Analisis Uji Statistik Deskriptif

74 memiliki wilayah operasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara serta Cilegon, Banten. Pemegang saham utama pengendali TINS adalah Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TINS meliputi bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan jasa. Kegiatan utama TINS adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambangan timah dan melakukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha. Pada tanggal 27 September 1995, TINS memperoleh persetujuan dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TINS sebanyak 176.155.000 saham Seri B dan Global Depositary Receipts GDR milik Perusahaan. Terhitung mulai tanggal 12 Oktober 2006, Perusahaan melakukan penghentian pencatatan atas GDR milik Perusahaan di Bursa Saham London. Penghentian pencatatan tersebut dilakukan mengingat jumlah GDR yang beredar semakin kecil dan tidak likuid.

B. Analisis Uji Statistik Deskriptif

Pada bagian ini akan dideskripsikan dari data masing-masing variabel yang menampilkan karakteristik dari sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Karakteristik sampel tersebut meliputi: nilai rata-rata sampel, nilai maksimum, dan nilai minimum untuk masing-masing variabel. Deskripsi 75 dalam penelitian ini meliputi 6 variabel, yaitu struktur modal DER, penerapan corporate governance CGPI, firm age AGE, firm size SIZE, growth asset GROWTH dan business risk RISK. Adapun perhitungan data variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Struktur Modal DER Debt Equity Ratio DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur struktur modal yang digunakan perusahaan, karena struktur modal tersebut merupakan kombinasi dari hutang dan ekuitas yang digunakan untuk mendanai proyek perusahaan. DER terdiri dari total assettotal equity, dimana jika nilai DER bernilai lebih dari satu maka perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih besar dari pada modal sendiri. Tabel 4.1 Deskripsi Rata-rata DER No. Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 1 ANTM 0,21 0,28 0,41 0,54 0,71 2 BMRI 10,24 9,81 7,81 7,31 7,26 3 BBNI 10,88 6,50 6,92 6,66 7,11 4 PTBA 0,40 0,36 0,41 0,50 0,55 5 GIAA 3,60 2,95 1,39 1,26 1,64 6 JSMR 1,17 1,37 1,32 1,53 1,61 7 TLKM 1,22 0,98 0,69 0,66 0,83 8 TINS 0,42 0,40 0,43 0,34 0,61 3,52 2,83 2,42 2,35 2,54 10,88 9,81 7,81 7,31 7,26 0,21 0,28 0,41 0,34 0,55 Rata-rata Maksimum Minimum Sumber: Data diolah 76 Berdasarkan data hasil DER dari masing-masing perusahaan pada tabel 4.1, diketahui rata-rata tingkat DER pada tahun 2009 sebesar 3,52. Untuk tingkat DER maksimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 10,88 sedangkan untuk tingkat DER minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk sebesar 0,21. Pada tahun 2010 rata-rata tingkat DER adalah 2,83. Untuk tingkat DER maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 9,81 sedangkan untuk tingkat DER minimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk sebesar 0,28. Pada tahun 2011 rata- rata tingkat DER adalah 2,42. Untuk tingkat DER maksimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 7,81 sedangkan untuk tingkat DER minimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk sebesar 0,41. Pada tahun 2012 rata-rata tingkat DER adalah 2,35. Untuk tingkat DER maksimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 7,31 sedangkan untuk tingkat DER minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 0,34. Pada tahun 2013 rata-rata tingkat DER adalah 2,54. Untuk tingkat DER maksimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 7,26 sedangkan untuk tingkat DER minimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk sebesar 0,55. Tingkat DER perusahaan pada tahun 2009-2013 banyak perusahaan yang memiliki nilai diatas satu, ini berarti menandakan banyak perusahaan yang lebih memilih modal dengan berhutang dibandingkan dengan modal sendiri, hal ini dikarenakan hutang akan menurunkan 77 tingkat pembayaran pajak pada perusahaan tersebut sehingga lebih banyak menghasilkan keuntungan dengan berkurangnya pajak yang dibayarkan perusahaan. 2. Penerapan Corporate Governance CGPI Corporate Governance Perception Index CGPI yaitu program riset dan pemeringkatan penerapan good corporate governance GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui perancangan riset yang mendorong perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate governance dengan melaksanakan evaluasi dan benchmarking sebagai upaya perbaikan yang berkesinambungan continuous improvement. CGPI telah diselenggarakan oleh IICG bekerjasama dengan Majalah SWA sebagai program rutin tahunan sejak tahun 2001 sebagai bentuk penghargaan terhadap inisiatif dan hasil upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang beretika dan bermartabat. Kepesertaan CGPI bersifat sukarela dan melibatkan peran aktif perusahaan bersama seluruh stakeholders dalam memenuhi tahapan pelaksanaan program CGPI, dan hal tersebut menunjukkan komitmen bersama dalam memasyarakatkan GCG, karena program CGPI berupaya mendorong dan menuntut perusahaan peserta untuk melakukan perbaikan atau peningkatan praktik GCG di lingkungannya IICG, 2014:3. 