96.15 Pengaruh Pengasuhan Ibu Dan Nenek Terhadap Perkembangan Kemandirian Dan Kognitif Anak Usia Prasekolah

para ibu yang bekerja sebagai buruh dan perawat sehingga lama waktu bekerja menjadi lebih tinggi dibandingkan pekerjaan lainnya. Tabel 8 Sebaran ibu bekerja berdasarkan lama ibu bekerja persen Lama Ibu Bekerja N = 8 jam 8 15.38 9 – 15 jam 41 78.85 15 jam 3 5.77 Total 52 100.00 Rata-rata jam 10.29 Pendapatan per Kapita Keluarga Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi. Sumber penghasilan rumah tangga berupa pendapatan digunakan untuk membeli dan memproduksi barang dan jasa yang dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan anggota rumahtangga. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain. Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Pada kondisi pendapatan terbatas, keluarga akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya akan digunakan untuk mengkonsumsi makanan. Tabel 9 menunjukkan bahwa kondisi ekonomi keluarga ibu rumah tangga menunjukkan perbedaan dengan ibu bekerja. Keluarga ibu bekerja memiliki rata- rata pendapatan sebesar Rp 1.069.700,00, sementara pendapatan per kapita keluarga ibu rumah tangga jauh lebih kecil yakni sebesar Rp 481.200,00. Tabel 9 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kelompok pendapatan per kapita per bulan persen Pendapatan perkapita per bulan Ibu Bekerja n= 52 Ibu Rumah Tangga n = 52 Total N = 104 ≤ Rp 360.518 9.62 42.31 25.96 Rp 360.519 - Rp 721.036 36.54

42.31 39.42

Rp 721.037 - Rp 1.081.584 19.23 11.54 15.38 Rp 1.081.584 - Rp 1.442.072 7.69 1.92 4.81 Rp 1.442.072 26.92 1.92 14.42 Total 100.00 100.00 100.00 Rata-rata Rpbulan Rp 1.069.700,00 Rp 481.200,00 Rp. 775.440,00 p-value 0.000 Keterangan: signifikansi ≤0.01; signifikansi ≤0.05; signifikan ≤0.1; +berdasarkan batas garis kemiskinan BPS 2013 Pendapatan terkecil dan terbesar pada keluarga ibu bekerja memiliki rentang yang sangat besar yakni sebesar Rp 250.000,00 per kapita per bulan dan Rp 4.500.000,00 per kapita per bulan. Namun, pendapatan terkecil dan terbesar pada keluarga ibu rumah tangga memiliki rentang yang sangat kecil yakni sebesar Rp 125.000,00 per kapita per bulan dan Rp 2.333.333,00 per kapita per bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah keluarga yang berada dalam kategori miskin pada keluarga ibu rumah tangga lebih tinggi dibandingkan dengan ibu bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan keluarga per kapita per bulan pada keluarga ibu rumah tangga masih banyak yang berada di bawah garis kemiskinan, yakni batas dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan makanan dan non-makanan Dinas Kesehatan 2008. Namun, pada kelompok ibu bekerja, sejumlah keluarga yang masih berada dalam kategori keluarga miskin dimungkikan karna terdapat ibu yang memiliki status pernikahan janda dan bekerja sebagai buruh dan pekerja rumah tangga sehingga pendapatan yang diperoleh setiap bulannya masih belum memadai. Karakteristik Nenek Usia Nenek Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia nenek berkisar antara 40-92 tahun dengan rata-rata usia nenek secara keseluruhan adalah 53.94 tahun Tabel 10. Hampir seluruh nenek dalam penelitian ini berusia antara 41 – 65 tahun yakni sebesar 90.38 sehingga masuk ke dalam kategori usia dewasa madya. Sebanyak 3.85 persen nenek masuk ke dalam kategori usia lansia muda, 1.92 persen nenek masuk ke dalam kategori usia lansia tua, bahkan sebesr 1.92 persen nenek sudah masuk ke dalam kategori usia lansia tertua. