Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, dan Business Risk Terhadap Struktur Modal Perusahaan: (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Tercatat Di IICG dan Terdaftar Di BEI Periode 2009 – 2013)

(1)

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE, FIRM AGE, FIRM SIZE, GROWTH ASSET, DAN BUSINESS RISK TARHADAP

STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

(Studi Kasus Pada Perusahaan yang Tercatat Di IICG dan Terdaftar Di BEI Periode 2009 – 2013)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh : IQLIMA OKTAVIANI

1111081000015

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Iqlima Oktaviani 2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Oktober 1992

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jalan Belly Gg. Mekar 3 No.21 RT 06/09, Kel. Cijantung, Kec. Pasar Rebo,

Kotamadya Jakarta Timur. 6. Email : iqlimao@ymail.com

II. PENDIDIKAN

1. TK Mekarsari Jakarta Timur Tahun 1998-1999 2. SD Negeri Cijantung 07 Pagi Jakarta Tahun 1999-2005 3. SMP Negeri 91 Jakarta Timur Tahun 2005-2008 4. SMA Negeri 99 Jakarta Timur Tahun 2008-2011 5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-Sekarang

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Mading (Majalah Dinding) SMPN 91 Jakarta (2005-2007) 2. Bendahara Rohis SMPN 91 Jakarta (2006-2007)

3. Bendahara LC (Language Club) SMAN 99 Jakarta (2009-2010) 4. Ketua Keputrian Risma (Rohis) SMAN 99 Jakarta (2009-2010)

5. Bendahara LDK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Divisi Pengembangan Ekonomi (2013-2014)


(7)

vii ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the effect of the implementation of Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, and Business Risk to Capital Structure of the Company. The sample in this research are 8 companies that listed in the Indonesian Institute of Corporate Governance and is listed on the Indonesia Stock Exchange 2009-2013 period. The analysis technique used in this research is multiple linear regression analysis.

The result of this research shows that simultaneous whole variables in this research had a significant influence on the Capital Structure with significance level of 5%. Partially the result that the implementation of corporate governance variables, firm age and firm size has a partial effect on Capital Structure. As for the variable growth asset and business risk does not have a partial effect on Capital Structure. The most dominant variable influence on the capital structure partially is variable firm size. Adjusted R-squared coefficient shows that the implementation of Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, and Business Risk able to explain the variable capital structure of 81.2% and the remaining 18.8% is explained by other variables outside of research, such as tax, corporate stability, profitability, market conditions, asset structure and operating leverage.

Keywords: Implementation of Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Assets, Business Risk and Capital Structure


(8)

viii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, dan Business Risk terhadap Struktur Modal Perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 8 perusahaan yang tercatat di The Indonesian Institute of Corporate Governance dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan keseluruhan variabel di dalam penelitian ini memiliki pengaruh signifikan terhadap Struktur Modal dengan tingkat signifikasi 5%. Secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel penerapan corporate governance, firm age dan firm size memiliki pengaruh secara parsial terhadap Struktur Modal. Sedangkan untuk variabel growth asset dan business risk tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap Struktur Modal. Pengaruh variabel yang paling dominan terhadap Struktur Modal secara parsial adalah variabel firm size. Untuk hasil koefisien Adjusted R2 menunjukkan bahwa penerapan Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, dan Business Risk mampu menjelaskan variabel Struktur Modal sebesar 81,2% dan sisanya sebesar 18,8 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian, seperti pajak, stabilitas perusahaan, profitabilitas, kondisi pasar, struktur aktiva, dan leverage operasi.

Kata Kunci: Penerapan Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, Business Risk dan Struktur Modal


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis agar penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul, “Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Age, Size, Growth, dan Risk Tarhadap Struktur Modal Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Tercatat Di IICG dan Terdaftar Di BEI Periode 2009 –2013)”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.

Tugas skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kendala yang dihadapi penulis. Namun berkat ridho, rahmat dan hidayah-Nya yang begitu melimpah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis bersyukur atas segala kemudahan dan kelancaran yang selalu dianugerahkan Allah S.W.T. dan tidak lupa penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua yang saya cintai, Bapak Khayan dan Ibu Yeni Nurnaeni. Terima kasih selalu memberikan cinta, kasih sayang, serta menjaga dan mendidik penulis dengan ikhlas dan sabar. Do’a dan dukungan yang diberikan sangat berarti dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu menjaga kalian.

2. Suami yang saya cintai, Alam Pamungkas. Terima kasih atas do’a, cinta, kasih sayang, saran, dukungan, canda dan tawa yang selalu diberikan kepada penulis.

3. Adik yang saya sayangi, Hannifa. Dan sepupu saya yang lucu Sabrina. Terima kasih atas dukungan, canda dan tawa yang selalu diberikan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB selaku dosen Pembimbing I yang bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk masukan dan motivasi yang telah bapak berikan selama ini.


(10)

x

5. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA selaku dosen Pembimbing II yang bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk masukan dan motivasi yang telah bapak berikan selama ini.

6. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si sebagai Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

9. Seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

10.Sahabat-sahabat serta teman seperjuangan tersayang, Arini, Elis, Dwi, Ela, Supiyah yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan hiburan kepada penulis. Semoga persahabatan kita akan terus berlanjut sampai tua nanti.

11.Teman-teman Manajemen A, Manajemen Keuangan, Manajemen 2011, dan KKN CARE yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

12.Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Oktober 2015


(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 16

1. Struktur Modal ... 17

2. Penerapan Corporate Goverance ... 29

3. Firm Age ... 34

4. Firm Size ... 35


(12)

xii

6. Business Risk ... 38

B. Penelitian Terdahulu ... 41

C. Kerangka Pemikiran ... 44

D. Hipotesis ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 47

B. Metode Penentuan Sampel ... 47

C. Metode Pengumpulan Data ... 49

D. Metode Analisis Data ... 51

1. Uji Statistik Deskriptif ... 51

2. Uji Asumsi Klasik ... 51

a. Uji Normalitas ... 51

b. Uji Multikolinieritas ... 52

c. Uji Heteroskedastisitas ... 54

d. Uji Autokorelasi ... 55

3. Pengujian Hipotesis ... 57

a. Uji t (Uji Signifikansi Parsial) ... 57

b. Uji F (Uji Signifikansi Simultan) ... 58

c. Uji R2 (Koefisien Determinasi)... 59

4. Uji Regresi Linier Berganda... 60

E. Operasional Variabel Penelitian ... 61

1. Variabel Dependen ... 61

2. Variabel Independen ... 62

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 65

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 65

2. Profil Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian ... 66

B. Analisis Uji Statistik Deskriptif ... 74

C. Analisis Uji Asumsi Klasik ... 87

1. Uji Normalitas ... 87


(13)

xiii

3. Uji Heteroskedastisitas ... 91

4. Uji Autokorelasi ... 93

D. Pengujian Hipotesis ... 94

1. Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, dan Business Risk Terhadap Struktur Modal Secara Parsial... 94

2. Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, dan Business Risk Terhadap Struktur Modal Secara Simultan ... 96

3. Uji R2 (Koefisien Determinasi) ... 97

E. Analisis Regresi Linier Berganda ... 98

F. Pembahasan ... 100

1. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Struktur Modal ... 100

2. Pengaruh Age Terhadap Struktur Modal ... 101

3. Pengaruh Size Terhadap Struktur Modal... 103

4. Pengaruh Growth Terhadap Struktur Modal ... 104

5. Pengaruh Risk Terhadap Struktur Modal ... 105

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 107

B. Keterbatasan ... 109

C. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio Perusahaan yang Tercatat di IICG dan

Terdaftar di BEI Periode 2009-2013 ... 6

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 41

Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel... 49

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ... 49

Tabel 3.3 Analisis Durbin-Watson ... 56

Tabel 4.1 Deskripsi Rata-rata DER ... 75

Tabel 4.2 Deskripsi Rata-rata CGPI ... 78

Tabel 4.3 Deskripsi Rata-rata Age ... 80

Tabel 4.4 Deskripsi Rata-rata Size ... 82

Tabel 4.5 Deskripsi Rata-rata Growth ... 84

Tabel 4.6 Deskripsi Rata-rata Risk ... 86

Tabel 4.7 Hasil One-sample Kolmogorov-Smirnov ... 89

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ... 90

Tabel 4.9 Hasil Uji Glejser ... 93

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 94

Tabel 4.11 Hasil Uji t (Parsial) ... 95

Tabel 4.12 Hasil Uji F (Simultan) ... 97

Tabel 4.13 Hasil Uji R2 (Koefisien Determinasi) ... 98


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 45 Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot... 88 Gambar 4.2 Grafik Scatterplot ... 92


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ... 111

Lampiran 2 Hasil Perhitungan Data Mentah... 112

Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data dengan Aplikasi SPSS ... 115


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia usaha kini dapat kita rasakan semakin pesat dan persaingan yang semakin ketat, sehingga mengharuskan perekonomian Indonesia untuk lebih giat lagi dalam melakukan kegiatan ekonomi. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi persaingan global yang terjadi saat ini yang dipengaruhi dari dalam maupun dari luar negeri. Kondisi yang demikian, dapat dirasakan oleh berbagai pihak, khususnya oleh banyak perusahaan dimana para pengusaha diharuskan untuk berupaya keras agar dapat bertahan diantara para pesaing dan menjaga agar usahanya tersebut tidak mengalami kemunduran atau kerugian yang dapat mengakibatkan terganggunya kegiatan operasional perusahaan.

