Landasan Teori Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, dan Business Risk Terhadap Struktur Modal Perusahaan: (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Tercatat Di IICG dan Terdaftar Di BEI Periode 2009 – 2013)

16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Manajemen keuangan memiliki arti penting di semua jenis bisnis, termasuk perbankan dan institusi-institusi keuangan lainnya, sekaligus juga perusahaan-perusahaan industri dan ritel. Manajemen keuangan juga penting pula artinya di dalam operasi-operasi pemerintahan, mulai dari sekolah sampai rumah sakit hingga departeman jalan raya Brigham dan Houston, 2009:7. Manajemen Keuangan financial management yaitu berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset dengan disadari beberapa tujuan umum Horne dan Warchowicz, 2012:2. Menurut James C. van Horne manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolahan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Sedangkan menurut Brigham mengatakan manajemen keuangan adalah seni art dan ilmu science, untuk me-menage uang, yang meliputi proses, dan instrument yang terlibat dengan masalah transfer uang di antara individu, bisnis, dan pemerintah Kasmir, 2010:5-7. Manajemen keuangan yaitu menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan Husnan dan Pudjiastuti, 2002:4. Jadi dapat disimpulkan bahwa, manajemen keuangan adalah aktivitas yang berkaitan erat dalam mengelola keuangan yang meliputi proses perolehan, pengelolaan dan pengalokasian dana yang tersedia secara efektif dan efisien, 17 serta harus mampu memilih dana yang ada untuk selanjutnya akan dibagikan kepada para pemegang saham atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan. 1. Struktur Modal Struktur modal adalah bauran proporsi pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen, dan saham biasa Horne dan Wachowicz, 1998:474. Keown, et.al. 2000:542, mengatakan bahwa struktur modal adalah paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Brigham dan Houston 2001:5, struktur modal adalah bauran dari utang, saham preferen, dan saham biasa yang direncanakan perusahaan untuk menambah modal. Menurut Rodoni dan Ali 2010:137-138, mengatakan bahwa struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Struktur modal adalah kombinasi atau perimbangan antara utang dan modal sendiri saham preferen dan saham biasa yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal Ambarwati, 2010:1. Kodrat dan Christian 2009:107, mengatakan bahwa struktur modal perusahaan adalah kombinasi dari saham-saham yang berbeda 18 saham biasa dan saham preferen atau bauran seluruh sumber pendanaan jangka panjang ekuitas dan utang yang digunakan perusahaan. Berdasarkan pernyataan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan sumber pendanaan perusahaan jangka panjang untuk membiayai seluruh aktivitas perusahaan yang berasal dari hutang maupun modal sendiri. Sebuah perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup pastinya memerlukan sumber daya keuangan atau biasa disebut dengan modal. Modal perusahaan ada yang berupa modal asing dan modal sendiri. Modal asing merupakan modal yang didapat bukan dari pemilik perusahaan. Modal asing, yaitu terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka menengah, dan hutang jangka panjang. Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri, yaitu terdiri dari modal saham, cadangan, dan laba ditahan. Modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal internal dan eksternal. Modal internal yaitu modal yang bersumber dari dalam perusahaan seperti, laba ditahan dan cadangan, sedangkan modal eksternal yaitu modal yang bersumber dari luar perusahaan seperti, saham dan pinjamanhutang. Sebuah perusahaan yang sedang berkembang biasanya memerlukan modal yang dapat berasal dari utang maupun ekuitas. Menurut Keown et.al. 2000:542, tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan harga saham perusahaan. Sebaliknya, tujuan ini bisa dipandang sebagai pencarian 19 terhadap paduan dana yang akan meminimumkan campuran biaya modal perusahaan. Sehingga paduan sumber dana yang tepat ini disebut sebagai struktur modal optimal. Struktur modal optimal adalah struktur modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan Horne dan Wachowicz, 1998:478. Menurut Brigham dan Houston 2001:45, struktur modal yang optimal adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Struktur modal yang optimal bagi perusahaan akan menghasilkan kondisi keuangan perusahaan yang sehat, sehingga kedepannya dapat memperoleh laba perusahaan yang lebih besar. Brigham dan Houston 2001:39-41, menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan. Terdapat teori-teori mengenai struktur modal, yaitu sebagai berikut: a. Teori struktur modal tradisional 1 Pendekatan Laba Operasi Bersih Satu pendekatan terhadap penilaian