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar nenek yang mengasuh cucu tergolong ke dalam kategori usia yang masih memiliki kesehatan fisik dan psikis yang baik. Sementara sebagian kecil lainnya sudah mulai memasuki kondisi penurunan kondisi kesehatan fisik dan psikis. Tabel 10 Sebaran nenek berdasarkan kelompok usia persen Kategori Usia N 21 – 40 tahun dewasa muda 1 1.92 41 – 65 tahun dewasa madya 47 90.38 65 -74 tahun lansia muda 2 3.85 75 – 84 tahun lansia tua 1 1.92 84 tahun lansia tertua 1 1.92 Total 52 100.00 Rata-rata tahun 53.94 Status Pernikahan Nenek Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar nenek dalam penelitian ini berstatus menikah, yakni sebesar 73.08 persen, sementara sebanyak 1.92 persen nenek berstatus janda karena bercerai dan 25 persen berstatus janda karena suami sudah meninggal. Jumlah nenek yang berstatus janda menunjukkan bahwa usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki pada kategori usia dominan nenek kelompok usia dewasa madya. Tabel 11 Sebaran nenek berdasarkan status pernikahan persen Status Pernikahan n Menikah 38 73.08 Bercerai 1 1.92 Janda suami meninggal 13 25.00 Total 52 100.00 Tingkat Pendidikan Nenek Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan nenek tersebar pada berbagai tingkat pendidikan yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tidak tamat SMP, ttamat SMP, tidak tamat SMA, tamat SMA, dan tidak tamat PT. Persentase terbesar tingkat pendidikan nenek ialah tamat SD 30.77, kemudian tidak tamat SD 25.00, tamat SMP 23.08, tamat SMA 11.54. Hanya sebagian kecil nenek yang tidak sekolah 3.85, tidak tamat SMP 1.92, tidak tamat SMA 1.92 dan tidak tamat PT 1.92. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan nenek sangat bervariatif sesuai dengan status sosial dan ekonomi masing-masing. Nenek yang memiliki strata tidak tamat PT termasuk ke dalam kategori keluarga berstatus sosial ekonomi tinggi. Tabel 12 Sebaran nenek berdasarkan tingkat pendidikan persen Tingkat Pendidikan N Tidak Sekolah 2 3.85 Tidak tamat SD 13 25.00 Tamat SD 16 30.77 Tidak Tamat SMP 1 1.92 Tamat SMP 12 23.08 Tidak tamat SMA 1 1.92 Tamat SMA 6 11.54 Tidak Tamat PT 1 1.92 Total 52 100.00 Pendapatan per Kapita Nenek Tabel 13 menunjukkan bahwa kondisi ekonomi keluarga nenek sebagian besar berada di atas garis kemiskinan. Tabel 13 Sebaran nenek berdasarkan kelompok pendapatan per kapita per bulan persen Pendapatan perkapita per Bulan N ≤ Rp 360.518 16 30.77 Rp 360.519 - Rp 721.036 19 36.54 Rp 721.037 - Rp 1.081.584 9 17.31 Rp 1.081.584 - Rp 1.442.072 3 5.77 Rp 1.442.072 5 9.62 Total 52 100.00 Rata-rata RpBulan Rp 739.544 berdasarkan batas garis kemiskinan BPS 2013 Keluarga nenek memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 739.544,00. Pendapatan terkecil dan terbesar pada keluarga nenek memiliki rentang yang sangat besar yakni sebesar Rp 200.000,00 per kapita per bulan dan Rp 4.000.000,00 per kapita per bulan. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan per kapitan keluarga nenek sangat bervariatif. Sepertiga nenek yang memiliki pendapatan di bawah Rp 360.518 berada dalam kategori keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah keluarga miskin pada kelompok nenek dan ibu rumah tangga masih cukup banyak. Peran Pengasuhan Nenek Jumlah Cucu Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar nenek dalam penelitian ini memiliki cucu kurang dari 6 orang, yakni sebesar 71.15 persen. Sebanyak 19.23 persen nenek memiliki cucu sebanyak 6 - 10 orang dan 9.62 persen nenek memiliki cucu lebih dari 10 orang. Banyaknya nenek yang memiliki cucu kurang dari 6 orang diduga berkaitan dengan banyaknya usia nenek yang masih memasuki kategori dewasa madya. Tabel 14 Sebaran nenek berdasarkan jumlah cucu persen Jumlah Cucu N 6 orang 37 71.15 6 – 10 orang 10 19.23 10 0rang 5 9.62 Total 52 100.00 Frekuensi Mengasuh Cucu Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar nenek dalam penelitian ini memiliki frekuensi pengasuhan sebanyak 6 hari dalam satu pekan yakni sebesar 67.31. Sebanyak 26.92 persen nenek mengasuh sebanyak 5 hari dalam satu pekan, 3.85 persen nenek mengasuh sebanyak 3 hari dalam satu pekan, dan sebanyak 1.92 persen nenek mengasuh cucunya setiap hari. Tabel 15 Sebaran nenek berdasarkan frekuensi mengasuh cucu persen Frekuensi Mengasuh Cucu jumlah per pekan N 3 hari 2 3.85 5 hari 14 26.92 6 hari 35 67.31 7 hari 1 1.92 Total 52 100.00 Banyaknya proporsi frekuensi pengasuhan sebanyak 6 hari menunjukkan bahwa banyak ibu bekerja yang hanya memiliki waktu libur 1 hari dalam satu minggu dengan waktu libur bervariatif yakni pada hari sabtu, minggu dan hari kerja pada ibu yang bekerja di toko atau supermarket. Nenek yang mengasuh sebanyak 5 hari dalam satu pekan biasanya dikarnakan ibu libur bekerja pada hari sabtu dan minggu, sementara nenek yang mengasuh 3 hari dalam satu pekan dikarnakan ibu bekerja sebagai pegawai freelance. Jumlah Cucu yang diasuh Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar nenek dalam penelitian ini memiliki cucu kurang dari 6 orang, yakni sebesar 71.15 persen, sementara sebanyak 19.23 persen nenek memiliki cucu sebanyak 6 - 10 orang dan 9.62 persen nenek memiliki cucu lebih dari 10 orang. Banyaknya nenek yang memiliki cucu kurang dari 6 orang diduga berkaitan dengan banyaknya usia nenek yang masih memasuki kategori dewasa madya. Tabel 16 Sebaran nenek berdasarkan jumlah cucu yang diasuh persen Jumlah Cucu yang Diasuh n 1 orang 30 57.69 2 orang 17 32.69 3 orang 3 5.77 4 orang 1 1.92 6 orang 1 1.92 Total 52 100.00 Usia Cucu saat Pertama Kali diasuh Hasil penelitian menunjukkan bahwa cucu diasuh oleh nenek dengan rentang usia sejak 0 bulan hingga 4 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar cucu dalam penelitian ini diasuh oleh nenek dengan rentang usia 0-3 bulan yakni sebanyak 75. Sebanyak 9.62 persen cucu diasuh oleh nenek dengan rentang usia 3-12 bulan, sebanyak 7.69 cucu diasuh dengan rentang usia 1-2 tahun, dan sebanyak 7.69 cucu diasuh sejak usia di atas 2 tahun. Tabel 17 Sebaran nenek berdasarkan usia cucu saat pertama kali diasuh persen Usia cucu saat diasuh pertama kali bulan N = 3 bulan 39 75.00 4 – 12 bulan 5 9.62 12 – 24 bulan 4 7.69 24 bulan 4 7.69 Total 52 100.00 Banyaknya proporsi usia cucu yang diasuh sejak cucu berusia di bawah 3 bulan menunjukkan bahwa banyak ibu bekerja yang mengambil cuti melahirkan hanya sampai anak berusia 1 hingga 3 bulan. Sementara cucu yang dititipkan sejak