KEP-117M-MBU2012 tetang penerapan praktik good corporate  governance  pada  BUMN,  maka  ditetapkan  bahwa:  corporate
governance  adalah  suatu  proses  dan  struktur  yang  digunakan  oleh  organ BUMN  untuk  meningkatkan  keberhasilan  usaha  dan  akuntabilitas
persahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan
tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders
lainnya, nerlandaskan  peraturan  perundangan  dan  nilai-nilai  etika,  sedangkan
stakeholders  adalah  pihak-pihak  yang  memiliki  kepentingan  dengan BUMN, baik langsung maupun tidak langsung yaitu pemegang saham atau
pemilik  modal,  komisaris  atau  dewan  pengawas,  direksi  dan  karyawan serta pemerintah, kreditur, dan pihak berkepentingan lainnya.
Berdasarkan  pengertian  tersebut,  maka  dapat  disimpukan Corporate  governance  adalah  sistem,  proses,  dan  seperangkat  peraturan
32
yang  mengatur  hubungan  antara  berbagai  pihak  yang  berkempetingan terutama  dalam  arti  sempit,  hubungan  antara  pemegang  saham,  dewan
komisaris,  dan  dewan  direksi  demi  tercapainya  tujuan  organisasi. Corporate  governance  dimaksudkan  untuk  mengatur  hubungan  ini  dan
mencegah  terjadinya  kesalahan  signifikansi  dalam  strategi  korporasi  dan untuk  memastikan  kesalahan  yang  terjadi  dapat  segera  diperbaiki
Ambarwati, 2007:54. Menurut  SK  Menteri  BUMN  Nomor:  KEP-117M-MBU2002
tetang  penerapan  praktik  Good  Corporate  Governance  diutarakan  bahwa prinsip Good Corporate governance meliputi:
a.  Transparasi, yaitu keterbukaan dalam melaksakan proses pengambilan keputusan  dan  keterbukaan  dalam  mengemukakan  informasi  materiil
dan relevan mengenai perusahaan. b.  Kemandirian,  yaitusuatu  keadaan  di  mana  perusahaan  dikelola  secara
profesional  tanpa  benturan  kepentingan  dan  pengaruh  tekanan  dari pihak  manapun  yang  tidak  sesuai  dengan  peraturan  perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. c.  Akuntabilitas,
yaitu kejelasan
fungsi, pelaksanaan
dan pertanggungjawaban
organ sehingga
pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif. d.  Pertanggungjawaban,  yaitu  kesesuaian  di  dalam  pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan  yang  berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
33
e.  Kewajaran  fairness,  yaitu  keadilan  dan  kesetaraan  di  dalam memenuhi  hak-hak  stakeholders  yang  timbul  berdasarkan  perjanjian
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Riana 2014:30 keputusan perusahaan dalam hal struktur
modal  dapat  dipengaruhi  oleh  baik  buruknya  kualitas  corporate governance perusahaan tersebut. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya,
terdapat hasil yang berbeda-beda mengenai arah dari hubungan kausalitas antara kualitas corporate governance dan struktur modal tersebut, apakah
negatif  ataukah  positif.  Selain  itu  secara  teoritis  logis,  pengaruh  kualitas corporate  governance  terhadap  struktur  modal  dapat  memiliki  arah  yang
positif maupun negatif. Pada  penelitian  ini,  penerapan  corporate  governance  diukur
dengan corporate governance perception index CGPI dikarenakan CGPI menunjukkan  banyak  aspek  penilaian  yang  dilakukan.  Aspek  penilaian
mulai  dikembangkan  seperti  analisa  kuantitatif  dalam  menelaah  kondisi penerapan  corporate  governance  di  perusahaan  dengan  menggunakan
Self-assessment  berupa  pengisian  kuesioner.  Sejak  tahun  2003,  CGPI menggunakan dua tahapan yang harus dijalani dalam menghasilkan index
persepsi corporate governance, yaitu tahapan kuantitatif Self-assessment dan  tahapan  kualitatif  dengan  menggunakan  panel  ahli  yang  bertugas
menilai  penerapan  corporate  governance  berupa  wawancara  interview dengan  eksekutif  perusahaan.  Secara  khusus  pelaksanaan  CGPI  ini  mulai
memperkenalkan  pendekatan  tematik  dalam  mengkaji  penerapan corporate  governance  sebagai  sebuah  proses  pembelajaran  mencapai
34
sebuah tahap keberlanjutan yang kemudian dituangkan dalam sebuah buku dengan judul Komitmen Menegakkan Good Corporate Governance.
