1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia usaha kini dapat kita rasakan semakin pesat dan persaingan yang semakin ketat, sehingga mengharuskan perekonomian
Indonesia untuk lebih giat lagi dalam melakukan kegiatan ekonomi. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi persaingan global yang terjadi saat ini yang
dipengaruhi dari dalam maupun dari luar negeri. Kondisi yang demikian, dapat dirasakan oleh berbagai pihak, khususnya oleh banyak perusahaan dimana para
pengusaha diharuskan untuk berupaya keras agar dapat bertahan diantara para pesaing dan menjaga agar usahanya tersebut tidak mengalami kemunduran atau
kerugian yang dapat mengakibatkan terganggunya kegiatan operasional
perusahaan.
Kelangsungan hidup suatu perusahaan merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui dan diharapkan terus meningkat. Karena pada
dasarnya tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran para pemiliknya dan terus meningkatkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan
tersebut dibutuhkan modal dan kemampuan manajemen yang baik dalam mengelola keuangan perusahaan khusunya dalam hal modal agar dapat diolah
seefisien mungkin.
Untuk menjalankan kegiatan perusahaan, pemilik perusahaan akan menunjuk manajer untuk mengelola perusahaan, kemudian manajer tersebut
yang nantinya akan mengambil keputusan. Salah satu keputusan penting yang
2
nantinya akan dihadapi manajer dalam kaitannya dengan kelangsungan kegiatan operasi perusahaan adalah keputusan mengenai permodalan atau
pemilihan struktur modal. Tujuan dari pemilihan struktur modal ini yaitu untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, memaksimumkan kesejahteraan baik
pemilik perusahaan maupun investor, dan meminimalkan biaya modal yang
dikeluarkan.
Manajemen keuangan menurut James C. van Horne adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolahan
aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Sedangkan menurut Brigham mengatakan manajemen keuangan adalah seni art dan ilmu science, untuk
me-menage uang, yang meliputi proses, dan instrument yang terlibat dengan masalah transfer uang di antara individu, bisnis, dan pemerintah Kasmir,
2010:5-7.
Manajemen keuangan yaitu berkaitan dengan perolehan asset, pendanaan, dan manajemen asset dengan didasari beberapa tujuan umum
dalam semua tindakan Horne dan Marchowicz, 2012:2.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, manajemen keuangan adalah aktivitas yang berkaitan erat dalam mengelola keuangan yang meliputi proses perolehan,
pengelolaan dan pengalokasian dana yang tersedia secara efektif dan efisien, serta harus mampu memilih dana yang ada untuk selanjutnya akan dibagikan
kepada para pemegang saham atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan.
Peranan manajemen keuangan sangat penting di dalam sebuah perusahaan yaitu untuk mengatasi permasalahan keuangan yang terjadi yang
tentunya dapat mempengaruhi manajemen lainnya, sehingga manajemen
3
keuangan harus mengetahui dan memahami posisi serta keadaan keuangan perusahaan.
Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan diwakili atau dipimpin oleh manajer keuangan. Pencapaian tujuan perusahaan lebih banyak
dibebankan kepada manajer keuangan dalam rangka mencari dan mengelola dana yang ada. Ketiadaan atau keterbatasan dana merupakan tugas menejer
keuangan untuk segera memenuhinya. Demikian pula dengan pengelolaan dana
yang dimiliki haruslah dilakukan secara tepat Kasmir, 2010:5
Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, maka diperlukan adanya modal yang cukup guna mendanai seluruh aktivitas perusahaan yang
merupakan salah satu dari tugas manajer keuangan. Modal bagi perusahaan merupakan salah satu unsur financial terpenting, karena tanpa adanya modal,
suatu perusahaan tidak akan mampu berjalan dengan baik. Setiap perusahaan
pasti memiliki struktur modal yang belum tentu serupa dengan perusahaan lain.
Masalah sumber pendanaan merupakan hal penting bagi perusahaan, dan dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan mengenai pemilihan sumber
modal perusahaan dalam memperolehnya, yaitu yang pertama, bersumber dari internal yaitu berupa laba ditahan dividend dan cadangan kas perusahaan
yang dapat digunakan, yang kedua, bersumber dari eksternal dengan mengeluarkan saham untuk dijual kepada investor, hal ini akan membuat
perusahaan dihadapkan dengan masalah mengenai besarnya biaya modal pengeluaran saham tersebut; dan ada pula dengan melakukan pinjaman, dimana
biaya yang dikeluarkan memang lebih sedikit akan tetapi dengan melakukan
4
pinjaman tersebut maka perusahaan akan menghadapi adanya risiko kewajiban
dan pembayaran bunga yang mungkin terus meningkat.