berusia lebih dari 3 bulan biasanya dikarenakan ibu berhenti bekerja hingga anak dianggap sudah bisa ditinggal bekerja atau dikarenakan kondisi ekonomi yang kurang baik dalam keluarga sehingga menyebabkan ibu yang tadinya tidak bekerja harus mencari nafkah untuk kkeluarga. Lokasi Tempat Tinggal Nenek Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar nenek dalam penelitian ini tinggal satu rumah dengan anak dan cucunya yakni sebanyak 76.92. Hanya sebagian kecil nenek yang tidak tinggal satu rumah dengan cucu namun masih satu wilayah dan satu kota. Banyaknya nenek yang tinggal satu rumah dengan anak dan cucu dikarenakan ibu bekerja dan anaknya ikut tinggal di rumah nenek dan kakeknya atau sebaliknya, nenek dan kakek ikut tinggal bersama dengan ibu bekerja baik sebelum ataupun sesudah cucu lahir. Hal ini membuat banyaknya ibu bekerja yang menitipkan anaknya kepada ibu atau mertua mereka baik dengan pengasuhan penuh oleh nenek maupun dibantu oleh kerabat dekat atau asisten rumah tangga. Tabel 18 Sebaran nenek berdasarkan kategori tempat tinggal nenek persen Kategori tempat tinggal nenek n Satu rumah dengan cucu 40 76.92 Berbeda rumah dengan cucu 12 23.08 Total 52 100.00 Jumlah Aktivitas Bersama Cucu Aktivitas harian bersama cucu dalam penelitian ini terdiri dari menjaga cucu, mengantar ke sekolah, berbelanja, memandikan cucu, menyediakan makan untuk cucu, menemani nonton tv, naik kendaraan bersama, main ke mallpasar, menyuapi makan, tidur siang, dan tidur malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh nenek dalam penelitian ini memiliki aktivitas pengasuhan yang cukup banyak dengan cucunya yakni sebanyak 59.62. Hanya sedikit nenek yang memiliki aktivitas bersama cucu kurang dari 6 kegiatan per harinya. Banyaknya nenek yang aktivitas nenek bersama dengan cucu menandakan bahwa peran nenek sangat besar pada keluarga ibu bekerja sebagai pengasuh pengganti agar membuat keberadaan cucu saat bersama nenek menjadi nyaman. Namun, sedikitnya aktivitas nenek saat bersama cucu dimungkinkan karena nenek berharap cucu dapat mandiri dalam kegiatan mandi, makan dan tidur. Tabel 19 Sebaran nenek berdasarkan jumlah aktivitas harian bersama cucu persen Jumlah aktivitas harian bersama cucu N = 6 kegiatan 6 11.54 7 – 9 kegiatan 31 59.62 9 kegiatan 15 28.85 Total 52 100.00 Karakteristik Anak Jenis Kelamin Anak Penelitian ini melibatkan anak usia prasekolah dengan proporsi jenis kelamin yang hampir seimbang, yakni sebanyak 51.92 persen anak laki-laki dan 48.08 persen anak perempuan. Proporsi anak laki-laki pada ibu bekerja lebih banyak dibandingkan ibu rumah tangga, sementara proporsi anak perempuan pada ibu rumah tangga lebih banyak dibandingkan dengan ibu bekerja. Tabel 20 Sebaran anak usia prasekolah berdasarkan jenis kelamin persen Jenis Kelamin Anak Ibu Bekerja n= 52 Ibu Rumah Tangga Total N = 104 n = 52 Laki-laki

57.69 46.15