78 Tabel 4.2 Deskripsi Rata-rata CGPI No. Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 1 ANTM 85,99 86,15 86,55 88,71 88,92 2 BMRI 91,67 91,81 91,91 91,88 92,36 3 BBNI 84,58 85,35 85,75 86,07 87,19 4 PTBA 84,11 84,33 82,55 83,80 84,09 5 GIAA 85,26 85,82 85,84 85,93 85,40 6 JSMR 82,65 83,41 83,65 84,52 85,16 7 TLKM 89,04 89,10 89,57 90,58 90,66 8 TINS 73,19 70,73 75,68 77,81 80,10 84,56 84,59 85,19 86,16 86,74 91,67 91,81 91,91 91,88 92,36 73,19 70,73 75,68 77,81 80,10 Rata-Rata M aksimum M inimun Sumber: CGPI Berdasarkan data hasil CGPI dari masing-masing perusahaan pada tabel 4.2, diketahui rata-rata tingkat CGPI pada tahun 2009 sebesar 84,56. Untuk tingkat CGPI maksimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 91,67 sedangkan untuk tingkat CGPI minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 73,19. Pada tahun 2010 rata-rata tingkat CGPI adalah 84,59. Untuk tingkat CGPI maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 91,81 sedangkan untuk tingkat CGPI minimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 70,73. Pada tahun 2011 rata-rata tingkat CGPI adalah 85,19. Untuk tingkat CGPI maksimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 91,91 sedangkan untuk tingkat CGPI minimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 75,68. Pada tahun 2012 rata-rata tingkat CGPI adalah 86,16. Untuk tingkat CGPI maksimum pada 79 tahun 2012 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 91,88 sedangkan untuk tingkat CGPI minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 77,81. Pada tahun 2013 rata-rata tingkat CGPI adalah 86,74. Untuk tingkat CGPI maksimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 92,36 sedangkan untuk tingkat CGPI minimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 80,10. Tahun 2009-2013 dapat dilihat telah terjadi peningkatan rata-rata tingkat CGPI, hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran perusahaan megenai penerapan corporate governance semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya kesadaran perusahaan dalam penerapan corporate governance ini diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat kepercayaan masyarakat dan investor untuk melakukan bisnis dengan perusahaan tersebut. 3. Firm Age AGE Firm age atau age merupakan usia perusahaan dimana perusahaan tersebut telah berapa lama mampu bertahan, bersaing, dan mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomia. Semakin lama perusahaan beroperasi maka kemungkinan besar perusahaan tersebut akan menyediakan banyak informasi mengenai perusahaan yang lebih banyak dan lebih luas dibandingkan perusahaan yang baru berdiri. Perusahaan dengan usia yang lebih lama biasanya lebih dipercaya daripada perusahaan yang baru berdiri. Age ini didapat dengan perhitungan dari Ln Tahun Penelitian-Tahun berdiri Perusahaan. Semakin besar nilai age maka 80 semakin lama perusahaan tersebut berdiri dan semakin banyak pengalaman dalam melakukan bisnis. Tabel 4.3 Deskripsi Rata-rata Age No. Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 1 ANTM 3,71 3,74 3,76 3,78 3,81 2 BMRI 2,40 2,48 2,56 2,64 2,71 3 BBNI 4,14 4,16 4,17 4,19 4,20 4 PTBA 3,33 3,37 3,40 3,43 3,47 5 GIAA 4,11 4,13 4,14 4,16 4,17 6 JSMR 3,43 3,47 3,50 3,53 3,56 7 TLKM 5,03 5,04 5,04 5,05 5,06 8 TINS 3,50 3,53 3,56 3,58 3,61 3,71 3,74 3,77 3,80 3,82 5,03 5,04 5,04 5,05 5,06 2,40 2,48 2,56 2,64 2,71 Maksimum Minimum Rata-rata Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil perhitungan age masing-masing perusahaan pada tabel 4.3, dapat diketahui rata-rata tingkat age pada tahun 2009 sebasar 3,71. Untuk tingkat age maksimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 5,03 sedangkan untuk tingkat age minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 2,40. Pada tahun 2010 rata-rata tingkat age sebesar 3,74. Untuk tingkat age maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 5,04 sedangkan untuk tingkat age minimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 2,48. Pada tahun 2011 rata-rata tingkat age adalah 3,77. Untuk tingkat age maksimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 5,04 81 sedangkan untuk tingkat age minimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 2,56. Pada tahun 2012 rata-rata tingkat