Kelangsungan hidup suatu perusahaan merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui dan diharapkan terus meningkat. Karena pada dasarnya tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran para pemiliknya dan terus meningkatkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan modal dan kemampuan manajemen yang baik dalam mengelola keuangan perusahaan khusunya dalam hal modal agar dapat diolah seefisien mungkin.

Untuk menjalankan kegiatan perusahaan, pemilik perusahaan akan menunjuk manajer untuk mengelola perusahaan, kemudian manajer tersebut yang nantinya akan mengambil keputusan. Salah satu keputusan penting yang


(18)

2 nantinya akan dihadapi manajer dalam kaitannya dengan kelangsungan kegiatan operasi perusahaan adalah keputusan mengenai permodalan atau pemilihan struktur modal. Tujuan dari pemilihan struktur modal ini yaitu untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, memaksimumkan kesejahteraan baik pemilik perusahaan maupun investor, dan meminimalkan biaya modal yang dikeluarkan.

Manajemen keuangan menurut James C. van Horne adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolahan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Sedangkan menurut Brigham mengatakan manajemen keuangan adalah seni (art) dan ilmu (science), untuk me-menage uang, yang meliputi proses, dan instrument yang terlibat dengan masalah transfer uang di antara individu, bisnis, dan pemerintah (Kasmir, 2010:5-7).

Manajemen keuangan yaitu berkaitan dengan perolehan asset, pendanaan, dan manajemen asset dengan didasari beberapa tujuan umum dalam semua tindakan (Horne dan Marchowicz, 2012:2).

Jadi dapat disimpulkan bahwa, manajemen keuangan adalah aktivitas yang berkaitan erat dalam mengelola keuangan yang meliputi proses perolehan, pengelolaan dan pengalokasian dana yang tersedia secara efektif dan efisien, serta harus mampu memilih dana yang ada untuk selanjutnya akan dibagikan kepada para pemegang saham atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan.

Peranan manajemen keuangan sangat penting di dalam sebuah perusahaan yaitu untuk mengatasi permasalahan keuangan yang terjadi yang tentunya dapat mempengaruhi manajemen lainnya, sehingga manajemen


(19)

3 keuangan harus mengetahui dan memahami posisi serta keadaan keuangan perusahaan.

Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan diwakili atau dipimpin oleh manajer keuangan. Pencapaian tujuan perusahaan lebih banyak dibebankan kepada manajer keuangan dalam rangka mencari dan mengelola dana yang ada. Ketiadaan atau keterbatasan dana merupakan tugas menejer keuangan untuk segera memenuhinya. Demikian pula dengan pengelolaan dana yang dimiliki haruslah dilakukan secara tepat (Kasmir, 2010:5)

Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, maka diperlukan adanya modal yang cukup guna mendanai seluruh aktivitas perusahaan yang merupakan salah satu dari tugas manajer keuangan. Modal bagi perusahaan merupakan salah satu unsur financial terpenting, karena tanpa adanya modal, suatu perusahaan tidak akan mampu berjalan dengan baik. Setiap perusahaan pasti memiliki struktur modal yang belum tentu serupa dengan perusahaan lain. Masalah sumber pendanaan merupakan hal penting bagi perusahaan, dan dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan mengenai pemilihan sumber modal perusahaan dalam memperolehnya, yaitu yang pertama, bersumber dari internal yaitu berupa laba ditahan (dividend) dan cadangan kas perusahaan yang dapat digunakan, yang kedua, bersumber dari eksternal dengan mengeluarkan saham untuk dijual kepada investor, hal ini akan membuat perusahaan dihadapkan dengan masalah mengenai besarnya biaya modal pengeluaran saham tersebut; dan ada pula dengan melakukan pinjaman, dimana biaya yang dikeluarkan memang lebih sedikit akan tetapi dengan melakukan


(20)

4 pinjaman tersebut maka perusahaan akan menghadapi adanya risiko kewajiban dan pembayaran bunga yang mungkin terus meningkat.

Struktur modal adalah paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan (Keown, et.al., 2000:542). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001:5), struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa yang direncanakan perusahaan untuk menambah modal.

Menurut Rodoni dan Ali (2010:137), mengatakan bahwa struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

Menurut Andi Setiawan (2010:4), struktur modal adalah kombinasi dari penggunaan sumber dana yang digunakan oleh perusahaan baik itu berupa hutang maupun modal sendiri untuk membiayai aktivitas perusahaan dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan sumber pendanaan perusahaan jangka panjang untuk membiayai seluruh aktivitas perusahaan yang berasal dari hutang maupun modal sendiri.

Semua struktur modal adalah baik. Tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang terbaik (Husnan dan Pudjiastuti, 2002:293)


(21)

5 Dalam suatu perusahaan diperlukannya pengelolaan struktur modal yang optimal, karena jika suatu perusahaan memiliki struktur modal yang optimal, perusahaan akan lebih memanfaatkan struktur modal yang ada seefektif mungkin untuk dapat memperoleh keuntungan yang maksimum.

Struktur modal optimal adalah struktur modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan, (Horne dan Wachowicz, 1998:478). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001:45), menyatakan bahwa struktur modal yang optimal adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan.

Jika pemenuhan dana perusahaan bersumber dari hutang yang tinggi, maka semakin tinggi rasio hutang, dan semakin tinggi pula risiko perusahaan sehingga suku bunga semakin tinggi. Apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba operasi tidak mencukupi untuk menutupi beban bunga, maka pemegang saham harus dapat menutupi kekurangan tersebut, dan jika perusahaan tidak sanggup maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan, hal ini tentunya tidak termasuk dalam struktur modal yang optimal.

Struktur modal dapat diukur dari rasio perbandingan antara total hutang terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio (DER). DER dapat menunjukkan tingkat resiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi rasio DER, maka perusahaan semakin tinggi resikonya karena pendanaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal sendiri (equity) mengingat dalam perhitungan hutang dibagi dengan modal sendirinya, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi dari modal sendirinya berarti rasio DER diatas satu, sehingga penggunaan dana yang digunakan untuk aktivitas


(22)

6 operasional perusahaan lebih banyak menggunakan dari unsur hutang (Nugroho, 2006:6)

Di Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, dimana terdapat banyak perusahaan yang menunjukkan fenomena yang cukup menarik yaitu terdapat perusahaan khususnya yang tercatat di The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) serta terdaftar pula pada Bursa Efek Jakarta (BEI) memiliki tingkat hutang yang lebih tinggi daripada modal yang dimiliki perusahaan, ini berarti sumber pendanaan perusahaan dalam jangka panjang sangat bergantung pada pinjaman/hutang. Hal ini merupakan kondisi yang tidak baik karena tingkat risiko perusahaan yang tinggi dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan apabila suatu saat terjadi kondisi ekonomi yang menurun atau terjadinya krisis ekonomi yang melanda negeri.

Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio

Perusahaan yang Tercatat di IICG dan Terdaftar di BEI Periode 2009-2013

No. Perusahaan Emiten 2009 2010 2011 2012 2013

1 PT Aneka Tambang Tbk ANTM 0,21 0,28 0,41 0,54 0,71

2 PT Bank Mandiri Tbk BMRI 10,24 9,81 7,81 7,31 7,26

3 PT Bank Negara Indonesia Tbk BBNI 10,88 6,50 6,92 6,66 7,11

4 PT Bukit asam Tbk PTBA 0,40 0,36 0,41 0,50 0,55

5 PT Garuda Indonesia Tbk GIAA 3,60 2,95 1,39 1,26 1,64

6 PT Jasa Marga Tbk JSMR 1,17 1,37 1,32 1,53 1,61

7 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM 1,22 0,98 0,69 0,66 0,83

8 PT Timah Tbk TINS 0,42 0,40 0,43 0,34 0,61

3,52 2,83 2,42 2,35 2,54

Rata-rata


(23)

7 Dari tabel 1.1 di atas menunjukan nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) pertahun pada periode 2009-2013 dari 8 perusahaan yang termasuk dalam IICG dan terdaftar pada BEI, dimana perusahaan ini merupakan perusahaan yang selalu ikut serta dalam riset mengenai tingkat penerapan corporate governance. Untuk nilai rata-rata DER pada tahun 2009 adalah 3,52 ; DER untuk tahun 2010 adalah 2,83 ; kemudian untuk DER tahun 2011 sebesar 2,42 ; selanjutnya untuk DER tahun 2012 sebesar 2,35 ; dan untuk tahun 2013 adalah sebesar 2,54. Sehingga dapat kita lihat penggunaan dana yang berasal dari pinjaman atau hutang mengalami fluktuatif, seperti di periode 2009-2012 mengalami penurunan, kemudian mengalami kenaikkan di periode 2012-2013.

Jika dilihat Debt to Equity Ratio (DER) dari masing-masing perusahaan maka ditemukan terdapat beberapa perusahaan yang memiliki DER diatas nilai satu dan dibawah nilai satu. Ada beberapa perusahaan yang memiliki nilai DER kurang dari satu selama periode 2009-2013 yaitu, PT. Aneka Tambang Tbk, PT. Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk. Sedangkan pada perusahaan yang memiliki nilai DER lebih dari satu pada periode 2009-2013 yaitu, PT Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT Garuda Indonesia Tbk, dan PT. Jasa Marga Tbk. Namun terdapat pula nilai DER perusahaan yang tidak stabil atau fluktuatif selama periode 2009-2013 ada yang bernilai kurang dari satu dan ada pula yang nilainya lebih dari satu yaitu, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Berdasarkan tabel di atas selama periode 2009 sampai dengan 2013 terdapat sekitar 50% perusahaan yang tercatat di IICG dan terdaftar pada BEI


(24)

8 memiliki nilai DER lebih dari satu. Hal ini berarti pada perusahaan tersebut memiliki proporsi hutang yang lebih besar dari modal sendiri, sehingga perusahaan tersebut memilih untuk melakukan pinjaman atau berhutang untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Sehingga perusahaan tersebut dapat dikatakan memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang memiliki nilai DER kurang dari satu.

Jika DER bernilai lebih dari satu maka perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih besar dari pada modal sendiri, maka hal ini tidak sesuai dengan teori struktur modal yang optimal dimana seharusnya jumlah hutang perusahaan tidak melebihi dari jumlah modal sendiri. Jika hal ini terjadi maka risiko yang akan ditanggung oleh investor pada perusahaan tersebut akan menjadi lebih besar. Untuk itu kebanyakan para investor lebih tertarik menanamkan modalnya ke dalam bentuk investasi pada perusahaan yang memiliki DER yang besaranya kurang dari satu karena untuk menghindari risiko yang lebih besar.

Dari fenomena yang terjadi pada perusahaan yang tercatat di IICG yang memiliki tingginya nilai hutang dalam kondisi keuangannya, mengharuskan perusahaan untuk mampu memilih proporsi sumber pendanaan perusahaan yang sebaiknya lebih mengurangi hutang sehingga risiko bisnis perusahaan semakin kecil. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk dijadikan objek penelitian.

Dalam penentuan keputusan struktur modal perusahaan banyak dipengaruhi oleh beberapa variabel. Good corporate governance telah menjadi isu yang hangat dibicarakan serta menjadi pemicu berkembangnya penelitian


(25)

9 manajemen mengenai kualitas pelaksanaannya oleh perusahaan besar dan perusahaan yang telah terdaftar atau go public. Secara umum, good corporate governance dianggap memiliki implikasi signifikan bagi prospek pertumbuhan ekonomi, karena tata kelola perusahaan yang baik mampu mengurangi risiko bagi investor dan merupakan mekanisme kunci untuk melindungi kepentingan pemegang saham selaku pemilik perusahaan (Kajananthan, 2012).

Tidak jarang dijumpai adanya konflik yang terjadi antara pemegang saham dan manajer. Munculnya konflik yang terjadi terkadang disebabkan oleh adanya pertentangan kepentingan yang terjadi antara manajer, pemegang saham, dan kreditor. Hal ini dikenal dengan masalah keagenan. Untuk mengurangi konflik yang terjadi tersebut, diperlukan suatu mekanisme corporate governance atau tata kelola perusahaan di perusahaan tersebut. Dengan adanya corporate governance atau tata kelola perusahaan yang dijalankan dengan baik di suatu perusahaan maka diharapkan dapat memperoleh kepercayaan yang lebih dari pemegang saham kepada manajer, terutama dalam pemilihan struktur modal perusahaan.

Hasil studi empiris yang dilakukan oleh Pornsit Jiraporn dkk. (2012), yang berjudul “Capital Structure and Corporate Governance Quality: Evidence from The Institutional Shareholder Service (ISS)”, dengan objek penelitian yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Amerika Serikat yaitu, pada variabel Kualitas Corporate Governance terdapat hubungan signifikan negatif terhadap Struktur Modal. Hasil yang hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajendran Kajanantan (2012), dengan sampel penelitian Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di


(26)

10 Bursa Efek Srilanka, menunjukkan bahwa terdapat Variabel Board Committee dan Board Composition berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Dari kedua hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel Corporate Governance dengan Struktur Modal.

Struktur modal pada umumnya dipengaruhi oleh firm age (usia perusahaan), seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafi’i (2013) dengan sampel penelitian perusahaan sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012, menunjukkan bahwa variabel firm age memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal.

Firm size (ukuran perusahaan) merupakan varibel yang berpengaruh juga terhadap struktur modal seperti pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Imam Syafi’i (2013) dengan studi empiris yaitu pada perusahaan sektor makanan-minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012, menunjukkan bahwa variabel firm size (ukuran perusahaan) memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa firm size juga berpengaruh terhadap struktur modal. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Husnul Khotimah (2013), yang menyatakan bahwa firm size tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asih Suko Nugroho (2006) dengan studi empiris yaitu pada perusahaan properti yang Go Public di Bursa Efek Jakarta periode 1994-2004, menunjukkan bahwa variabel growth asset (pertumbuhan aktiva perusahaan) memiliki pengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. Akan tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi Setiawan (2010) yang berjudul “Analisis Pengaruh Profit,


(27)

11 Growth, dan Asset Structure Terhadap Struktur Modal: (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 Periode 2006-2008)”, dengan hasil penelitian bahwa untuk variabel growth asset tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal, manurutnya hal ini terjadi dikarenakan perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak hutang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi daripada perusahaan yang penjualnnya tidak stabil.

Business risk (risiko bisnis) merupakan variabel yang mempengaruhi struktur modal seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahril dan Isnurhadi (2013) dengan sampel penelitian yaitu perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2011, menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap struktur modal.

Dikarenakan terdapat perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai struktur modal maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai struktur modal. Selain itu dilihat dari fenomena yang terjadi di Indonesia yaitu pendanaan perusahaan yang sebagian besar diperoleh dari hutang termasuk juga pada perusahaan yang tercatat di The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) sebagian besar perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi. Untuk sampel dalam penelitian ini yaitu perusahaan yang tercatat di IICG dikarenakan IICG merupakan lembaga riset Indonesia yang khusus meneliti mengenai penerapan corporate governance dan juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dikarenakan untuk memperoleh data keuangan perusahaan yang akan menjadi bahan penelitian ini.