51.92 Perempuan 42.31 53.85 48.08 Total 100.00 100.00 100.00 Urutan Kelahiran Anak Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia prasekolah yang menjadi contoh memiliki urutan kelahiran yang bervariasi mulai dari anak pertama hingga anak ke-6 Tabel 21. Sebagian anak dalam penelitian ini merupakan anak pertama 50.96, kemudian dilanjutkan dengan anak kedua 25.96, anak ketiga 13.46, anak keempat 6.73, anak keenam 1.96 dan anak kelima 0.96. Pada keluarga ibu bekerja, lebih dari separuh anak dalam penelitian merupakan anak pertama yakni sebesar 67.31 persen, kemudian dilanjut anak kedua sebesar 26.92 persen dan anak ketiga sebesar 5.77 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ibu bekerja masuk ke dalam kategori keluarga muda karna urutan anak terbesar ialah anak ketiga. Pada keluarga ibu bekerja, proporsi terbesar urutan kelahiran anak dalam penelitian ialah anak pertama yakni sebesar 34.62 persen, kemudian dilanjut anak kedua sebesar 25.00 persen, anak ketiga sebesar 21.15 persen, anak keempat sebesar 13.46 persen, anak kelima sebesar 1.92 persen, dan anak keenam sebesar 3.85 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ibu bekerja masuk ke dalam kategori keluarga muda karna urutan anak terbesar ialah anak ketiga. Tabel 21 Sebaran anak usia prasekolah berdasarkan urutan kelahiran anak persen Urutan Kelahiran Anak Ibu Bekerja n= 52 Ibu Rumah Tangga n = 52 Total N = 104 Pertama

67.31 34.62

50.96 Kedua 26.92 25.00 25.96 Ketiga 5.77 21.15 13.46 Keempat 0.00 13.46 6.73 Kelima 0.00 1.92 0.96 Keenam 0.00 3.85 1.92 Total 100.00 100.00 100.00 Usia Anak Anak dalam penelitian ini merupakan anak usia prasekolah dengan rata-rata usia anak ialah 49.52 bulan Tabel 22. Sebagian anak dalam penelitian ini berusia antara 36 hingga 48 bulan 50. Pada keluarga ibu bekerja, proporsi terbesar usia anak berkisar antara 3 - 4 tahun yakni sebesar 59.62 persen, sementara pada ibu rumah tangga proporsinya lebih kecil, yakni 40.38 persen. Proporsi anak usia 4 – 5 tahun pada keluarga ibu rumah tangga 42.31 lebih besar dibandingkan anak pada keluarga ibu bekerja 28.85. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anak yang berusia 3 – 5 tahun lebih banyak dibandingkan jumlah anak yang beruusia 5 hingga 6 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nenek dalam penelitian ini lebih banyak mengasuh anak berusia 3 hingga 4 tahun sehingga aktivitas pengasuhan masih lebih didominasi di rumah nenek. Sementara pada anak usia 4 hingga 6 tahun, biasanya aktivitas nenek diselingi dengan kegiatan mengantar cucu ke sekolah. Tabel 22 Sebaran anak usia prasekolah berdasarkan usia anak persen Usia Anak Ibu Bekerja n= 52 Ibu Rumah Tangga n = 52 Total N = 104 36 – 48 bulan 59.62 40.38 50.00 49 – 60 bulan 28.85 42.31 35.58 61 – 72 bulan 11.54 17.31 14.42 Total 100.00 100.00 100.00 Rata-rata bulan 47.73 bulan 51.31 bulan 49.52 bulan Status Sekolah Anak Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi anak yang belum sekolah 66.35 lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang sekolah 33.65 baik pada keluarga ibu bekerja maupun ibu rumah tangga. Hal ini berkaitan dengan lebih banyaknya anak yang berusia di bawah 4 tahun. Anak yang sekolah dalam penelitian ini bersekolah di TK, TKA dan TPA. Jumlah anak yang belum sekolah pada keluarga ibu bekerja lebih banyak dikarnakan banyaknya anak yang berusia di bawah 4 tahun pada keluarga ibu bekerja. Tabel 23 Sebaran anak usia prasekolah berdasarkan status sekolah anak persen Status Sekolah Ibu Bekerja n= 52 Ibu Rumah Tangga n = 52 Total N = 104 Belum Sekolah

71.15 61.54