laba perusahaan dikenal seagai pendekatan laba operasi bersih Net Operating Income, 20 NOI. Pendekatan laba operasi bersih terhadap struktur modal yaitu, teori struktur modal dimana rata-rata tertimbang biaya modal dan nilai toal perusahaan bersifat konstan walaupun pengungkit keuangan berubah. Melalui pendekatan ini, laba operasi bersih didiskonto pada tingkat kapitalisasi total perusahaan untuk memperoleh nilai total pasar perusahaan. Nilai pasar pinjaman kemudian dikurangi dari nilai total pasar untuk memperoleh nilai pasar biasa. Penggunaan pendekatan ini mengakibatkan tingkat kapitalisasi total serta biaya pinjaman tetap sama walupun digunakan pengungkit keuangan. sejauh ini, pembahasan laaoperasi bersih hanya dilakukan dalam batasan definisi. Namun, pembahasan memiliki kekurangan dalam menjelaskan perilaku penting yang dimiliki laba operasi bersih Horne dan Wachowicz, 98:475-476. 2 Pendekatan Tradisional Mereka yang menganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950an Husnan dan Pudjiastuti, 2002:296. Pendekatan tradisional terhadap struktur dan penilaian modal mengasumsikan adanya struktur modal optimal dan manajemen dapat meningkatkan nilai total perusahaan melalui penggunaan pengungkit keuangan Horne dan Wachowicz, 21 1998:477. Dengan kata lain, struktur modal memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. b. Teori struktur modal modern 1 The Modigliani-Miller Model Teori mengenai struktur modal modern bermula pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller, mempublikasikan apa yang disebut sebagai artikel keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis. Berdasarkan serangkaian asumsi yang sangat membatasi, Modigliani-Miller membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Dengan perkataan lain, hasil-hasil Modigliani-Miller menyatakan bahwa tidak menjadi masalah bagaimana perusahaan membiayai operasinya, jadi struktur modal tidak relevan. Tapi studi Modigliani-Miller didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain Brigham dan Houston, 2001:30-31: a Tidak ada biaya broker pialang. b Tidak ada pajak. c Tidak ada biaya kebangkrutan. d Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan. e Semua investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan di masa mendatang. 22 f EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang. Rodoni dan Ali 2010:138-139, menjelaskan tentang teori Modigliani-Miller, yaitu struktur modal yang menggunakan dana dari utang tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap nilai perusahaan. Namun bila mulai dipertimbangkan faktor pajak, penggunaan utang akan selalu lebih menguntungkan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan asumsi bahwa yang dipergunakan dalam model ini adalah: Pertama, tidak ada biaya kebangkrutan. Kedua, tidak ada biaya transaksi. Ketiga, bunga pinjaman dan simpanan besarnya sama bagi perorangan ataupun perusahaan. Teori Modigliani-Miller terbagi menjadi 2 kondisi, yaitu Brigham dan Houston, 2001: a Tanpa pajak Dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pajak perusahaan maupun pajak serta dengan mendasarkan asumsi yang telah disebutkan sebelumnya, Modigliani-Miller menggunakan preposisi sebagai berikut: 1 Preposisi I Modigliani dan Miller menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh financial leverage terhadap nilai perusahaan. Menurut teori Modigliani-Miller I, perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan atau dengan kata lain tidak ada struktur modal yang optimal bagi perusahaan. 23 2 Preposisi Modigliani-Miller II yang menyatakan bahwa nilai pengharapan expected value tingkat pengembalian hasil terhadap modalReturn on Equity ROE bertambah seiring dengan meningkatnya rasio utang terhadap modaldebt to equty DER. Kenaikan ekspektasi ROE ini didorong oleh adanya peningkatan risiko keuangan yang akan ditanggung investor perusahaan akibat bertambahnya utang DER, sehingga apabila financial leverage naik maka biaya modalekuitas secara linier juga naik, karena pemegang saham dihadapkan pada risiko yang semakin besar. b Dengan pajak perusahaan 1 Preposisi I menyatakan bahwa nilai perusahaan yang memiliki utang akan lebih besar daripada nilai perusahaan tanpa utang. Nilai perusahaan akan memiliki utang tersebut sama dengan nilai perusahaan tanpa utang ditambah dengan penghematan pajak. Teori Modigliani-Miller Preposisi I ini mengalami perubahan dengan dimasukkannya unsur pajak oleh Miller. Modigliani-Miller mengakui bahwa peningkatan jumlah utang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2 Preposisi II menyatakan bahwa biaya ekuitas pada perusahaan yang memiliki utang sama dengan biaya ekuitas perusahaan tanpa utang ditambah dengan premi risiko. 