(28)

12 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada rentang waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu periode 2009-2013 yang dilakukan pada objek penelitian perusahaan yang tercatat di The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI), dimana secara kontinyu perusahaan tersebut masuk dalam daftar IICG selama periode penelitian. Data yang digunakan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan masing-masing perusahaan, yang dapat dilihat dengan mengakses website www.idx.co.id, www.sahamok.com, dan www.finance.yahoo.co.id.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan membahas mengenai pengaruh corporate governance dan karakteristik perusahaan terhadap struktur modal yang dipilih perusahaan. Adapun judul dari penelitian tersebut adalah: “Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, dan Business Risk Terhadap Struktur Modal Perusahaan”. (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Tercatat Di IICG dan Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka rumusan masalah yang diambil dalam penulisan ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh antara penerapan corporate governance secara parsial terhadap struktur modal.

2. Apakah terdapat pengaruh antara firm age secara parsial terhadap struktur modal.


(29)

13 3. Apakah terdapat pengaruh antara firm size secara parsial terhadap struktur

modal.

4. Apakah terdapat pengaruh antara growth asset secara parsial terhadap struktur modal.

5. Apakah terdapat pengaruh antara business risk secara parsial terhadap struktur modal.

6. Apakah terdapat pengaruh antara penerapan corporate governance, firm age, firm size, growth asset, dan business risk secara simultan terhadap struktur modal.

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh antara penerapan corporate governance secara parsial terhadap struktur modal.

2. Untuk mengetahui pengaruh antara firm age secara parsial terhadap struktur modal.

3. Untuk mengetahui pengaruh antara firm size secara parsial terhadap struktur modal.

4. Untuk mengetahui pengaruh antara growth asset secara parsial terhadap struktur modal.

5. Untuk mengetahui pengaruh antara business risk secara parsial terhadap struktur modal.


(30)

14 6. Untuk mengetahui pengaruh antara penerapan corporate governance, firm age, firm size, growth asset, dan business risk secara simultan terhadap struktur modal.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberi bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal seperti penerapan corporate governance dalam bentuk variabel indeks penerapan corporate governance (CGPI), usia perusahaan (firm age), pertumbuhaan aktiva perusahaan (growth asset), ukuran perusahaan (firm size) dan risiko bisnis (business risk). Selain itu hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan serta dapat memberikan kontribusi dalam penelitian lain tentang struktur modal.

2. Bagi Perusahaan

Perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai masukan mengenai variabel mana yang penting dalam pengambilan keputusan mengenai struktur modal perusahaan.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menambah kepustakaan di bidang ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yang terdiri dari penerapan corporate governance dalam bentuk variabel


(31)

15 indeks penerapan corporate governance (CGPI), usia perusahaan (firm age), pertumbuhaan aktiva perusahaan (growth asset), ukuran perusahaan (firm size) dan risiko bisnis (business risk).


(32)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Manajemen keuangan memiliki arti penting di semua jenis bisnis, termasuk perbankan dan institusi-institusi keuangan lainnya, sekaligus juga perusahaan-perusahaan industri dan ritel. Manajemen keuangan juga penting pula artinya di dalam operasi-operasi pemerintahan, mulai dari sekolah sampai rumah sakit hingga departeman jalan raya (Brigham dan Houston, 2009:7).

Manajemen Keuangan (financial management) yaitu berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset dengan disadari beberapa tujuan umum (Horne dan Warchowicz, 2012:2).

Menurut James C. van Horne manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolahan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Sedangkan menurut Brigham mengatakan manajemen keuangan adalah seni (art) dan ilmu (science), untuk me-menage uang, yang meliputi proses, dan instrument yang terlibat dengan masalah transfer uang di antara individu, bisnis, dan pemerintah (Kasmir, 2010:5-7).

Manajemen keuangan yaitu menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan (Husnan dan Pudjiastuti, 2002:4).

Jadi dapat disimpulkan bahwa, manajemen keuangan adalah aktivitas yang berkaitan erat dalam mengelola keuangan yang meliputi proses perolehan, pengelolaan dan pengalokasian dana yang tersedia secara efektif dan efisien,


(33)

17 serta harus mampu memilih dana yang ada untuk selanjutnya akan dibagikan kepada para pemegang saham atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan.

1. Struktur Modal

Struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen, dan saham biasa (Horne dan Wachowicz, 1998:474).

Keown, et.al. (2000:542), mengatakan bahwa struktur modal adalah paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001:5), struktur modal adalah bauran dari utang, saham preferen, dan saham biasa yang direncanakan perusahaan untuk menambah modal.

Menurut Rodoni dan Ali (2010:137-138), mengatakan bahwa struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

Struktur modal adalah kombinasi atau perimbangan antara utang dan modal sendiri (saham preferen dan saham biasa) yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal (Ambarwati, 2010:1).

Kodrat dan Christian (2009:107), mengatakan bahwa struktur modal perusahaan adalah kombinasi dari saham-saham yang berbeda


(34)

18 (saham biasa dan saham preferen) atau bauran seluruh sumber pendanaan jangka panjang (ekuitas dan utang) yang digunakan perusahaan.

Berdasarkan pernyataan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan sumber pendanaan perusahaan jangka panjang untuk membiayai seluruh aktivitas perusahaan yang berasal dari hutang maupun modal sendiri.

Sebuah perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup pastinya memerlukan sumber daya keuangan atau biasa disebut dengan modal. Modal perusahaan ada yang berupa modal asing dan modal sendiri. Modal asing merupakan modal yang didapat bukan dari pemilik perusahaan. Modal asing, yaitu terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka menengah, dan hutang jangka panjang. Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri, yaitu terdiri dari modal saham, cadangan, dan laba ditahan.

Modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal internal dan eksternal. Modal internal yaitu modal yang bersumber dari dalam perusahaan seperti, laba ditahan dan cadangan, sedangkan modal eksternal yaitu modal yang bersumber dari luar perusahaan seperti, saham dan pinjaman/hutang. Sebuah perusahaan yang sedang berkembang biasanya memerlukan modal yang dapat berasal dari utang maupun ekuitas.

Menurut Keown et.al. (2000:542), tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan harga saham perusahaan. Sebaliknya, tujuan ini bisa dipandang sebagai pencarian


(35)

19 terhadap paduan dana yang akan meminimumkan campuran biaya modal perusahaan. Sehingga paduan sumber dana yang tepat ini disebut sebagai struktur modal optimal.

Struktur modal optimal adalah struktur modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan (Horne dan Wachowicz, 1998:478).

Menurut Brigham dan Houston (2001:45), struktur modal yang optimal adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan.

Struktur modal yang optimal bagi perusahaan akan menghasilkan kondisi keuangan perusahaan yang sehat, sehingga kedepannya dapat memperoleh laba perusahaan yang lebih besar.

Brigham dan Houston (2001:39-41), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan.

Terdapat teori-teori mengenai struktur modal, yaitu sebagai berikut:

a. Teori struktur modal tradisional 1) Pendekatan Laba Operasi Bersih

Satu pendekatan terhadap penilaian laba perusahaan dikenal seagai pendekatan laba operasi bersih (Net Operating Income,


(36)

20 NOI). Pendekatan laba operasi bersih terhadap struktur modal yaitu, teori struktur modal dimana rata-rata tertimbang biaya modal dan nilai toal perusahaan bersifat konstan walaupun pengungkit keuangan berubah. Melalui pendekatan ini, laba operasi bersih didiskonto pada tingkat kapitalisasi total perusahaan untuk memperoleh nilai total pasar perusahaan. Nilai pasar pinjaman kemudian dikurangi dari nilai total pasar untuk memperoleh nilai pasar biasa. Penggunaan pendekatan ini mengakibatkan tingkat kapitalisasi total serta biaya pinjaman tetap sama walupun digunakan pengungkit keuangan. sejauh ini, pembahasan laaoperasi bersih hanya dilakukan dalam batasan definisi. Namun, pembahasan memiliki kekurangan dalam menjelaskan perilaku penting yang dimiliki laba operasi bersih (Horne dan Wachowicz, 98:475-476).

2) Pendekatan Tradisional

Mereka yang menganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan (atau biaya modal perusahaan) bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950an (Husnan dan Pudjiastuti, 2002:296).

Pendekatan tradisional terhadap struktur dan penilaian modal mengasumsikan adanya struktur modal optimal dan manajemen dapat meningkatkan nilai total perusahaan melalui penggunaan pengungkit keuangan (Horne dan Wachowicz,


(37)

21 1998:477). Dengan kata lain, struktur modal memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

b. Teori struktur modal modern 1) The Modigliani-Miller Model

Teori mengenai struktur modal modern bermula pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller, mempublikasikan apa yang disebut sebagai artikel keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis. Berdasarkan serangkaian asumsi yang sangat membatasi, Modigliani-Miller membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Dengan perkataan lain, hasil-hasil Modigliani-Miller menyatakan bahwa tidak menjadi masalah bagaimana perusahaan membiayai operasinya, jadi struktur modal tidak relevan. Tapi studi Modigliani-Miller didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain (Brigham dan Houston, 2001:30-31):

(a) Tidak ada biaya broker (pialang). (b) Tidak ada pajak.