Struktur modal adalah paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan Keown, et.al., 2000:542. Sedangkan menurut
Brigham dan Houston 2001:5, struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa yang direncanakan perusahaan untuk
menambah modal.
Menurut Rodoni dan Ali 2010:137, mengatakan bahwa struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan,
dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama,
yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.
Menurut Andi Setiawan 2010:4, struktur modal adalah kombinasi dari penggunaan sumber dana yang digunakan oleh perusahaan baik itu berupa
hutang maupun modal sendiri untuk membiayai aktivitas perusahaan dalam
rangka meningkatkan nilai perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan sumber pendanaan perusahaan jangka panjang untuk membiayai seluruh aktivitas
perusahaan yang berasal dari hutang maupun modal sendiri. Semua struktur modal adalah baik. Tetapi kalau dengan merubah
struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai
perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang terbaik Husnan dan
Pudjiastuti, 2002:293
5
Dalam suatu perusahaan diperlukannya pengelolaan struktur modal yang optimal, karena jika suatu perusahaan memiliki struktur modal yang
optimal, perusahaan akan lebih memanfaatkan struktur modal yang ada
seefektif mungkin untuk dapat memperoleh keuntungan yang maksimum.
Struktur modal optimal adalah struktur modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan, Horne
dan Wachowicz, 1998:478. Sedangkan menurut Brigham dan Houston 2001:45, menyatakan bahwa struktur modal yang optimal adalah kombinasi
dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan.
Jika pemenuhan dana perusahaan bersumber dari hutang yang tinggi, maka semakin tinggi rasio hutang, dan semakin tinggi pula risiko perusahaan
sehingga suku bunga semakin tinggi. Apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba operasi tidak mencukupi untuk menutupi beban bunga,
maka pemegang saham harus dapat menutupi kekurangan tersebut, dan jika perusahaan tidak sanggup maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan, hal
ini tentunya tidak termasuk dalam struktur modal yang optimal. Struktur modal dapat diukur dari rasio perbandingan antara total hutang
terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio DER. DER dapat menunjukkan tingkat resiko suatu perusahaan dimana semakin
tinggi rasio DER, maka perusahaan semakin tinggi resikonya karena pendanaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal sendiri equity
mengingat dalam perhitungan hutang dibagi dengan modal sendirinya, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi dari modal sendirinya berarti rasio DER
diatas satu, sehingga penggunaan dana yang digunakan untuk aktivitas
6
operasional perusahaan lebih banyak menggunakan dari unsur hutang Nugroho, 2006:6
Di Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, dimana terdapat banyak perusahaan yang menunjukkan fenomena yang cukup menarik
yaitu terdapat perusahaan khususnya yang tercatat di The Indonesian Institute for Corporate Governance IICG serta terdaftar pula pada Bursa Efek Jakarta
BEI memiliki tingkat hutang yang lebih tinggi daripada modal yang dimiliki perusahaan, ini berarti sumber pendanaan perusahaan dalam jangka panjang
sangat bergantung pada pinjamanhutang. Hal ini merupakan kondisi yang tidak baik karena tingkat risiko perusahaan yang tinggi dapat membahayakan
kelangsungan hidup perusahaan apabila suatu saat terjadi kondisi ekonomi yang menurun atau terjadinya krisis ekonomi yang melanda negeri.
Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio
Perusahaan yang Tercatat di IICG dan Terdaftar di BEI Periode
2009-2013
No. Perusahaan
Emiten 2009 2010
2011 2012
2013
1 PT Aneka Tambang Tbk
ANTM 0,21
0,28 0,41
0,54 0,71
2 PT Bank Mandiri Tbk
BMRI 10,24
9,81 7,81
7,31 7,26
3 PT Bank Negara Indonesia Tbk
BBNI 10,88
6,50 6,92
6,66 7,11
4 PT Bukit asam Tbk
PTBA 0,40
0,36 0,41
0,50 0,55
5 PT Garuda Indonesia Tbk
GIAA 3,60
2,95 1,39
1,26 1,64
6 PT Jasa Marga Tbk
JSMR 1,17
1,37 1,32
1,53 1,61
7 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM
1,22 0,98
0,69 0,66
0,83 8
PT Timah Tbk TINS
0,42 0,40
0,43 0,34
0,61 3,52
2,83 2,42
2,35 2,54
Rata-rata
Sumber: IICG dan IDX
7
Dari tabel 1.1 di atas menunjukan nilai rata-rata Debt to Equity Ratio DER pertahun pada periode 2009-2013 dari 8 perusahaan yang termasuk
dalam IICG dan terdaftar pada BEI, dimana perusahaan ini merupakan perusahaan yang selalu ikut serta dalam riset mengenai tingkat penerapan
corporate governance. Untuk nilai rata-rata DER pada tahun 2009 adalah 3,52 ; DER untuk tahun 2010 adalah 2,83 ; kemudian untuk DER tahun 2011
sebesar 2,42 ; selanjutnya untuk DER tahun 2012 sebesar 2,35 ; dan untuk tahun 2013 adalah sebesar 2,54. Sehingga dapat kita lihat penggunaan dana
yang berasal dari pinjaman atau hutang mengalami fluktuatif, seperti di periode 2009-2012 mengalami penurunan, kemudian mengalami kenaikkan di periode
2012-2013. Jika dilihat Debt to Equity Ratio DER dari masing-masing perusahaan
maka ditemukan terdapat beberapa perusahaan yang memiliki DER diatas nilai satu dan dibawah nilai satu. Ada beberapa perusahaan yang memiliki nilai
DER kurang dari satu selama periode 2009-2013 yaitu, PT. Aneka Tambang Tbk, PT. Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk. Sedangkan pada perusahaan
yang memiliki nilai DER lebih dari satu pada periode 2009-2013 yaitu, PT Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT Garuda Indonesia
Tbk, dan PT. Jasa Marga Tbk. Namun terdapat pula nilai DER perusahaan yang tidak stabil atau fluktuatif selama periode 2009-2013 ada yang bernilai
kurang dari satu dan ada pula yang nilainya lebih dari satu yaitu, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Berdasarkan tabel di atas selama periode 2009 sampai dengan 2013 terdapat sekitar 50 perusahaan yang tercatat di IICG dan terdaftar pada BEI
8
memiliki nilai DER lebih dari satu. Hal ini berarti pada perusahaan tersebut memiliki proporsi hutang yang lebih besar dari modal sendiri, sehingga
perusahaan tersebut memilih untuk melakukan pinjaman atau berhutang untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Sehingga perusahaan tersebut dapat dikatakan
memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang memiliki nilai DER kurang dari satu.
Jika DER bernilai lebih dari satu maka perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih besar dari pada modal sendiri, maka hal ini tidak sesuai
dengan teori struktur modal yang optimal dimana seharusnya jumlah hutang perusahaan tidak melebihi dari jumlah modal sendiri. Jika hal ini terjadi maka
risiko yang akan ditanggung oleh investor pada perusahaan tersebut akan menjadi lebih besar. Untuk itu kebanyakan para investor lebih tertarik
menanamkan modalnya ke dalam bentuk investasi pada perusahaan yang memiliki DER yang besaranya kurang dari satu karena untuk menghindari
risiko yang lebih besar. Dari fenomena yang terjadi pada perusahaan yang tercatat di IICG yang
memiliki tingginya nilai hutang dalam kondisi keuangannya, mengharuskan perusahaan untuk mampu memilih proporsi sumber pendanaan perusahaan
yang sebaiknya lebih mengurangi hutang sehingga risiko bisnis perusahaan semakin kecil. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk dijadikan objek
penelitian. Dalam penentuan keputusan struktur modal perusahaan banyak
dipengaruhi oleh beberapa variabel. Good corporate governance telah menjadi isu yang hangat dibicarakan serta menjadi pemicu berkembangnya penelitian
9
manajemen mengenai kualitas pelaksanaannya oleh perusahaan besar dan perusahaan yang telah terdaftar atau go public. Secara umum, good corporate
governance dianggap memiliki implikasi signifikan bagi prospek pertumbuhan ekonomi, karena tata kelola perusahaan yang baik mampu mengurangi risiko
bagi investor dan merupakan mekanisme kunci untuk melindungi kepentingan pemegang saham selaku pemilik perusahaan Kajananthan, 2012.