24 Jadi teori Modigliani-Miller dengan pajak perusahaan menyatakan bahwa nilai perusahaan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan utang. Biaya bunga utang dapat mengurangi pajak sehingga makin besar porsi pendapatan perusahaan yang menjadi bagian investor. 2 Pecking Order Theory Teori ini ditemukan oleh Gordon Donaldson pada tahun 1961, kemudian selanjutnya diperluas oleh Myers. Dalam artikelnya Myers dengan ringkas mengikhtisarkan teori pecking order yaitu Husnan dan Pudjiastuti, 2002:311: a Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal. b Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian dividen dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar. c Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mangakibatkan dana internal kadang-kadang berlebih ataupun kurang untuk investasi. d Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru. 25 Sesuai dengan teori ini, tidak ada target rasio hutang, karena ada dua jenis modal sendiriyang preferensinya berbeda. Yaitu laba ditahan dipilih lebih dahulu dan penerbitan saham baru dipilih paling akhir. Rasio hutang setiap perusahaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan dana untuk investasi Husnan dan Pudjiastuti:2002. 3 Agency Cost Theory Jensen dan Meckling 1976 adalah orang pertama yang memasukkan unsur manusia dalam model yang terpadu tentang perilaku perusahaan. Paper mengenai teori keagenan pada manajemen keuangan menunjukkan hubungan keagenan atau agencu relationship, muncul ketika satu atau lebih individu majikan menguji individu lain agen atau karyawan untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen atau karyawannya. Dalam konteks manajemen keuangan hubungan ini muncul antara: 1 pemegang saham shareholders dengan para manjer, dan 2 shareholders dengan kreditor bondholder atau pemegang obligasi Sukardi dan Christian, 2009:14. 4 Trade Of Theory Model ini dikembangkan oleh Baxter 1967, Kraus and Litzenberger 1973 dan Karo 2002, yang mencoba menguji pendapat Modigliani-Miller dengan menghubungkan asumsi- asumsi Modigliani-Miller dengan biaya kebangkrutan yang mana 26 hal itu dapat meningkat sebanding dengan leverage yang digunakan yaitu Ambarwati, 2010:49-50: a Pada tingkat leverage rendah, manfaat penghematan pajak akibat penggunaan hutang dapat melebihi biaya kebangkrutan perusahaan. b Pada tingkat leverage tinggi, biaya kebangkrutan justru bisa melebihi manfaat penghematan pajak akibat penggunaan utang tersebut. c Semakin besar penggunaan hutang, maka semakin besar pula keuntungan akibat hutang tersebut namun PV biaya financial distress dan agency juga besar bahkan lebih besar. Teori yang dikenal dengan Trade off model, mengatakan bahwa bila perusahaan mnggunakan leverage maka perusahaan akan memperoleh kauntungan berupa penghematan pajak tax shield. Namun disisi lain harus pula diperhitungkan biaya yang akan ditimbulkan dari penggunaan leverage tersebut, seperti biaya kebangkrutan dan biaya keagenan Keown, et.al., 2005 dalam Rodoni dan Ali, 2010:139. Jadi disebut model trade off karena struktur modal optimum terjadi jika terdapat keseimbangan antara biaya financial distress dan agency problem dan manfaat atas penggunaan leverage atau hutang Ambarwati, 2010:50. 27 5 Teori Pengisyaratan Symmetric information yaitu situasi di mana investor dan manajer memiliki informasi yang sama mengenai prospek perusahaan. Akan tetapi, dalam kenyataannya manajer mempunyai yang lebih baik daripada investor luar. Hal ini disebut asymmetric information dan ini sangat berpegaruh terhadap keputusan struktur modal yang optimal. Asymmetric information merupakan situasi di mana manajer memiliki informasi yang berbeda yang lebih baik mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki oleh investor, Brigham dan Houston, 2001:35. Hampir serupa dengan yang dijelaskan oleh Sukardi dan Christian 2009:16, mengenai asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Tingkat asymmetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah. Asymmetric information memberikan efek yang nyata pada keputusan keuangan maupun pasar financial. Dalam teori asymmetric information diterangkan bahwa dalam pasar selalu ditemukan informasi yang tidak sama bagi pihak-pihak yang berbeda, sehingga dapat dikatakan informasi yang didapat tidak sempurna. Penambahan hutang baru, misalnya memberikan informasi bahwa perusahaan dapat dipercaya oleh 28 pihak peminjam, sedangkan penerbitan saham baru dapat dianggap bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan dalam hal pendanaannya. Beberapa pengujian membuktikan bahwa harga saham berpengaruh positif terhadap penambahan hutang dan berpengaruh negatif terhadap penerbitan saham baru Rodoni dan Ali, 2010:139. Perlu diingat bahwa tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan motivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai perusahaannya ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa pers. Namun, pihak di