74
memiliki wilayah operasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara serta Cilegon,
Banten. Pemegang saham utama pengendali TINS adalah Pemerintah Republik Indonesia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TINS meliputi bidang pertambangan, perindustrian,
perdagangan, pengangkutan, dan jasa. Kegiatan utama TINS adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi
penambangan timah dan melakukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha.
Pada tanggal 27 September 1995, TINS memperoleh persetujuan dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham TINS sebanyak 176.155.000 saham Seri B dan Global Depositary Receipts GDR milik Perusahaan. Terhitung mulai tanggal
12 Oktober 2006, Perusahaan melakukan penghentian pencatatan atas GDR milik Perusahaan di Bursa Saham London. Penghentian
pencatatan tersebut dilakukan mengingat jumlah GDR yang beredar semakin kecil dan tidak likuid.
B. Analisis Uji Statistik Deskriptif
Pada bagian ini akan dideskripsikan dari data masing-masing variabel yang menampilkan karakteristik dari sampel yang digunakan dalam penelitian
ini. Karakteristik sampel tersebut meliputi: nilai rata-rata sampel, nilai maksimum, dan nilai minimum untuk masing-masing variabel. Deskripsi
75
dalam penelitian ini meliputi 6 variabel, yaitu struktur modal DER, penerapan corporate governance CGPI, firm age AGE, firm size SIZE,
growth asset GROWTH dan business risk RISK. Adapun perhitungan data variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Struktur Modal DER Debt Equity Ratio DER merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur struktur modal yang digunakan perusahaan, karena struktur modal tersebut merupakan kombinasi dari hutang dan ekuitas yang
digunakan untuk mendanai proyek perusahaan. DER terdiri dari total assettotal equity, dimana jika nilai DER bernilai lebih dari satu maka
perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih besar dari pada modal sendiri.
Tabel 4.1 Deskripsi Rata-rata DER
No. Emiten
2009 2010
2011 2012
2013
1 ANTM
0,21 0,28
0,41 0,54
0,71 2
BMRI 10,24
9,81 7,81
7,31 7,26
3 BBNI
10,88 6,50
6,92 6,66
7,11 4
PTBA 0,40
0,36 0,41
0,50 0,55
5 GIAA
3,60 2,95
1,39 1,26
1,64 6
JSMR 1,17
1,37 1,32
1,53 1,61
7 TLKM
1,22 0,98
0,69 0,66
0,83 8
TINS 0,42
0,40 0,43
0,34 0,61
3,52 2,83
2,42 2,35
2,54 10,88
9,81 7,81
7,31 7,26
0,21 0,28
0,41 0,34
0,55 Rata-rata
Maksimum Minimum
Sumber: Data diolah
76
Berdasarkan data hasil DER dari masing-masing perusahaan pada tabel 4.1, diketahui rata-rata tingkat DER pada tahun 2009 sebesar 3,52.
Untuk tingkat DER maksimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 10,88 sedangkan untuk tingkat DER
minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk sebesar 0,21. Pada tahun 2010 rata-rata tingkat DER adalah 2,83. Untuk tingkat
DER maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 9,81 sedangkan untuk tingkat DER minimum pada tahun 2010
dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk sebesar 0,28. Pada tahun 2011 rata- rata tingkat DER adalah 2,42. Untuk tingkat DER maksimum pada tahun
2011 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 7,81 sedangkan untuk tingkat DER minimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Aneka Tambang
Tbk sebesar 0,41. Pada tahun 2012 rata-rata tingkat DER adalah 2,35. Untuk tingkat DER maksimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Bank
Mandiri Tbk sebesar 7,31 sedangkan untuk tingkat DER minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 0,34. Pada tahun 2013
rata-rata tingkat DER adalah 2,54. Untuk tingkat DER maksimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 7,26 sedangkan
untuk tingkat DER minimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk sebesar 0,55.