Tidak jarang dijumpai adanya konflik yang terjadi antara pemegang saham dan manajer. Munculnya konflik yang terjadi terkadang disebabkan oleh
adanya pertentangan kepentingan yang terjadi antara manajer, pemegang saham, dan kreditor. Hal ini dikenal dengan masalah keagenan. Untuk
mengurangi konflik yang terjadi tersebut, diperlukan suatu mekanisme corporate governance atau tata kelola perusahaan di perusahaan tersebut.
Dengan adanya corporate governance atau tata kelola perusahaan yang dijalankan dengan baik di suatu perusahaan maka diharapkan dapat
memperoleh kepercayaan yang lebih dari pemegang saham kepada manajer, terutama dalam pemilihan struktur modal perusahaan.
Hasil studi empiris yang dilakukan oleh Pornsit Jiraporn dkk. 2012, yang berjudul “Capital Structure and Corporate Governance Quality:
Evidence from The Institutional Shareholder Service ISS”, dengan objek penelitian yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Amerika Serikat yaitu, pada variabel Kualitas Corporate Governance terdapat hubungan signifikan negatif terhadap Struktur Modal. Hasil yang
hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajendran Kajanantan 2012, dengan sampel penelitian Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
10
Bursa Efek Srilanka, menunjukkan bahwa terdapat Variabel Board Committee dan Board Composition berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Dari
kedua hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel Corporate Governance dengan Struktur Modal.
Struktur modal pada umumnya dipengaruhi oleh firm age usia perusahaan, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafi’i 2013 dengan
sampel penelitian perusahaan sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012, menunjukkan bahwa variabel firm
age memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Firm size ukuran perusahaan merupakan varibel yang berpengaruh
juga terhadap struktur modal seperti pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Imam Syafi’i 2013 dengan studi empiris yaitu pada perusahaan sektor
makanan-minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012, menunjukkan bahwa variabel firm size ukuran perusahaan memiliki pengaruh
yang positif terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa firm size juga berpengaruh terhadap struktur modal. Namun berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Husnul Khotimah 2013, yang menyatakan bahwa firm size tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asih Suko Nugroho 2006 dengan studi empiris yaitu pada perusahaan properti yang Go Public di Bursa
Efek Jakarta periode 1994-2004, menunjukkan bahwa variabel growth asset pertumbuhan aktiva perusahaan memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap struktur modal. Akan tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi Setiawan 2010 yang berjudul “Analisis Pengaruh Profit,
11
Growth, dan Asset Structure Terhadap Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 Periode 2006-2008”, dengan hasil penelitian bahwa untuk
variabel growth asset tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal, manurutnya hal ini terjadi dikarenakan perusahaan yang penjualannya relatif
stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak hutang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi daripada perusahaan yang penjualnnya tidak
stabil. Business risk risiko bisnis merupakan variabel yang mempengaruhi
struktur modal seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahril dan Isnurhadi 2013 dengan sampel penelitian yaitu perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2011, menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap struktur modal.
Dikarenakan terdapat perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai struktur modal maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai struktur modal. Selain itu dilihat dari fenomena yang terjadi di Indonesia yaitu pendanaan perusahaan yang sebagian besar diperoleh dari
hutang termasuk juga pada perusahaan yang tercatat di The Indonesian Institute for Corporate Governance IICG sebagian besar perusahaan memiliki tingkat
hutang yang tinggi. Untuk sampel dalam penelitian ini yaitu perusahaan yang tercatat di IICG dikarenakan IICG merupakan lembaga riset Indonesia yang
khusus meneliti mengenai penerapan corporate governance dan juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dikarenakan untuk memperoleh data keuangan
perusahaan yang akan menjadi bahan penelitian ini.
12
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada rentang waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu periode
2009-2013 yang dilakukan pada objek penelitian perusahaan yang tercatat di The Indonesian Institute for Corporate Governance IICG dan terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia BEI, dimana secara kontinyu perusahaan tersebut masuk dalam daftar IICG selama periode penelitian. Data yang digunakan
yaitu data sekunder berupa laporan keuangan masing-masing perusahaan, yang dapat dilihat dengan mengakses website www.idx.co.id, www.sahamok.com,
dan www.finance.yahoo.co.id. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan membahas mengenai
pengaruh corporate governance dan karakteristik perusahaan terhadap struktur modal yang dipilih perusahaan. Adapun judul dari penelitian tersebut adalah:
“Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, dan Business Risk Terhadap Struktur Modal Perusahaan”. Studi Kasus
Pada Perusahaan yang Tercatat Di IICG dan Terdaftar Di BEI Periode 2009- 2013.”
B. Perumusan Masalah