(c) Tidak ada biaya kebangkrutan.

(d) Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan.

(e) Semua investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan di masa mendatang.


(38)

22 (f) EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang.

Rodoni dan Ali (2010:138-139), menjelaskan tentang teori Modigliani-Miller, yaitu struktur modal yang menggunakan dana dari utang tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap nilai perusahaan. Namun bila mulai dipertimbangkan faktor pajak, penggunaan utang akan selalu lebih menguntungkan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan asumsi bahwa yang dipergunakan dalam model ini adalah: Pertama, tidak ada biaya kebangkrutan. Kedua, tidak ada biaya transaksi. Ketiga, bunga pinjaman dan simpanan besarnya sama bagi perorangan ataupun perusahaan.

Teori Modigliani-Miller terbagi menjadi 2 kondisi, yaitu (Brigham dan Houston, 2001):

(a) Tanpa pajak

Dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pajak perusahaan maupun pajak serta dengan mendasarkan asumsi yang telah disebutkan sebelumnya, Modigliani-Miller menggunakan preposisi sebagai berikut:

(1) Preposisi I Modigliani dan Miller menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh financial leverage terhadap nilai perusahaan. Menurut teori Modigliani-Miller I, perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan atau dengan kata lain tidak ada struktur modal yang optimal bagi perusahaan.


(39)

23 (2) Preposisi Modigliani-Miller II yang menyatakan bahwa nilai pengharapan (expected value) tingkat pengembalian hasil terhadap modal/Return on Equity (ROE) bertambah seiring dengan meningkatnya rasio utang terhadap modal/debt to equty (DER). Kenaikan ekspektasi ROE ini didorong oleh adanya peningkatan risiko keuangan yang akan ditanggung investor perusahaan akibat bertambahnya utang (DER), sehingga apabila financial leverage naik maka biaya modal/ekuitas secara linier juga naik, karena pemegang saham dihadapkan pada risiko yang semakin besar.

(b) Dengan pajak perusahaan

(1) Preposisi I menyatakan bahwa nilai perusahaan yang memiliki utang akan lebih besar daripada nilai perusahaan tanpa utang. Nilai perusahaan akan memiliki utang tersebut sama dengan nilai perusahaan tanpa utang ditambah dengan penghematan pajak. Teori Modigliani-Miller Preposisi I ini mengalami perubahan dengan dimasukkannya unsur pajak oleh Miller. Modigliani-Miller mengakui bahwa peningkatan jumlah utang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

(2) Preposisi II menyatakan bahwa biaya ekuitas pada perusahaan yang memiliki utang sama dengan biaya ekuitas perusahaan tanpa utang ditambah dengan premi risiko.


(40)

24 Jadi teori Modigliani-Miller dengan pajak perusahaan menyatakan bahwa nilai perusahaan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan utang. Biaya bunga utang dapat mengurangi pajak sehingga makin besar porsi pendapatan perusahaan yang menjadi bagian investor.

2) Pecking Order Theory

Teori ini ditemukan oleh Gordon Donaldson pada tahun 1961, kemudian selanjutnya diperluas oleh Myers. Dalam artikelnya Myers dengan ringkas mengikhtisarkan teori pecking order yaitu (Husnan dan Pudjiastuti, 2002:311):

(a) Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal.

(b) Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian dividen dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar.

(c) Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mangakibatkan dana internal kadang-kadang berlebih ataupun kurang untuk investasi.

(d) Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru.


(41)

25 Sesuai dengan teori ini, tidak ada target rasio hutang, karena ada dua jenis modal sendiriyang preferensinya berbeda. Yaitu laba ditahan (dipilih lebih dahulu) dan penerbitan saham baru (dipilih paling akhir). Rasio hutang setiap perusahaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan dana untuk investasi (Husnan dan Pudjiastuti:2002).

3) Agency Cost Theory

Jensen dan Meckling (1976) adalah orang pertama yang memasukkan unsur manusia dalam model yang terpadu tentang perilaku perusahaan. Paper mengenai teori keagenan pada manajemen keuangan menunjukkan hubungan keagenan atau agencu relationship, muncul ketika satu atau lebih individu (majikan) menguji individu lain (agen atau karyawan) untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen atau karyawannya. Dalam konteks manajemen keuangan hubungan ini muncul antara: (1) pemegang saham (shareholders) dengan para manjer, dan (2) shareholders dengan kreditor (bondholder atau pemegang obligasi) (Sukardi dan Christian, 2009:14).

4) Trade Of Theory

Model ini dikembangkan oleh Baxter (1967), Kraus and Litzenberger (1973) dan Karo (2002), yang mencoba menguji pendapat Modigliani-Miller dengan menghubungkan asumsi-asumsi Modigliani-Miller dengan biaya kebangkrutan yang mana


(42)

26 hal itu dapat meningkat sebanding dengan leverage yang digunakan yaitu (Ambarwati, 2010:49-50):

(a) Pada tingkat leverage rendah, manfaat penghematan pajak akibat penggunaan hutang dapat melebihi biaya kebangkrutan perusahaan.

(b) Pada tingkat leverage tinggi, biaya kebangkrutan justru bisa melebihi manfaat penghematan pajak akibat penggunaan utang tersebut.

(c) Semakin besar penggunaan hutang, maka semakin besar pula keuntungan akibat hutang tersebut namun PV biaya financial distress dan agency juga besar bahkan lebih besar.

Teori yang dikenal dengan Trade off model, mengatakan bahwa bila perusahaan mnggunakan leverage maka perusahaan akan memperoleh kauntungan berupa penghematan pajak (tax shield). Namun disisi lain harus pula diperhitungkan biaya yang akan ditimbulkan dari penggunaan leverage tersebut, seperti biaya kebangkrutan dan biaya keagenan (Keown, et.al., 2005 dalam Rodoni dan Ali, 2010:139).

Jadi disebut model trade off karena struktur modal optimum terjadi jika terdapat keseimbangan antara biaya financial distress dan agency problem dan manfaat atas penggunaan leverage atau hutang (Ambarwati, 2010:50).


(43)

27 5) Teori Pengisyaratan

Symmetric information yaitu situasi di mana investor dan manajer memiliki informasi yang sama mengenai prospek perusahaan. Akan tetapi, dalam kenyataannya manajer mempunyai yang lebih baik daripada investor luar. Hal ini disebut asymmetric information dan ini sangat berpegaruh terhadap keputusan struktur modal yang optimal. Asymmetric information merupakan situasi di mana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki oleh investor, (Brigham dan Houston, 2001:35).

Hampir serupa dengan yang dijelaskan oleh Sukardi dan Christian (2009:16), mengenai asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Tingkat asymmetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah. Asymmetric information memberikan efek yang nyata pada keputusan keuangan maupun pasar financial.

Dalam teori asymmetric information diterangkan bahwa dalam pasar selalu ditemukan informasi yang tidak sama bagi pihak-pihak yang berbeda, sehingga dapat dikatakan informasi yang didapat tidak sempurna. Penambahan hutang baru, misalnya memberikan informasi bahwa perusahaan dapat dipercaya oleh


(44)

28 pihak peminjam, sedangkan penerbitan saham baru dapat dianggap bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan dalam hal pendanaannya. Beberapa pengujian membuktikan bahwa harga saham berpengaruh positif terhadap penambahan hutang dan berpengaruh negatif terhadap penerbitan saham baru (Rodoni dan Ali, 2010:139).

Perlu diingat bahwa tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan motivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai perusahaannya ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa pers. Namun, pihak di luar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang disampaikan tersebut. Jika manajer dapat memberikan sinyal yang meyakinkan, maka publik akan terkesan dan hal ini akan terefleksi pada harga sekuritas.pembayaran dividen merupakan contoh klasik mengenai penyampaian informasi malalui pengisyaratan (signaling), (Sukardi dan Christian, 2009:17).

Isyarat (signal) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan, (Brigham dan Houston, 2001:36).