Tingkat DER perusahaan pada tahun 2009-2013 banyak perusahaan yang memiliki nilai diatas satu, ini berarti menandakan banyak
perusahaan yang lebih memilih modal dengan berhutang dibandingkan dengan modal sendiri, hal ini dikarenakan hutang akan menurunkan
77
tingkat pembayaran pajak pada perusahaan tersebut sehingga lebih banyak menghasilkan keuntungan dengan berkurangnya pajak yang dibayarkan
perusahaan.
2. Penerapan Corporate Governance CGPI Corporate Governance Perception Index CGPI yaitu program
riset dan pemeringkatan penerapan good corporate governance GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui perancangan riset yang
mendorong perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate governance dengan melaksanakan evaluasi dan benchmarking
sebagai upaya
perbaikan yang
berkesinambungan continuous
improvement. CGPI telah diselenggarakan oleh IICG bekerjasama dengan Majalah SWA sebagai program rutin tahunan sejak tahun 2001 sebagai
bentuk penghargaan terhadap inisiatif dan hasil upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang beretika dan bermartabat. Kepesertaan CGPI
bersifat sukarela dan melibatkan peran aktif perusahaan bersama seluruh stakeholders dalam memenuhi tahapan pelaksanaan program CGPI, dan
hal tersebut menunjukkan komitmen bersama dalam memasyarakatkan GCG, karena program CGPI berupaya mendorong dan menuntut
perusahaan peserta untuk melakukan perbaikan atau peningkatan praktik GCG di lingkungannya IICG, 2014:3.
78
Tabel 4.2 Deskripsi Rata-rata CGPI
No. Emiten
2009 2010
2011 2012
2013
1 ANTM
85,99 86,15
86,55 88,71
88,92 2
BMRI 91,67
91,81 91,91
91,88 92,36
3 BBNI
84,58 85,35
85,75 86,07
87,19 4
PTBA 84,11
84,33 82,55
83,80 84,09
5 GIAA
85,26 85,82
85,84 85,93
85,40 6
JSMR 82,65
83,41 83,65
84,52 85,16
7 TLKM
89,04 89,10
89,57 90,58
90,66 8
TINS 73,19
70,73 75,68
77,81 80,10
84,56 84,59
85,19 86,16
86,74 91,67
91,81 91,91
91,88 92,36
73,19 70,73
75,68 77,81
80,10 Rata-Rata
M aksimum M inimun
Sumber: CGPI Berdasarkan data hasil CGPI dari masing-masing perusahaan pada
tabel 4.2, diketahui rata-rata tingkat CGPI pada tahun 2009 sebesar 84,56. Untuk tingkat CGPI maksimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bank
Mandiri Tbk sebesar 91,67 sedangkan untuk tingkat CGPI minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 73,19. Pada tahun 2010
rata-rata tingkat CGPI adalah 84,59. Untuk tingkat CGPI maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 91,81 sedangkan
untuk tingkat CGPI minimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 70,73. Pada tahun 2011 rata-rata tingkat CGPI adalah 85,19.
Untuk tingkat CGPI maksimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 91,91 sedangkan untuk tingkat CGPI minimum pada
tahun 2011 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 75,68. Pada tahun 2012 rata-rata tingkat CGPI adalah 86,16. Untuk tingkat CGPI maksimum pada
79
tahun 2012 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 91,88 sedangkan untuk tingkat CGPI minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Timah
Tbk sebesar 77,81. Pada tahun 2013 rata-rata tingkat CGPI adalah 86,74. Untuk tingkat CGPI maksimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Bank
Mandiri Tbk sebesar 92,36 sedangkan untuk tingkat CGPI minimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 80,10.
Tahun 2009-2013 dapat dilihat telah terjadi peningkatan rata-rata tingkat CGPI, hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran perusahaan
megenai penerapan corporate governance semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya kesadaran perusahaan dalam penerapan corporate
governance ini diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat kepercayaan masyarakat dan investor untuk melakukan bisnis dengan perusahaan
tersebut.