Corporate  governance  mendapatkan  tempat  khusus  untuk meyakinkan  bahwa  manajer  bertindak  untuk  kepentingan  pemegang
saham.  Oleh  karena  itu,  corporate  governance  dirancang  untuk mengurangi  konflik  agensi.  Karena  biaya  agensi  agency  cost,  manajer
bisa  saja  mengambil  pilihan  hutang  yang  meningkatkan  keuntungan mereka  pribadi  daripada  memaksimalkan  kekayaan  pemegang  saham.
Tingkat  penyimpangan  manajer  dari  tingkat  leverage  yang  optimal bergantung  pada  kekuatan  corporate  governance  perusahaan  Riana,
2014:33.
3.  Firm Age Menurut Daljono 2000 dalam Syafi’i 2013:10-11 firm age atau
usia  perusahaan  adalah  seberapa  lama  perusahaan  mampu  bertahan, bersaing,  dan  mengambil  kesempatan  bisnis  yang  ada  dalam
perekonomian.  Usia  perusahaan  menunjukkan  informasi  yang  dapat diperoleh  para  investor.  Semakin  lama  suatu  perusahaan  beroperasi  atau
semakin  tua  usia  perusahaan,  maka  perusahaan  tersebut  kemungkinan besar akan menyediakan informasi tentang perusahaan yang lebih banyak
dan  lebih  luas  daripada  perusahaan  yang  baru  berdiri.  Perusahaan  yang lebih  tua  memiliki  lebih  banyak  pengalaman  di  bidangnya  dan  lebih
banyak  mengenal  lingkungan,  sehingga  kemungkinan  mengalami kegagalan lebih kecil. Perusahaan yang belum lama berdiri akan lebih sulit
35
untuk  berkembang  dibandingkan  perusahaan  yang  telah  lama  berdiri Berlinger dan Robbins, 1986.
Menurut  Syafi’i  2013:11  secara  konsep  teoritis  bahwa  usia perusahaan age memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal
perusahaan,  sebab  dengan  usia  dan  pengalaman  yang  semakin  panjang akan  memungkinkan  bagi  perusahaan  untuk  bisa  memperoleh  akses  atas
sumber dana pinjaman yang lebih luas pula. Demikian  halnya  dalam  kemampuan  akses  untuk  memperoleh
sumber  pendanaan  bagi  perusahaan  yang  memiliki  usia  lebih  lama  akan relatif  lebih  mudah  dan  lebih  dipercaya  daripada  perusahaan  yang  baru
berdiri. Usia perusahaan dapat diukur dengan persamaan:
4.  Firm Size Menurut  Brigham  dan  Houtson  2001:117  firm  size  atau  ukuran
perusahaan  adalah  rata-rata  total  penjualan  bersih  untuk  tahun  yang bersangkutan  sampai  beberapa  tahun  kemudian.  Dalam  hal  ini  penjualan
lebih  besar  daripada  biaya  variabel  dan  biaya  tetap,  maka  akan  diperoleh jumlah  pendapatan  sebelum  pajak.  Sebaliknya  jika  penjualan  lebih  kecil
daripada  biaya  variabel  dan  biaya tetap  maka perusahaan  akan  menderita kerugian.
Menurut  Sebayang  dan  Putra  2013:5  ukuran  perusahaan  sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu
AGE = Ln Tahun penelitian – Tahun berdiri perusahaan
36
perusahaan,  dimana  perusahaan  dengan  ukuran  lebih  besar  dipandang lebih  mampu  menghadapi  krisis  dalam  menjalankan  usahanya.  Hal  ini
akan  mempermudah  perusahaan  dengan  ukuran  lebih  besar  untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal.