luar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang disampaikan tersebut. Jika manajer dapat memberikan sinyal yang meyakinkan, maka publik akan terkesan dan hal ini akan terefleksi pada harga sekuritas.pembayaran dividen merupakan contoh klasik mengenai penyampaian informasi malalui pengisyaratan signaling, Sukardi dan Christian, 2009:17. Isyarat signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan, Brigham dan Houston, 2001:36. Jika manajemen mengumumkan kenaikan yang nyata pada jumlah dividen per lembar saham yang dibagikan, investor akan menangkap ini sabagai sinyal bahwa kondisi keuangan perusahaan prospek penghasilan saat ini dan di masa mendatang relatif baik. 29 Sebaliknya, jika investor mengharapkan suatu pembagian dividen namun manajemen memutuskan tidak membagi dividen, manajer sedang mengirimkan sinyal negatif. Jadi, dapat disimpulkan karena adanya kondisi asymmertic information, pemberian sinyal kepada investor atau publik melalui keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting Sukardi dan Christian, 2009:17-18. Struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan Debt to Equity Ratio DER dikarenakan DER mencerminkan besarnya proporsi antara total hutang dan total modal sendiri. Semakin tinggi nilai DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri. 2. Penerapan Corporate Governance Istilah “Corporate Governance” pertama dikenalkan oleh Cadburry Committee tahun 1992 dalam laporan yang dikenal Cadbury Report. Laporan ini sebagai titik balik yang menentukan bagi praktik corporate governance di seluruh dunia. Menurut Cadbury Committee 1992, Corporate governance adalah suatu sistem yang diberfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan Sedarmayanti, 2007:53. Tata kelola perusahaan corporate governance adalah sistem yang mengatur bagaimana perusahaan dikelola dan dikendalikan, sistem tersebut mengarahkan bagaimana hubungan antara para pemegang saham perusahaan, dewan direksi, serta para manajemen senior. Hubungan- DER = 30 hubungan ini memberikan kerangka kerja untuk menetapkan tujuan perusahaan dan pengawasan kerja Horne dan Wachowicz, 2012:9. Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance 2009:11 Corporate Governance tersebut dapat didefinisikan sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan stakeholders. Selanjutnya Good Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Menurut Bursa Efek Indonesia 2011:4, Tata Kelola Perusahaan atau Good Corporate Governance selanjutnya disebut sebagai GCG merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan perusahaan secara profesional berlandaskan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independen serta kewajaran dan kesetaraan. Tujuan utama dilaksanakannya GCG adalah untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan stakeholders lainnya dalam jangka panjang. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan 31 internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tujuan utama dari diterapkannya corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan stakeholders Sedarmayanti, 2007:52. OECD Organization for Economic Cooperation and Development menyatakan bahwa, corporate governance merupakan struktur yang olehnya para pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut dan mengawasi kinerjanya Sedarmayanti, 2007:53. Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Minik Negara BUMN Nomor : KEP-117M-MBU2012 tetang penerapan praktik good corporate governance pada BUMN, maka ditetapkan bahwa: corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas persahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, nerlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika, sedangkan stakeholders adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan BUMN, baik langsung maupun tidak langsung yaitu pemegang saham atau pemilik modal, komisaris atau dewan pengawas, direksi dan karyawan serta pemerintah, kreditur, dan pihak berkepentingan lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpukan Corporate governance adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan 32 yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkempetingan terutama dalam arti sempit, hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan signifikansi dalam strategi korporasi dan untuk memastikan kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki Ambarwati, 2007:54. Menurut SK Menteri BUMN Nomor: KEP-117M-MBU2002 tetang penerapan praktik Good Corporate Governance diutarakan bahwa prinsip Good Corporate governance meliputi: a. Transparasi, yaitu keterbukaan dalam melaksakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. b. Kemandirian, yaitusuatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 33 e. Kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Riana 2014:30 keputusan perusahaan dalam hal struktur modal dapat dipengaruhi oleh baik buruknya kualitas corporate governance perusahaan tersebut. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat hasil yang berbeda-beda mengenai arah dari hubungan kausalitas antara kualitas corporate governance dan struktur modal tersebut, apakah negatif ataukah positif. Selain itu secara teoritis logis, pengaruh kualitas corporate governance terhadap struktur modal dapat memiliki arah yang positif maupun negatif. Pada penelitian ini, penerapan corporate governance diukur dengan corporate governance perception index CGPI dikarenakan CGPI menunjukkan banyak aspek penilaian yang dilakukan. Aspek penilaian mulai dikembangkan seperti analisa kuantitatif dalam menelaah kondisi penerapan corporate governance di perusahaan dengan menggunakan Self-assessment berupa pengisian kuesioner. Sejak tahun 2003, CGPI menggunakan dua tahapan yang harus dijalani dalam menghasilkan index persepsi corporate governance, yaitu tahapan kuantitatif Self-assessment dan tahapan kualitatif dengan menggunakan panel ahli yang bertugas menilai penerapan corporate governance berupa wawancara interview dengan eksekutif perusahaan. Secara khusus pelaksanaan CGPI ini mulai memperkenalkan pendekatan tematik dalam mengkaji penerapan corporate governance sebagai sebuah proses pembelajaran mencapai 34 sebuah tahap keberlanjutan yang kemudian dituangkan dalam sebuah buku dengan judul Komitmen Menegakkan Good Corporate Governance. Corporate governance mendapatkan tempat khusus untuk meyakinkan bahwa manajer bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, corporate governance dirancang untuk mengurangi konflik agensi. Karena biaya agensi agency cost, manajer bisa saja mengambil pilihan hutang yang meningkatkan keuntungan mereka pribadi daripada memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Tingkat penyimpangan manajer dari tingkat leverage yang optimal bergantung pada kekuatan corporate governance perusahaan Riana, 2014:33. 3. Firm Age Menurut Daljono 2000 dalam Syafi’i 2013:10-11 firm age atau usia perusahaan adalah seberapa lama perusahaan mampu bertahan, bersaing, dan mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Usia perusahaan menunjukkan informasi yang dapat diperoleh para investor. Semakin lama suatu perusahaan beroperasi atau semakin tua usia perusahaan, maka perusahaan tersebut kemungkinan besar akan menyediakan informasi tentang perusahaan yang lebih banyak dan lebih luas daripada perusahaan yang baru berdiri. Perusahaan yang lebih tua memiliki lebih banyak pengalaman di bidangnya dan lebih banyak mengenal lingkungan, sehingga kemungkinan mengalami kegagalan lebih kecil. Perusahaan yang belum lama berdiri akan lebih sulit 35 untuk berkembang dibandingkan perusahaan yang telah lama berdiri Berlinger dan Robbins, 1986. Menurut Syafi’i 2013:11 secara konsep teoritis bahwa usia perusahaan age memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal perusahaan, sebab dengan usia dan pengalaman yang semakin panjang akan memungkinkan bagi perusahaan untuk bisa memperoleh akses atas sumber dana pinjaman yang lebih luas pula. Demikian halnya dalam kemampuan akses untuk memperoleh sumber pendanaan bagi perusahaan yang memiliki usia lebih lama akan relatif lebih mudah dan lebih dipercaya daripada perusahaan yang baru berdiri. Usia perusahaan dapat diukur dengan persamaan: 4. Firm Size Menurut Brigham dan Houtson 2001:117 firm size atau ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian. Menurut Sebayang dan Putra 2013:5 ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu AGE = Ln Tahun penelitian – Tahun berdiri perusahaan 36 perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Menurut Khotimah 2013:40 besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh pada struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa pada perusahaan besar dapat membiayai investasinya dengan mudah lewat pasar modal karena mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi dan kecilnya informasi asimetri yang terjadi. Investor dapat memperoleh lebih banyak informasi dari perusahaan besar jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jadi, dengan diperolehnya dana lewat pasar modal menjadikan proporsi utang menjadi semakin kecil dalam struktur modalnya.Untuk itu perusahaan kecil mungkin menyukai hutang jangka pendek karena biayanya yang lebih murah dan perusahaan besar lebih berani mengeluarkan saham baru dan kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar pula. Dalam kajian teoritis serta beberapa penelitian sebelumnya diperoleh bahwa firm size ini berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan, karena bagi perusahan berukuran besar akan semakin kecil risiko kebangkrutannya, sehingga lebih mudah untuk mengakses perolehan dana pinjaman. Selain tiu bagi perusahaan yang memiliki ukuran besar akan cenderung memiliki collateralized assets yang lebih besar pula Syafi’i, 2013:10 37 Menurut Riyanto 2011:313 firm size atau ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai total aktiva. Dalam penelitian ini sebagai rasio skala perusahaan digunakan natural log in dari total aktiva perusahaan. Sehingga dalam penelitian ini, penghitungan ukuran perusahaan menggunakan total aktiva karena lebih stabil dibandingkan dengan total penjualan. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: 5. Growth Asset Menurut Westone dan Brigham 1994, suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang dari pada perusahaan yang tumbuh secara lambat Nugroho, 2006:29. Rodoni dan Herni Ali 2010:147 mengatakan bahwa pertumbuhan secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan, walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah. Jadi perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan memiliki debt ratio rasio hutang yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhannya rendah. Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia nyata, sebagai hasilnya pendanaan dengan hutang tidak optimal. SIZE = Log Total Asset 38 Menurut Khotimah 2013:38 pada perusahaan dengan pertumbuhan aktiva yang tinggi akan lebih cenderung melakukan pendanaan eksternal. Dan pada saat yang sama pula, perusahaan tersebut akan lebih cenderung mengurangi keinginan untuk melakukan pendanaan eksternal. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bisa positif atau negatif antara pertumbuhan aktiva dengan struktur modal suatu perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memiliki kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi, sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal yang rendah. Pertumbuhan aset perusahaan dalam penelitian ini dapat dihitung dengan rumus: 6. Business Risk Menurut Ambarwati 2010:3 risiko bisnis dalam artian stand alone risk adalah suatu fungsi dari ketidakpastian yang inheren didalam proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan return on invested capital–ROIC didalam sebuah perusahaan. Brigham dan Houston 2001:14 mendefinisikan business risk risiko bisnis yaitu sebagai ketidakpastian yang melekat dalam proyeksi pengembalian aktiva ROE masa depan jika tidak menggunakan hutang, GROWTH = TA t – TA t-1 TA t-1 39 merupakan satu-satunya determinan terpenting dari struktur modal perusahaan. Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor yaitu Ambarwati, 2010:3: a. Variabilitas permintaan. Semakin stabil permintaan akan produk, maka semakin rendah risiko bisnisnya, ceteris paribus. b. Variabilitas harga jual. Perusahaan yang produknya dijual di pasar yang sangat tidak stabil akan terkena risiko bisnis lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang harganya stabil. c. Variabilitas biaya input. Prusahaan yang menggunakan biaya input sangat tidak pasti akan terkena risiko bisnis yang lebih tinggi. d. Kemampuan untuk menyesuaikan harga output untuk perbahan pada biaya input. Semakin besar kemampuan perusahaan melakukan penyesuaian harga output untuk mencerminkan kondisi biaya, semakin rendah risiko bisnisnya. e. Kemampuan untuk mengembangkan produk-produk baru pada waktu yang tepat dan efektif dalam hal biaya. Semakin cepat produknya semakin usang semakin tinggi risiko bisnis perusahaan. f. Eksposur risiko asing. Semakin banyak laba operasi luar negeri maka semakin tinggi risiko bisnisnya. g. Komposisi biaya tetap: leverage operasi. Jika persahaan lebih banyak menggunakan biaya tetap maka lebih tinggi terkena risiko bisnis karena tidak bisa menurunkan biaya jika pernintaan produk menurun. 40 Menurut Brown dan Reilly 2009:57 dalam Seftianne dan Handayani 2011:45, perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis lebih rendah. Dunia investasi mengenal risiko bisnis sebagai bagian dari risk premium yang diartikan sebagai ketidakpastian aliran pendapatan yang disebabkan oleh sifat alami dari bisnis itu sendiri seperti produk, pelanggan dan cara penghasilan produknya. Perusahaan dengan cash flow yang sangat fluktuatif akan menyadari bahwa peggunaan hutang yang penuh risiko akan kurang menguntungkan dibanding dengan ekuitas, sehingga perusahaan dipaksa menggunakan ekuitas untuk memenuhi pendanaan perusahaan guna menghindari financial distress Setiawan, 2006. Oleh karena itu risiko bisnis mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Dalam penelitian ini business risk menggunakan rumus yang dinyatakan sebagai berikut: Di sini NOPAT Net Operating Profit After Tax adalah laba operasional bersih setelah pajak, sedangkan modal adalah jumlah dari hutang dan ekuitas biasa perusahaan. Jika sebuah perusahaan memiliki hutang, maka pembayaran bunganya akan nol, modalnya akan sama dengan ekuitas dan nilai ROIC-nya akan sama dengan pengembalian atas ekuitas ROE Ambarwati, 2010:4. ROIC = NOPAT Modal 41

B. Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Firm Size, &Asset Tangibility terhadap Financial Leveragepada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 39 84

Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi terhadap Dividen Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI

1 71 125

Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity, Dan Profitability Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei

1 55 90

Pengaruh Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008

1 71 94

PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

0 2 64

PENGARUH GROWTH, FIRM SIZE, LIKUIDITAS, INTEREST COVERAGE RATIO,PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PENGARUH GROWTH, FIRM SIZE, LIKUIDITAS, INTEREST COVERAGE RATIO, PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PER

0 4 18

PENGARUH FIRM SIZE, EARNING VOLATILITY, ASSET TANGIBILITY, PROFITABILITY, GROWTH, DAN FIRM AGE TERHADAP LEVERAGE

3 15 80

PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH, PROFITABILITY, BUSINESS RISK DAN TANGIBLE ASSETS TERHADAP FINANCIAL LEVERAGE Pengaruh Firm Size, Growth, Profitability, Business Risk Dan Tangible Assets Terhadap Financial Leverage (Studi Empiris Pada Conventional Index LQ 4

0 0 14

PENGARUH FAMILY CONTROL, FIRM RISK, FIRM SIZE DAN FIRM AGE TERHADAP PROFITABILITAS DAN NILAI PERUSAHAAN PADA SEKTOR KEUANGAN | Hariyanto | Business Accounting Review 1372 2520 1 SM

0 1 10

PENGARUH FIRM SIZE CORPORATE GOVERNANCE

0 0 10