3. Firm Age AGE Firm age atau age merupakan usia perusahaan dimana perusahaan
tersebut telah berapa lama mampu bertahan, bersaing, dan mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomia. Semakin lama
perusahaan beroperasi maka kemungkinan besar perusahaan tersebut akan menyediakan banyak informasi mengenai perusahaan yang lebih banyak
dan lebih luas dibandingkan perusahaan yang baru berdiri. Perusahaan dengan usia yang lebih lama biasanya lebih dipercaya daripada perusahaan
yang baru berdiri. Age ini didapat dengan perhitungan dari Ln Tahun Penelitian-Tahun berdiri Perusahaan. Semakin besar nilai age maka
80
semakin lama perusahaan tersebut berdiri dan semakin banyak pengalaman dalam melakukan bisnis.
Tabel 4.3 Deskripsi Rata-rata
Age
No. Emiten
2009 2010
2011 2012
2013
1 ANTM
3,71 3,74
3,76 3,78
3,81 2
BMRI 2,40
2,48 2,56
2,64 2,71
3 BBNI
4,14 4,16
4,17 4,19
4,20 4
PTBA 3,33
3,37 3,40
3,43 3,47
5 GIAA
4,11 4,13
4,14 4,16
4,17 6
JSMR 3,43
3,47 3,50
3,53 3,56
7 TLKM
5,03 5,04
5,04 5,05
5,06 8
TINS 3,50
3,53 3,56
3,58 3,61
3,71 3,74
3,77 3,80
3,82 5,03
5,04 5,04
5,05 5,06
2,40 2,48
2,56 2,64
2,71 Maksimum
Minimum Rata-rata
Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil perhitungan age masing-masing perusahaan
pada tabel 4.3, dapat diketahui rata-rata tingkat age pada tahun 2009 sebasar 3,71. Untuk tingkat age maksimum pada tahun 2009 dimiliki oleh
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 5,03 sedangkan untuk tingkat age minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk
sebesar 2,40. Pada tahun 2010 rata-rata tingkat age sebesar 3,74. Untuk tingkat age maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk sebesar 5,04 sedangkan untuk tingkat age minimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 2,48. Pada tahun
2011 rata-rata tingkat age adalah 3,77. Untuk tingkat age maksimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 5,04
81
sedangkan untuk tingkat age minimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 2,56. Pada tahun 2012 rata-rata tingkat age
sebesar 3,80. Untuk tingkat age maksimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 5,05 sedangkan untuk tingkat
age minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 2,64. Pada tahun 2013 rata-rata tingkat age adalah 3,82. Untuk
tingkat age maksimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 5,06 sedangkan untuk tingkat age minimum pada
tahun 2013 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 2,71. Rata-rata tingkat age yang dimiliki perusahaan semakin meningkat
sehingga hal ini mampu menunjukkan seberapa lama perusahaan tersebut telah berdiri, dan semakin lama perusahaan tersebut berdiri maka akan
semakin banyak pula pengalaman perusahaan tersebut yang telah dilaluinya. Namun ada yang menarik disini karena terdapat perusahaan
yang paling rendah tingkat age-nya yaitu PT Bank Mandiri Tbk, hal ini dikarenakan perusahaan perbankan ini merupakan gabungan dari beberapa
perusahaan merger yang dibentuk dari beberapa bank yang telah mengalami kegagalan di masa krisis di tahun 1998. Sehingga karena masih
terbilang baru perusahaan ini sangat bekerja keras tetap berusaha untuk dapat meyakinkan dan menarik para investor.
4. Firm Size SIZE Firm size atau size atau ukuran perusahaan merupakan proksi dari
probabilitas kebangkrutan peusahaan. Variabel size ini dapat diukur
82
dangan cara Log total asset. Semakin besar nilai size bagi perusahaan maka dapat dilihat akan semakin kecil risiko kebangkrutannya sehingga
akan lebih mudah untuk mengakses perolehan dana pinjaman.