Menurut  Khotimah  2013:40  besar  kecilnya  ukuran  perusahaan akan berpengaruh pada struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan
bahwa  pada  perusahaan  besar  dapat  membiayai  investasinya  dengan mudah  lewat  pasar  modal  karena  mempunyai  tingkat  pertumbuhan
penjualan  yang  tinggi  dan  kecilnya  informasi  asimetri  yang  terjadi. Investor dapat memperoleh  lebih  banyak  informasi dari perusahaan  besar
jika  dibandingkan  dengan  perusahaan  kecil.  Jadi,  dengan  diperolehnya dana lewat pasar modal menjadikan proporsi utang menjadi semakin kecil
dalam  struktur  modalnya.Untuk  itu  perusahaan  kecil  mungkin  menyukai hutang  jangka pendek karena  biayanya  yang  lebih  murah dan perusahaan
besar  lebih  berani  mengeluarkan  saham  baru  dan  kecenderungan  untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar pula.
Dalam  kajian  teoritis  serta  beberapa  penelitian  sebelumnya diperoleh bahwa firm size ini berpengaruh positif terhadap struktur modal
perusahaan,  karena  bagi  perusahan  berukuran  besar  akan  semakin  kecil risiko kebangkrutannya, sehingga lebih mudah untuk mengakses perolehan
dana  pinjaman.  Selain  tiu  bagi  perusahaan  yang  memiliki  ukuran  besar akan  cenderung  memiliki  collateralized  assets  yang  lebih  besar  pula
Syafi’i, 2013:10
37
Menurut  Riyanto  2011:313  firm  size  atau  ukuran  perusahaan adalah  besar  kecilnya  suatu  perusahaan  yang  dapat  dilihat  dari  besarnya
nilai  equity,  nilai  penjualan,  atau  nilai  total  aktiva.  Dalam  penelitian  ini sebagai  rasio  skala  perusahaan  digunakan  natural  log  in  dari  total  aktiva
perusahaan.  Sehingga  dalam  penelitian  ini,  penghitungan  ukuran perusahaan  menggunakan  total  aktiva  karena  lebih  stabil  dibandingkan
dengan  total  penjualan.  Adapun  rumus  perhitungannya  adalah  sebagai berikut:
5.  Growth Asset Menurut    Westone  dan  Brigham  1994,  suatu  perusahaan  yang
berada  dalam  industri  yang  mempunyai  laju  pertumbuhan  yang  tinggi harus  menyediakan  modal  yang  cukup  untuk  membelanjai  perusahaan.
Perusahaan  yang  bertumbuh  pesat  cenderung  lebih  banyak  menggunakan hutang  dari  pada  perusahaan  yang  tumbuh  secara  lambat  Nugroho,
2006:29. Rodoni dan Herni Ali 2010:147 mengatakan bahwa pertumbuhan
secara  tidak  langsung  berpengaruh  pada  pendanaan  ekuitas  yang signifikan,  walaupun  pada  keadaan  dimana  biaya  kebangkrutan  rendah.
Jadi  perusahaan  dengan  pertumbuhan  tinggi  akan  memiliki  debt  ratio rasio  hutang  yang  lebih  rendah  dibandingkan  dengan  perusahaan  yang
pertumbuhannya rendah. Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia nyata, sebagai hasilnya pendanaan dengan hutang tidak optimal.
SIZE = Log Total Asset
38
Menurut Khotimah
2013:38 pada
perusahaan dengan
pertumbuhan  aktiva  yang  tinggi  akan  lebih  cenderung  melakukan pendanaan  eksternal.  Dan  pada  saat  yang  sama  pula,  perusahaan  tersebut
akan  lebih cenderung  mengurangi keinginan untuk  melakukan pendanaan eksternal.  Hal  ini  menunjukkan  adanya  hubungan  yang  bisa  positif  atau
negatif  antara  pertumbuhan  aktiva  dengan  struktur  modal  suatu perusahaan.