Jika manajemen mengumumkan kenaikan yang nyata pada jumlah dividen per lembar saham yang dibagikan, investor akan menangkap ini sabagai sinyal bahwa kondisi keuangan perusahaan (prospek penghasilan) saat ini dan di masa mendatang relatif baik.


(45)

29 Sebaliknya, jika investor mengharapkan suatu pembagian dividen namun manajemen memutuskan tidak membagi dividen, manajer sedang mengirimkan sinyal negatif. Jadi, dapat disimpulkan karena adanya kondisi asymmertic information, pemberian sinyal kepada investor atau publik melalui keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting (Sukardi dan Christian, 2009:17-18). Struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) dikarenakan DER mencerminkan besarnya proporsi antara total hutang dan total modal sendiri. Semakin tinggi nilai DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri.

2. Penerapan Corporate Governance

Istilah “Corporate Governance” pertama dikenalkan oleh Cadburry Committee tahun 1992 dalam laporan yang dikenal Cadbury Report. Laporan ini sebagai titik balik yang menentukan bagi praktik corporate governance di seluruh dunia. Menurut Cadbury Committee (1992), Corporate governance adalah suatu sistem yang diberfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (Sedarmayanti, 2007:53).

Tata kelola perusahaan (corporate governance) adalah sistem yang mengatur bagaimana perusahaan dikelola dan dikendalikan, sistem tersebut mengarahkan bagaimana hubungan antara para pemegang saham perusahaan, dewan direksi, serta para manajemen senior.


(46)

30 hubungan ini memberikan kerangka kerja untuk menetapkan tujuan perusahaan dan pengawasan kerja (Horne dan Wachowicz, 2012:9).

Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (2009:11) Corporate Governance tersebut dapat didefinisikan sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders). Selanjutnya Good Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.

Menurut Bursa Efek Indonesia (2011:4), Tata Kelola Perusahaan atau Good Corporate Governance (selanjutnya disebut sebagai GCG) merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan perusahaan secara profesional berlandaskan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independen serta kewajaran dan kesetaraan. Tujuan utama dilaksanakannya GCG adalah untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya dalam jangka panjang.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan


(47)

31 internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tujuan utama dari diterapkannya corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) (Sedarmayanti, 2007:52).

OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) menyatakan bahwa, corporate governance merupakan struktur yang olehnya para pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan mengawasi kinerjanya (Sedarmayanti, 2007:53).

Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Minik Negara (BUMN) Nomor : KEP-117/M-MBU/2012 tetang penerapan praktik good corporate governance pada BUMN, maka ditetapkan bahwa: corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas persahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, nerlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika, sedangkan stakeholders adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan BUMN, baik langsung maupun tidak langsung yaitu pemegang saham atau pemilik modal, komisaris atau dewan pengawas, direksi dan karyawan serta pemerintah, kreditur, dan pihak berkepentingan lainnya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpukan Corporate governance adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan


(48)

32 yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkempetingan terutama dalam arti sempit, hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan signifikansi dalam strategi korporasi dan untuk memastikan kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki (Ambarwati, 2007:54).

Menurut SK Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 tetang penerapan praktik Good Corporate Governance diutarakan bahwa prinsip Good Corporate governance meliputi:

a. Transparasi, yaitu keterbukaan dalam melaksakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.

b. Kemandirian, yaitusuatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.


(49)

33 e. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Riana (2014:30) keputusan perusahaan dalam hal struktur modal dapat dipengaruhi oleh baik buruknya kualitas corporate governance perusahaan tersebut. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat hasil yang berbeda-beda mengenai arah dari hubungan kausalitas antara kualitas corporate governance dan struktur modal tersebut, apakah negatif ataukah positif. Selain itu secara teoritis logis, pengaruh kualitas corporate governance terhadap struktur modal dapat memiliki arah yang positif maupun negatif.

Pada penelitian ini, penerapan corporate governance diukur dengan corporate governance perception index (CGPI) dikarenakan CGPI menunjukkan banyak aspek penilaian yang dilakukan. Aspek penilaian mulai dikembangkan seperti analisa kuantitatif dalam menelaah kondisi penerapan corporate governance di perusahaan dengan menggunakan Self-assessment berupa pengisian kuesioner. Sejak tahun 2003, CGPI menggunakan dua tahapan yang harus dijalani dalam menghasilkan index persepsi corporate governance, yaitu tahapan kuantitatif (Self-assessment) dan tahapan kualitatif dengan menggunakan panel ahli yang bertugas menilai penerapan corporate governance berupa wawancara (interview) dengan eksekutif perusahaan. Secara khusus pelaksanaan CGPI ini mulai memperkenalkan pendekatan tematik dalam mengkaji penerapan corporate governance sebagai sebuah proses pembelajaran mencapai


(50)

34 sebuah tahap keberlanjutan yang kemudian dituangkan dalam sebuah buku dengan judul Komitmen Menegakkan Good Corporate Governance.

Corporate governance mendapatkan tempat khusus untuk meyakinkan bahwa manajer bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, corporate governance dirancang untuk mengurangi konflik agensi. Karena biaya agensi (agency cost), manajer bisa saja mengambil pilihan hutang yang meningkatkan keuntungan mereka pribadi daripada memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Tingkat penyimpangan manajer dari tingkat leverage yang optimal bergantung pada kekuatan corporate governance perusahaan (Riana, 2014:33).

3. Firm Age

Menurut Daljono (2000) dalam Syafi’i (2013:10-11) firm age atau usia perusahaan adalah seberapa lama perusahaan mampu bertahan, bersaing, dan mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Usia perusahaan menunjukkan informasi yang dapat diperoleh para investor. Semakin lama suatu perusahaan beroperasi atau semakin tua usia perusahaan, maka perusahaan tersebut kemungkinan besar akan menyediakan informasi tentang perusahaan yang lebih banyak dan lebih luas daripada perusahaan yang baru berdiri. Perusahaan yang lebih tua memiliki lebih banyak pengalaman di bidangnya dan lebih banyak mengenal lingkungan, sehingga kemungkinan mengalami kegagalan lebih kecil. Perusahaan yang belum lama berdiri akan lebih sulit


(51)

35 untuk berkembang dibandingkan perusahaan yang telah lama berdiri (Berlinger dan Robbins, 1986).

Menurut Syafi’i (2013:11) secara konsep teoritis bahwa usia perusahaan (age) memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal perusahaan, sebab dengan usia dan pengalaman yang semakin panjang akan memungkinkan bagi perusahaan untuk bisa memperoleh akses atas sumber dana pinjaman yang lebih luas pula.

Demikian halnya dalam kemampuan akses untuk memperoleh sumber pendanaan bagi perusahaan yang memiliki usia lebih lama akan relatif lebih mudah dan lebih dipercaya daripada perusahaan yang baru berdiri. Usia perusahaan dapat diukur dengan persamaan:

4. Firm Size

Menurut Brigham dan Houtson (2001:117) firm size atau ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian.

Menurut Sebayang dan Putra (2013:5) ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu


(52)

36 perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal.

Menurut Khotimah (2013:40) besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh pada struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa pada perusahaan besar dapat membiayai investasinya dengan mudah lewat pasar modal karena mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi dan kecilnya informasi asimetri yang terjadi. Investor dapat memperoleh lebih banyak informasi dari perusahaan besar jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jadi, dengan diperolehnya dana lewat pasar modal menjadikan proporsi utang menjadi semakin kecil dalam struktur modalnya.Untuk itu perusahaan kecil mungkin menyukai hutang jangka pendek karena biayanya yang lebih murah dan perusahaan besar lebih berani mengeluarkan saham baru dan kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar pula.

Dalam kajian teoritis serta beberapa penelitian sebelumnya diperoleh bahwa firm size ini berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan, karena bagi perusahan berukuran besar akan semakin kecil risiko kebangkrutannya, sehingga lebih mudah untuk mengakses perolehan dana pinjaman. Selain tiu bagi perusahaan yang memiliki ukuran besar akan cenderung memiliki collateralized assets yang lebih besar pula (Syafi’i, 2013:10)


(53)

37 Menurut Riyanto (2011:313) firm size atau ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai total aktiva. Dalam penelitian ini sebagai rasio skala perusahaan digunakan natural log in dari total aktiva perusahaan. Sehingga dalam penelitian ini, penghitungan ukuran perusahaan menggunakan total aktiva karena lebih stabil dibandingkan dengan total penjualan. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

5. Growth Asset

Menurut Westone dan Brigham (1994), suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang dari pada perusahaan yang tumbuh secara lambat (Nugroho, 2006:29).