age sebesar 3,80. Untuk tingkat age maksimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 5,05 sedangkan untuk tingkat age minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 2,64. Pada tahun 2013 rata-rata tingkat age adalah 3,82. Untuk tingkat age maksimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 5,06 sedangkan untuk tingkat age minimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 2,71. Rata-rata tingkat age yang dimiliki perusahaan semakin meningkat sehingga hal ini mampu menunjukkan seberapa lama perusahaan tersebut telah berdiri, dan semakin lama perusahaan tersebut berdiri maka akan semakin banyak pula pengalaman perusahaan tersebut yang telah dilaluinya. Namun ada yang menarik disini karena terdapat perusahaan yang paling rendah tingkat age-nya yaitu PT Bank Mandiri Tbk, hal ini dikarenakan perusahaan perbankan ini merupakan gabungan dari beberapa perusahaan merger yang dibentuk dari beberapa bank yang telah mengalami kegagalan di masa krisis di tahun 1998. Sehingga karena masih terbilang baru perusahaan ini sangat bekerja keras tetap berusaha untuk dapat meyakinkan dan menarik para investor. 4. Firm Size SIZE Firm size atau size atau ukuran perusahaan merupakan proksi dari probabilitas kebangkrutan peusahaan. Variabel size ini dapat diukur 82 dangan cara Log total asset. Semakin besar nilai size bagi perusahaan maka dapat dilihat akan semakin kecil risiko kebangkrutannya sehingga akan lebih mudah untuk mengakses perolehan dana pinjaman. Tabel 4.4 Deskripsi Rata-rata Size No. Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 1 ANTM 13,00 13,09 13,18 13,29 13,34 2 BMRI 14,60 14,65 14,74 14,80 14,87 3 BBNI 14,36 14,40 14,48 14,52 14,59 4 PTBA 12,91 12,94 13,06 13,10 13,07 5 GIAA 13,17 13,14 13,26 13,44 13,51 6 JSMR 13,21 13,28 13,33 13,39 13,45 7 TLKM 13,99 14,00 14,01 14,05 14,11 8 TINS 12,69 12,77 12,82 12,79 12,90 13,49 13,53 13,61 13,67 13,73 14,60 14,65 14,74 14,80 14,87 12,69 12,77 12,82 12,79 12,90 Rata-rata Maksimum Minimum Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil perhitungan size dari masing-masing perusahaan pada tabel 4.4, dapat diketahui rata-rata tingkat size pada tahun 2009 yaitu sebesar 13,49. Untuk tingkat size maksimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 14,60 sedangkan untuk tingkat size minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 12,69. Pada tahun 2010 rata-rata tingkat size sebesar 13,53. Untuk tingkat size maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 14,65 sedangkan untuk tingkat size minimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 12,77. Pada tahun 2011 rata-rata tingkat size sebesar 13,61. Untuk tingkat size maksimum pada tahun 2011 dimiliki 83 oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 14,74 sedangkan untuk tingkat size minimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 12,82. Pada tahun 2012 rata-rata tingkat size sebesar 13,67. Untuk tingkat size maksimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 14,80 sedangkan untuk tingkat size minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 12,79. Pada tahun 2013 rata-rata tingkat size adalah 13,73. Untuk tingkat size maksimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Bank Mandiri Tbk sebesar 14,87 sedangkan untuk tingkat size minimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 12,90. Dilihat dari tahun 2009-2013 terdapat perusahaan yang memiliki tingkat size yang dibawah rata-rata, hal ini menunjukkan perusahaan tersebut sedang mengalami penurunan asset dan mengalami peningkatan risiko kebangkrutan. Terdapat pula perusahaan dengan tingkat size yang tinggi seperti bank, perusahaan ini dapat mengakses pasar modal dan memiliki kemudahan untuk mengakses dana, karena mempunyai pengendalian dan tingkat daya saing yang tinggi dibandingkan perusahaan dengan tingkat size yang rendah. 5. Growth Asset GROWTH Growth asset growth atau pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Tingkat growth dapat diukur dengan total asset pada tahun t dikurangi dengan total asset pada tahun t-1 dibagi dengan total asset pada tahun t-1. 84 Tabel 4.5 Deskripsi Rata-rata Growth No. Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 1 ANTM -0,03 0,24 0,24 0,30 0,11 2 BMRI 0,10 0,14 0,23 0,15 0,15 3 BBNI 0,13 0,09 0,20 0,11 0,16 4 PTBA 0,32 0,08 0,32 0,11 -0,08 5 GIAA -0,03 -0,08 0,32 0,21 0,17 6 JSMR 0,10 0,17 0,13 0,18 0,15 7 TLKM 0,10 0,02 0,03 0,08 0,15 8 TINS -0,16 0,21 0,12 -0,07 0,29 0,07 0,11 0,20 0,13 0,14 0,32 0,24 0,32 0,30 0,29 -0,16 -0,08 0,03 -0,07 -0,08 Rata-rata Maksimum Minimum Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil perhitungan growth dari masing-masing perusahaan pada tabel 4.5, dapat diketahui rata-rata tingkat growth pada tahun 2009 sebesar 0,07. Untuk tingkat growth maksimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk sebesar 0,32 sedangkan untuk tingkat growth minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar -0,16. Pada tahun 2010 rata-rata tingkat growth sebesar 0,11. Untuk tingkat growth maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk sebesar 0,24 sedangkan untuk tingkat growth minimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Garuda Indonesia Tbk sebesar -0,08. Pada tahun 2011 rata-rata tingkat growth adalah 0,20. Untuk tingkat growth maksimum pada tahun 2011 dimiliki oleh 2 perusahaan yaitu PT Bukit Asam Tbk dan PT Garuda Indonesia Tbk sebesar 0,32 sedangkan untuk tingkat growth minimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT 85 Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,03. Pada tahun 2012 rata-rata tingkat growth sebesar 0,13. Untuk tingkat growth maksimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk sebesar 0,30 sedangkan untuk tingkat growth minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar -0,07. Pada tahun 2013 rata-rata tingkat growth adalah 0,14. Untuk tingkat growth maksimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Timah Tbk sebesar 0,29 sedangkan untuk tingkat growth minimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk sebesar -0,08. Tahun 2009-2011 terdapat beberapa perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi, perusahaan tersebut cenderung menggunakan sumber dana dari luar. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan cepat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal daripada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah dan lambat. Hal ini dikarenakan suatu perusahaan yang berada dalam usahanya tersebut seperti pada perusahaan tambang, mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi sehingga harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai kebutuhan perusahaan. 6. Business Risk RISK Businees Risk Risk atau risiko bisnis merupakan risiko dari suatu perusahaan yang tidak mampu untuk menutupi biaya operasionalnya yang dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan. Tingkat risk dapat diukur dengan perhitungan NOPATmodal, dimana NOPAT ini 86 yaitu laba bersih setelah dikurangi pajak dan bunga, sedangkan modal disini yaitu equity ditambah liability. Tabel 4.6 Deskripsi Rata-rata Risk No. Emiten 2009 2010 2011 2012 2013 1 ANTM 0,06 0,14 0,13 0,15 0,02 2 BMRI 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 3 BBNI 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 4 PTBA 0,34 0,23 0,27 0,23 0,16 5 GIAA 0,07 0,04 0,04 0,04 0,00 6 JSMR 0,06 0,07 0,06 0,06 0,04 7 TLKM 0,12 0,12 0,15 0,16 0,16 8 TINS 0,06 0,16 0,14 0,07 0,07 0,09 0,10 0,10 0,10 0,06 0,34 0,23 0,27 0,23 0,16 0,01 0,02 0,02 0,02 0,00 Rata-Rata Maksimum Minimum Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil perhitungan risk dari masing-masing perusahaan pada tabel 4.6, dapat diketahui rata-rata tingkat risk pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,09. Untuk tingkat risk maksimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk sebesar 0,34 sedangkan untuk tingkat risk minimum pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 0,01. Pada tahun 2010 rata-rata tingkat risk sebesar 0,10. Untuk tingkat risk maksimum pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk sebesar 0,23 sedangkan untuk tingkat risk minimum pada tahun 2010 dimiliki oleh 2 perusahaan yaitu PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 0,02. Pada tahun 2011 rata-rata tingkat risk sebesar 0,10. Untuk tingkat risk maksimum pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Bukit 87 Asam Tbk sebesar 0,27 sedangkan untuk tingkat risk minimum pada tahun 2011 dimiliki oleh 2 perusahaan yaitu PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 0,02. Pada tahun 2012 rata-rata tingkat risk sebesar 0,10. Untuk tingkat risk maksimum pada tahun 2012 dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk sebesar 0,23 sedangkan untuk tingkat risk minimum pada tahun 2012 dimiliki oleh 2 perusahaan yaitu PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 0,02. Pada tahun 2013 rata- rata tingkat risk adalah 0,06. Untuk tingkat risk maksimum pada tahun 2013 dimiliki oleh 2 perusahaan yaitu PT Bukit Asam Tbk dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,16 sedangkan untuk tingkat risk minimum pada tahun 2013 dimiliki oleh PT Garuda Indonesia Tbk sebesar 0,00. Tingkat risk pada perusahaan dari tahun 2009-2013 terdapat perusahaan yang memiliki tingkat risk cukup tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang diinvestasikan ke perusahaan tersebut.