Perusahaan  dengan  tingkat  pertumbuhan  potensial  yang  tinggi memiliki  kecenderungan  untuk  menghasilkan  arus  kas  yang  tinggi,
sehingga  memungkinkan  perusahaan  untuk  memiliki  biaya  modal  yang rendah. Pertumbuhan aset perusahaan dalam penelitian  ini dapat dihitung
dengan rumus:
6.  Business Risk Menurut  Ambarwati  2010:3  risiko  bisnis  dalam  artian  stand
alone  risk  adalah  suatu  fungsi  dari  ketidakpastian  yang  inheren  didalam proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan return on invested
capital–ROIC didalam sebuah perusahaan. Brigham  dan  Houston  2001:14  mendefinisikan  business  risk
risiko  bisnis  yaitu  sebagai  ketidakpastian  yang  melekat  dalam  proyeksi pengembalian  aktiva  ROE  masa  depan  jika  tidak  menggunakan  hutang,
GROWTH = TA
t
– TA
t-1
TA
t-1
39
merupakan  satu-satunya  determinan  terpenting  dari  struktur  modal perusahaan.
Risiko  bisnis  tergantung  pada  sejumlah  faktor  yaitu  Ambarwati, 2010:3:
a.  Variabilitas permintaan. Semakin stabil permintaan akan produk, maka semakin rendah risiko bisnisnya, ceteris paribus.
b.  Variabilitas  harga  jual.  Perusahaan  yang  produknya  dijual  di  pasar yang  sangat  tidak  stabil  akan  terkena  risiko  bisnis  lebih  tinggi
dibandingkan dengan produk yang harganya stabil. c.  Variabilitas  biaya  input.  Prusahaan  yang  menggunakan  biaya  input
sangat tidak pasti akan terkena risiko bisnis yang lebih tinggi. d.  Kemampuan  untuk  menyesuaikan  harga  output  untuk  perbahan  pada
biaya  input.  Semakin  besar  kemampuan  perusahaan  melakukan penyesuaian  harga  output    untuk  mencerminkan  kondisi  biaya,
semakin rendah risiko bisnisnya. e.  Kemampuan  untuk  mengembangkan  produk-produk  baru  pada  waktu
yang  tepat  dan  efektif  dalam  hal  biaya.  Semakin  cepat  produknya semakin usang semakin tinggi risiko bisnis perusahaan.
f.  Eksposur risiko asing. Semakin  banyak  laba operasi  luar negeri  maka semakin tinggi risiko bisnisnya.
g.  Komposisi  biaya tetap: leverage operasi. Jika persahaan  lebih  banyak menggunakan  biaya  tetap  maka  lebih  tinggi  terkena  risiko  bisnis
karena tidak bisa menurunkan biaya jika pernintaan produk menurun.
40
Menurut  Brown  dan  Reilly  2009:57  dalam  Seftianne  dan Handayani  2011:45,  perusahaan  dengan  risiko  bisnis  yang  tinggi
cenderung  menghindari  pendanaan  dengan  menggunakan  hutang dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis lebih rendah. Dunia
investasi  mengenal  risiko  bisnis  sebagai  bagian  dari  risk  premium  yang diartikan  sebagai  ketidakpastian  aliran  pendapatan  yang  disebabkan  oleh
sifat  alami  dari  bisnis  itu  sendiri  seperti  produk,  pelanggan  dan  cara penghasilan  produknya.  Perusahaan  dengan  cash  flow  yang  sangat
fluktuatif  akan  menyadari  bahwa  peggunaan  hutang  yang  penuh  risiko akan  kurang  menguntungkan  dibanding  dengan  ekuitas,  sehingga
perusahaan  dipaksa  menggunakan  ekuitas  untuk  memenuhi  pendanaan perusahaan  guna  menghindari  financial  distress  Setiawan,  2006.  Oleh
karena itu risiko bisnis mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Dalam  penelitian  ini  business  risk  menggunakan  rumus  yang
dinyatakan sebagai berikut:
Di  sini  NOPAT  Net  Operating  Profit  After  Tax  adalah  laba operasional  bersih  setelah  pajak,  sedangkan  modal  adalah  jumlah  dari
hutang  dan  ekuitas  biasa  perusahaan.  Jika  sebuah  perusahaan  memiliki hutang,  maka  pembayaran  bunganya  akan  nol,  modalnya  akan  sama
dengan ekuitas dan nilai ROIC-nya akan sama dengan pengembalian atas ekuitas ROE Ambarwati, 2010:4.
ROIC = NOPAT
Modal
41
B. Penelitian Terdahulu