Rodoni dan Herni Ali (2010:147) mengatakan bahwa pertumbuhan secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan, walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah. Jadi perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan memiliki debt ratio (rasio hutang) yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhannya rendah. Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia nyata, sebagai hasilnya pendanaan dengan hutang tidak optimal.


(54)

38 Menurut Khotimah (2013:38) pada perusahaan dengan pertumbuhan aktiva yang tinggi akan lebih cenderung melakukan pendanaan eksternal. Dan pada saat yang sama pula, perusahaan tersebut akan lebih cenderung mengurangi keinginan untuk melakukan pendanaan eksternal. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bisa positif atau negatif antara pertumbuhan aktiva dengan struktur modal suatu perusahaan.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memiliki kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi, sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal yang rendah. Pertumbuhan aset perusahaan dalam penelitian ini dapat dihitung dengan rumus:

6. Business Risk

Menurut Ambarwati (2010:3) risiko bisnis dalam artian stand alone risk adalah suatu fungsi dari ketidakpastian yang inheren didalam proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan (return on invested capital–ROIC) didalam sebuah perusahaan.

Brigham dan Houston (2001:14) mendefinisikan business risk (risiko bisnis) yaitu sebagai ketidakpastian yang melekat dalam proyeksi pengembalian aktiva (ROE) masa depan jika tidak menggunakan hutang,


(55)

39 merupakan satu-satunya determinan terpenting dari struktur modal perusahaan.

Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor yaitu (Ambarwati, 2010:3):

a. Variabilitas permintaan. Semakin stabil permintaan akan produk, maka semakin rendah risiko bisnisnya, ceteris paribus.

b. Variabilitas harga jual. Perusahaan yang produknya dijual di pasar yang sangat tidak stabil akan terkena risiko bisnis lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang harganya stabil.

c. Variabilitas biaya input. Prusahaan yang menggunakan biaya input sangat tidak pasti akan terkena risiko bisnis yang lebih tinggi.

d. Kemampuan untuk menyesuaikan harga output untuk perbahan pada biaya input. Semakin besar kemampuan perusahaan melakukan penyesuaian harga output untuk mencerminkan kondisi biaya, semakin rendah risiko bisnisnya.

e. Kemampuan untuk mengembangkan produk-produk baru pada waktu yang tepat dan efektif dalam hal biaya. Semakin cepat produknya semakin usang semakin tinggi risiko bisnis perusahaan.

f. Eksposur risiko asing. Semakin banyak laba operasi luar negeri maka semakin tinggi risiko bisnisnya.

g. Komposisi biaya tetap: leverage operasi. Jika persahaan lebih banyak menggunakan biaya tetap maka lebih tinggi terkena risiko bisnis karena tidak bisa menurunkan biaya jika pernintaan produk menurun.


(56)

40 Menurut Brown dan Reilly (2009:57) dalam Seftianne dan Handayani (2011:45), perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis lebih rendah. Dunia investasi mengenal risiko bisnis sebagai bagian dari risk premium yang diartikan sebagai ketidakpastian aliran pendapatan yang disebabkan oleh sifat alami dari bisnis itu sendiri seperti produk, pelanggan dan cara penghasilan produknya. Perusahaan dengan cash flow yang sangat fluktuatif akan menyadari bahwa peggunaan hutang yang penuh risiko akan kurang menguntungkan dibanding dengan ekuitas, sehingga perusahaan dipaksa menggunakan ekuitas untuk memenuhi pendanaan perusahaan guna menghindari financial distress (Setiawan, 2006). Oleh karena itu risiko bisnis mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

Dalam penelitian ini business risk menggunakan rumus yang dinyatakan sebagai berikut:

Di sini NOPAT (Net Operating Profit After Tax) adalah laba operasional bersih setelah pajak, sedangkan modal adalah jumlah dari hutang dan ekuitas biasa perusahaan. Jika sebuah perusahaan memiliki hutang, maka pembayaran bunganya akan nol, modalnya akan sama dengan ekuitas dan nilai ROIC-nya akan sama dengan pengembalian atas ekuitas (ROE) (Ambarwati, 2010:4).

ROIC = NOPAT Modal


(57)

41 B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh corporate governance terhadap struktur modal, di antaranya yaitu:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti dan

Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Vito Janitra

Kurniawan dan Shiddiq Nur Rahardjo (2014) Pengaruh antara Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Dengan Struktur Modal Perusahaan. (Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Periode 2010-2012)

Regresi Berganda

Variabel Ukuran Dewan Komisaris dan Kepemilikan

Konstitusional tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal. Variabel Kepemilikan Manjerial dan Ukuran Komite audit

berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal.

2 Husnul Khotimah (2013) Analisis Pengaruh Profitabilitas, Growth of Asset, Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010) Regresi Berganda Variabel profitabilitas, growth of asset, dan likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal.

Variabel ukuran

perusahaan dan struktur aktiva tidak

berpengaruh terhadap struktur modal.


(58)

42 No. Peneliti dan

Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 3 Minda

Mauliana Sebayang dan Pasca Dwi Putra (2013) Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2007) Regresi Berganda Variabel Pertumbuhan Perusahaan, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Variabel Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal.

4 Muhammad Syahril Ferdiansya dan Isnurhadi (2013) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2002-2011 Regresi Berganda Variabel Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal.

Arus Kas Bebas, Risiko Bisnis, dan Likuiditas berpengaruh dan signifikan terhadap struktur modal.

5 Imam Syafi’i (2013) Karakteristik Perusahaan dan Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Makanan-Minuman. (Perusahaan yang Listing di BEI Periode 2008-2012)

Regresi Linier Berganda

Variabel Size, Age, dan Volatilitas Pendapatan berpengaruh positif terhadap terhadap Kebijakan Struktur Modal. Variabel Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Struktur Modal.


(59)

43 No. Peneliti dan

Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 6 Pornsit

Jiraporn dkk.(2012) Capital Structure and Corporate Governance Quality: Evidence from The Institutional Shareholder Service (ISS) Regresi Linier Variabel Kualitas Corporate Governance memiliki hubungan negatif dan signifikan tarhadap Stuktur Modal.

7 Rajendran Kajanantan (2012) Effect of Corporate Governance on Capital Structure: Case of The Srilankan Listed Companies Regresi Berganda Variabel Board Committee dan Board Composition

berpengaruh dan signifikan terhadap Struktur Modal. Variabel Ledership Style, Board Size, dan Board Meeting tidak memiliki pengaruh terhadap Struktur Modal.

8 Andi Setiawan (2010) Analisis Pengaruh Profit, Growth, dan Asset Structure Terhadap Struktur Modal. (Perusahaan LQ45 Periode 2006-2008) Regresi Berganda

Variabel Profit memliki pengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Variabel Asset Structure memiliki pengaruh terhadap Struktur Modal. Variabel Growth tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal.


(60)

44 No. Peneliti dan

Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 9 Asih Suko

Nugroho (2006) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Properti yang Go Public Di BEJ Untuk Periode 1994-2004 Regresi Berganda Variabel Operating Leverage berperngaruh signifikan negatif terhadap Struktur Modal. Variabel Likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap Struktur Modal. Variabel Struktur Aktifa tidak berpengaruh terhadap variabel Struktur Modal. Variabel Growth berpengaruh signifikan positif terhadap Struktur Modal.

Variabel Price Earning Ratio berpengaruh signifikan positif terhadap Struktur Modal. Variabel Profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap Struktur Modal.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran menjelaskan tentang permasalahan yang akan diteliti serta hubungan logis antar variabel-variabel dalam penelitian. Kerangka utama dalam penelitian ini adalah penerapan corporate governance, firm age, firm size, growth asset dan business risk sebagai variabel independen dan struktur modal sebagai variabel dependen.


(61)

45 Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Variabel Independen:

X1: Penerapan Corporate Governance (CGPI) X2: Firm Age (AGE)

X3: Firm Size (SIZE)

X4: Growth Asset (GROWTH) X5: Business Risk (RISK)

Variabel Dependen: Y: Struktur Modal (DER)

Uji Statistik Deskriptif

Uji Hipotesis:

a. Uji t (Parsial) b. Uji F (Simutan)

c. Uji R2 (Koefisien Determinasi) Uji Asumsi Klasik:

a. Uji Normalitas b. Uji Multikolinieritas c. Uji Heteroskedastisitas d. Uji Autokorelasi

Analisis Regresi Linier Berganda

Interpretasi Hasil Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


(62)

46 D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang di rumuskan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Corporate Governance (CGPI) memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Struktur Modal (DER).