C. Analisis Uji Asumsi Klasik

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Firm Size, &Asset Tangibility terhadap Financial Leveragepada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 39 84

Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi terhadap Dividen Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI

1 71 125

Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity, Dan Profitability Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei

1 55 90

Pengaruh Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008

1 71 94

PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

0 2 64

PENGARUH GROWTH, FIRM SIZE, LIKUIDITAS, INTEREST COVERAGE RATIO,PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PENGARUH GROWTH, FIRM SIZE, LIKUIDITAS, INTEREST COVERAGE RATIO, PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PER

0 4 18

PENGARUH FIRM SIZE, EARNING VOLATILITY, ASSET TANGIBILITY, PROFITABILITY, GROWTH, DAN FIRM AGE TERHADAP LEVERAGE

3 15 80

PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH, PROFITABILITY, BUSINESS RISK DAN TANGIBLE ASSETS TERHADAP FINANCIAL LEVERAGE Pengaruh Firm Size, Growth, Profitability, Business Risk Dan Tangible Assets Terhadap Financial Leverage (Studi Empiris Pada Conventional Index LQ 4

0 0 14

PENGARUH FAMILY CONTROL, FIRM RISK, FIRM SIZE DAN FIRM AGE TERHADAP PROFITABILITAS DAN NILAI PERUSAHAAN PADA SEKTOR KEUANGAN | Hariyanto | Business Accounting Review 1372 2520 1 SM

0 1 10

PENGARUH FIRM SIZE CORPORATE GOVERNANCE

0 0 10