Tabel 4.4 Deskripsi Rata-rata
Size
No. Emiten
2009 2010
2011 2012
2013
1 ANTM
13,00 13,09
13,18 13,29
13,34 2
BMRI 14,60
14,65 14,74
14,80 14,87
3 BBNI
14,36 14,40
14,48 14,52
14,59 4
PTBA 12,91
12,94 13,06
13,10 13,07
5 GIAA
13,17 13,14
13,26 13,44
13,51 6
JSMR 13,21
13,28 13,33
13,39 13,45
7 TLKM
13,99 14,00
14,01 14,05
14,11 8
TINS 12,69
12,77 12,82
12,79 12,90
13,49 13,53
13,61 13,67
13,73 14,60
14,65 14,74
14,80 14,87
12,69 12,77
12,82 12,79
12,90 Rata-rata
Maksimum Minimum
Sumber: Data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan size dari masing-masing perusahaan pada tabel 4.4, dapat diketahui rata-rata tingkat size pada tahun 2009 yaitu
sebesar 13,49. Untuk tingkat size maksimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 14,60 sedangkan untuk tingkat size
minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 12,69. Pada tahun 2010 rata-rata tingkat size sebesar 13,53. Untuk tingkat size
maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 14,65 sedangkan untuk tingkat size minimum pada tahun 2010 dimiliki
oleh PT Timah Tbk sebesar 12,77. Pada tahun 2011 rata-rata tingkat size sebesar 13,61. Untuk tingkat size maksimum pada tahun 2011 dimiliki
83
oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 14,74 sedangkan untuk tingkat size minimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 12,82.
Pada tahun 2012 rata-rata tingkat size sebesar 13,67. Untuk tingkat size maksimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar
14,80 sedangkan untuk tingkat size minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 12,79. Pada tahun 2013 rata-rata tingkat size
adalah 13,73. Untuk tingkat size maksimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 14,87 sedangkan untuk tingkat size
minimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 12,90. Dilihat dari tahun 2009-2013 terdapat perusahaan yang memiliki
tingkat size yang dibawah rata-rata, hal ini menunjukkan perusahaan tersebut sedang mengalami penurunan asset dan mengalami peningkatan
risiko kebangkrutan. Terdapat pula perusahaan dengan tingkat size yang tinggi seperti bank, perusahaan ini dapat mengakses pasar modal dan
memiliki kemudahan untuk mengakses dana, karena mempunyai pengendalian dan tingkat daya saing yang tinggi dibandingkan perusahaan
dengan tingkat size yang rendah.
5. Growth Asset GROWTH Growth asset growth atau pertumbuhan perusahaan merupakan
kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Tingkat growth dapat diukur dengan total asset pada tahun t dikurangi dengan total asset pada
tahun t-1 dibagi dengan total asset pada tahun t-1.
84
Tabel 4.5 Deskripsi Rata-rata
Growth
No. Emiten
2009 2010
2011 2012
2013
1 ANTM
-0,03 0,24
0,24 0,30
0,11 2
BMRI 0,10
0,14 0,23
0,15 0,15
3 BBNI
0,13 0,09
0,20 0,11
0,16 4
PTBA 0,32
0,08 0,32
0,11 -0,08
5 GIAA
-0,03 -0,08
0,32 0,21
0,17 6
JSMR 0,10
0,17 0,13
0,18 0,15
7 TLKM
0,10 0,02
0,03 0,08
0,15 8
TINS -0,16
0,21 0,12
-0,07 0,29
0,07 0,11
0,20 0,13
0,14 0,32
0,24 0,32
0,30 0,29
-0,16 -0,08
0,03 -0,07
-0,08 Rata-rata
Maksimum Minimum
Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil perhitungan growth dari masing-masing
perusahaan pada tabel 4.5, dapat diketahui rata-rata tingkat growth pada tahun 2009 sebesar 0,07. Untuk tingkat growth maksimum pada tahun
2009 dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk sebesar 0,32 sedangkan untuk tingkat growth minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Timah Tbk
sebesar -0,16. Pada tahun 2010 rata-rata tingkat growth sebesar 0,11. Untuk tingkat growth maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Aneka
Tambang Tbk sebesar 0,24 sedangkan untuk tingkat growth minimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Garuda Indonesia Tbk sebesar -0,08.