2. Firm Age (AGE) memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Struktur Modal (DER).

3. Firm Size (SIZE) memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Struktur Modal (DER).

4. Growth Asset (GROWTH) memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Struktur Modal (DER).

5. Business Risk (RISK) memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Struktur Modal (DER).

6. Penerapan Corporate Governance (CGPI), Firm Age (AGE), Firm Size (SIZE), Growth Asset (GROWTH) dan Business Risk (RISK) memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap Struktur Modal (DER).


(63)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh penerapan corporate governance (CGPI), firm age (usia perusahaan), firm size (ukuran perusahaan), growth asset (pertumbuhaan aktiva perusahaan), dan business risk (risiko bisnis) terhadap struktur modal. Dengan studi kasus pada perusahaan yang tercatat di The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder berupa laporan hasil riset yang diadakan oleh IICG yang penulis peroleh dari pihak IICG dan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh BEI melalui situs resminya www.idx.co.id.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan individu atau objek tertentu atau ukuran yang diperoleh dari semua individu atau objek tertentu (Lind et.al., 2007:7). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada periode 2010-2014. Populasi tersebut dipilih karena perusahaan yang tercatat tersebut merupakan perusahaan yang telah mengikuti riset mengenai corporate governance serta perusahaan tersebut telah terdaftar di BEI sehingga data keuangan perusahaan tersebut telah


(64)

48 dipublikasikan sehingga penulis dapat memperoleh data yang dibutuhkan untuk penelitian.

Sampel adalah bagian dari suatu populasi tertentu yang menjadi perhatian (Lind et.al., 2007:7). Dalam penelitian ini menggunakan metode penarikan sampel dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam penentuan sampel penelitian yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap hasil analisis. Adapun kriteria penarikan sampel yang digunakan peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Perusahaan telah tercatat di The Indonesian Institute for Corporate Governance selama periode penelitian 2009-2013.

2. Perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian 2009-2013.

3. Perusahaan memiliki kelengkapan data laporan keuangan selama periode penelitian 2009-2013.

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berjumlah 8 perusahaan. Keterangan dalam proses pengambilan sampel penelitian dapat dijelaskan pada tabel 3.1 berikut ini:


(65)

49 Tabel 3.1

Proses Pengambilan Sampel

Keterangan Jumlah Perusahaan

Perusahaan yang tercatat di IICG selama

periode penelitian 2009-2013 11 Perusahaan yang terdaftar di BEI selama

periode penelitian 2009-2013 9 Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel

penelitian 8

Perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan Kode

1 PT Aneka Tambang Tbk. ANTM

2 PT Bank Mandiri Tbk. BMRI

3 PT Bank Negara Indonesia Tbk. BBNI

4 PT Bukit Asam Tbk. PTBA

5 PT Garuda Indonesia Tbk. GIAA

6 PT Jasa Marga Tbk. JSMR

7 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. TLKM

8 PT Timah Tbk. TINS

C. Metode Pengumpulan Data

Data merupakan sesuatu yang mewakilkan objek dan peristiwa yang memiliki arti serta sangat penting bagi pemakai. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang


(66)

50 dinyatakan dalam bentuk angka. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari sumbernya karena data ini biasanya telah dikumpulkan oleh suatu lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat. Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data tentang perusahaan yang menjadi sampel penelitian melalui fasilitas internet dengan mengakses situs-situs resmi perusahaan serta informasi dari media massa lainnya. Data sekunder laporan keuangan masing-masing perusahaan dapat diakses melalui website www.finance.yahoo.co.id dan www.idx.co.id. Sedangkan untuk data sekunder indeks penerapan corporate governance diperoleh dari lembaga IICG dengan menghubunginya secara langsung untuk memperoleh data yang dimaksud.

2. Riset Kepustakaan (Library)

Penelitian ini juga menggunakan metode pengumpulan data dari kepustakaan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan bahan kepustakaan terutama teoritis yang berkaitan dengan penelitian ini yang bisa bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang terkait.


(1)

Lampiran 3: Hasil Pengolahan Data dengan Aplikasi SPSS

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1 RISK, Ln_age,

Ln_cgpi, GROWTH, SIZEb

. Enter

a. Dependent Variable: DER b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,914a ,836 ,812 1,42034 1,205

a. Predictors: (Constant), RISK, Ln_age, Ln_cgpi, GROWTH, SIZE b. Dependent Variable: DER

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 349,402 5 69,880 34,639 ,000b

Residual 68,591 34 2,017

Total 417,992 39

a. Dependent Variable: DER


(2)

Coefficient Correlationsa

Model RISK Ln_age Ln_cgpi GROWTH SIZE

1 Correlations RISK 1,000 -,108 -,176 -,263 ,477

Ln_age -,108 1,000 -,078 ,170 ,074

Ln_cgpi -,176 -,078 1,000 -,079 -,696

GROWTH -,263 ,170 -,079 1,000 -,089

SIZE ,477 ,074 -,696 -,089 1,000

Covariances RISK 11,904 -,463 -3,413 -1,894 ,893

Ln_age -,463 1,549 -,544 ,442 ,050

Ln_cgpi -3,413 -,544 31,549 -,926 -2,121

GROWTH -1,894 ,442 -,926 4,362 -,101

SIZE ,893 ,050 -2,121 -,101 ,294

a. Dependent Variable: DER

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 9,284 20,443 ,454 ,653

Ln_cgpi -12,703 5,617 -,228 -2,262 ,030 ,474 2,112

Ln_age -4,995 1,245 -,286 -4,012 ,000 ,948 1,055

SIZE 4,201 ,542 ,875 7,747 ,000 ,379 2,642

GROWTH -,570 2,089 -,020 -,273 ,786 ,891 1,123

RISK -6,901 3,450 -,168 -2,000 ,054 ,681 1,469


(3)

(4)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 1,32617325

Most Extreme Differences Absolute ,136

Positive ,136

Negative -,129

Test Statistic ,136

Asymp. Sig. (2-tailed) ,061c


(5)

NPar Tests

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -,26708

Cases < Test Value 20

Cases >= Test Value 20

Total Cases 40

Number of Runs 15

Z -1,762

Asymp. Sig. (2-tailed) ,078

a. Median

Hasil Uji Glejser

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

,169

12,595

,013

,989

Ln_CGPI

-1,356

3,461

-,090

-,392

,698

Ln_AGE

,023

,767

,005

,030

,976

SIZE

,514

,334

,397

1,539

,133

GROWTH

-1,670

1,287

-,218

-1,298

,203

RISK

,275

2,126

,025

,129

,898


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Firm Size, &amp;Asset Tangibility terhadap Financial Leveragepada Perusahaan Property &amp; Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 39 84

Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi terhadap Dividen Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI

1 71 125

Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity, Dan Profitability Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei

1 55 90

Pengaruh Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008

1 71 94

PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

0 2 64

PENGARUH GROWTH, FIRM SIZE, LIKUIDITAS, INTEREST COVERAGE RATIO,PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PENGARUH GROWTH, FIRM SIZE, LIKUIDITAS, INTEREST COVERAGE RATIO, PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PER

0 4 18

PENGARUH FIRM SIZE, EARNING VOLATILITY, ASSET TANGIBILITY, PROFITABILITY, GROWTH, DAN FIRM AGE TERHADAP LEVERAGE

3 15 80

PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH, PROFITABILITY, BUSINESS RISK DAN TANGIBLE ASSETS TERHADAP FINANCIAL LEVERAGE Pengaruh Firm Size, Growth, Profitability, Business Risk Dan Tangible Assets Terhadap Financial Leverage (Studi Empiris Pada Conventional Index LQ 4

0 0 14

PENGARUH FAMILY CONTROL, FIRM RISK, FIRM SIZE DAN FIRM AGE TERHADAP PROFITABILITAS DAN NILAI PERUSAHAAN PADA SEKTOR KEUANGAN | Hariyanto | Business Accounting Review 1372 2520 1 SM

0 1 10

PENGARUH FIRM SIZE CORPORATE GOVERNANCE

0 0 10