Pada tahun 2011 rata-rata tingkat growth adalah 0,20. Untuk tingkat growth maksimum pada tahun 2011 dimiliki oleh 2 perusahaan yaitu PT
Bukit Asam Tbk dan PT Garuda Indonesia Tbk sebesar 0,32 sedangkan untuk tingkat growth minimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT
85
Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,03. Pada tahun 2012 rata-rata tingkat growth sebesar 0,13. Untuk tingkat growth maksimum pada tahun
2012 dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk sebesar 0,30 sedangkan untuk tingkat growth minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Timah Tbk
sebesar -0,07. Pada tahun 2013 rata-rata tingkat growth adalah 0,14. Untuk tingkat growth maksimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Timah Tbk
sebesar 0,29 sedangkan untuk tingkat growth minimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk sebesar -0,08.
Tahun 2009-2011 terdapat beberapa perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi, perusahaan tersebut cenderung menggunakan
sumber dana dari luar. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan cepat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal
daripada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah dan lambat. Hal ini dikarenakan suatu perusahaan yang berada dalam usahanya
tersebut seperti pada perusahaan tambang, mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi sehingga harus menyediakan modal yang cukup untuk
membelanjai kebutuhan perusahaan.
6. Business Risk RISK Businees Risk Risk atau risiko bisnis merupakan risiko dari suatu
perusahaan yang tidak mampu untuk menutupi biaya operasionalnya yang dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan. Tingkat risk
dapat diukur dengan perhitungan NOPATmodal, dimana NOPAT ini
86
yaitu laba bersih setelah dikurangi pajak dan bunga, sedangkan modal disini yaitu equity ditambah liability.
Tabel 4.6 Deskripsi Rata-rata
Risk
No. Emiten
2009 2010
2011 2012
2013
1 ANTM
0,06 0,14
0,13 0,15
0,02 2
BMRI 0,02
0,02 0,02
0,02 0,02
3 BBNI
0,01 0,02
0,02 0,02
0,02 4
PTBA 0,34
0,23 0,27
0,23 0,16
5 GIAA
0,07 0,04
0,04 0,04
0,00 6
JSMR 0,06
0,07 0,06
0,06 0,04
7 TLKM
0,12 0,12
0,15 0,16
0,16 8
TINS 0,06
0,16 0,14
0,07 0,07
0,09 0,10
0,10 0,10
0,06 0,34
0,23 0,27
0,23 0,16
0,01 0,02
0,02 0,02
0,00 Rata-Rata
Maksimum Minimum
Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil perhitungan risk dari masing-masing perusahaan
pada tabel 4.6, dapat diketahui rata-rata tingkat risk pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,09. Untuk tingkat risk maksimum pada tahun 2009 dimiliki oleh
PT Bukit Asam Tbk sebesar 0,34 sedangkan untuk tingkat risk minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar
0,01. Pada tahun 2010 rata-rata tingkat risk sebesar 0,10. Untuk tingkat risk maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk sebesar
0,23 sedangkan untuk tingkat risk minimum pada tahun 2010 dimiliki oleh 2 perusahaan yaitu PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Negara Indonesia
Tbk sebesar 0,02. Pada tahun 2011 rata-rata tingkat risk sebesar 0,10. Untuk tingkat risk maksimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Bukit
87
Asam Tbk sebesar 0,27 sedangkan untuk tingkat risk minimum pada tahun 2011 dimiliki oleh 2 perusahaan yaitu PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank
Negara Indonesia Tbk sebesar 0,02. Pada tahun 2012 rata-rata tingkat risk sebesar 0,10. Untuk tingkat risk maksimum pada tahun 2012 dimiliki oleh
PT Bukit Asam Tbk sebesar 0,23 sedangkan untuk tingkat risk minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh 2 perusahaan yaitu PT Bank Mandiri Tbk
dan PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 0,02. Pada tahun 2013 rata- rata tingkat risk adalah 0,06. Untuk tingkat risk maksimum pada tahun
2013 dimiliki oleh 2 perusahaan yaitu PT Bukit Asam Tbk dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,16 sedangkan untuk tingkat risk
minimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Garuda Indonesia Tbk sebesar 0,00.
Tingkat risk pada perusahaan dari tahun 2009-2013 terdapat perusahaan yang memiliki tingkat risk cukup tinggi, hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang diinvestasikan ke perusahaan
tersebut.
C. Analisis Uji Asumsi Klasik