66.35 Sekolah TKTPA 28.85 38.46 33.65 Total 100.00 100.00 100.00 Gaya Pengasuhan Gaya Pengasuhan Otoritatif Rata-rata skor indeks gaya pengasuhan autoritatif untuk masing-masing kelompok memiliki nilai yang berbeda, yakni pada nenek 68.11, pada ibu bekerja 78.29, dan pada ibu rumah tangga 68.19. Sebagian besar ibu bekerja dalam penelitian ini memiliki skor gaya pengasuhan otoritatif yang tinggi 76.92. Lebih dari separuh nenek 65.38 dan ibu rumah tangga 69.23 memiliki skor gaya pengasuhan otoritatif yang sedang. Gaya otoritatif dengan kategori tinggi pada ibu bekerja yang lebih tinggi dibandingkan nenek dan ibu rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun waktu yang dimiliki terbatas, namun ibu bekerja tetap menyeimbangkan kedisiplinan dan kehangatan dalam menerapkan pengasuhan kepada anak. Sebagian besar ibu bekerja sering berusaha memenuhi kebutuhan psikis anak. Lebih dari separuh ibu sering menenangkan anak di saat anak sedih atau kecewa, memuji anak ketika berperilaku baik, mendengarkan perasaan dan keinginan anak serta berusaha bersikap ramah dan hangat kepada anak. Sebanyak 40.38 persen ibu bekerja kadang-kadang merencanakan libu bekerjaran ke tempat yang disukai anak, 36.46 persen ibu kadang-kadang menjelaskan perasaan sedih ketika anak melakukan perbuatan yang tidak baik, 38.46 persen ibu bekerja sering mengajarkan anak untuk mengungkapkan perasaan atau ekspresi saat marah, sedih atau bahagia. Tabel 24 Sebaran kelompok pengasuh berdasarkan kategori skor gaya pengasuhan otoritatif persen Skor Gaya Pengasuhan Otoritatif Ibu Bekerja Ibu Rumah Tangga n = 52 Ibu n= 52 Nenek n = 52 Rendah 60.00 17.31 34.62 23.08 Sedang 60.01 – 80.00 36.54 65.38 69.23 Tinggi 80.00 46.15 19.23 7.69 Total 100.00 100.00 100.00 Rata-rata skor 0-100 78.29 68.11 68.19 Lebih dari separuh nenek sering berusaha memenuhi kebutuhan psikis cucu, menenangkan cucu di saat sedih atau kecewa, memuji cucu ketika berperilaku baik, mendengarkan perasaan dan keinginan cucu, serta berusaha bersikap ramah dan hangat kepada cucu. Masih cukup banyak nenek yang belum menerapkan gaya pengasuhan otoritatif, yakni tidak pernah menjelaskan perasaan sedih ketika cucu melakukan perbuatan yang tidak baik 38.46; tidak pernah mengajarkan cucu untuk mengungkapkan perasaan atau ekspresi saat marah, sedih atau bahagia 48.08; serta tidak pernah merencanakan liburan ke tempat yang disukai cucu 30.77. Lebih dari separuh nenek sering berusaha memenuhi kebutuhan psikis cucu, menenangkan cucu di saat sedih atau kecewa, memuji cucu ketika berperilaku baik, mendengarkan perasaan dan keinginan cucu, serta berusaha bersikap ramah dan hangat kepada cucu. Masih cukup banyak nenek yang tidak pernah menjelaskan perasaan sedih ketika cucu melakukan perbuatan yang tidak baik 38.46; tidak pernah mengajarkan cucu untuk mengungkapkan perasaan atau ekspresi saat marah, sedih atau bahagia 48.08; serta tidak pernah merencanakan liburan ke tempat yang disukai cucu 30.77. Lebih dari separuh ibu rumah tangga sering berusaha memenuhi kebutuhan psikis anak, memuji anak ketika berperilaku baik, serta berusaha bersikap ramah dan hangat kepada anak. Separuh ibu rumah tangga menenangkan anak di saat sedih atau kecewa. Sebanyak 63.46 persen ibu rumah tangga kadang-kadang merencanakan liburan ke tempat yang disukai anak, 46.15 persen kadang-kadang menjelaskan perasaan sedih ketika anak melakukan perbuatan yang tidak baik, 40.38 persen ibu rumah tangga cukup sering mengajarkan anak untuk mengungkapkan perasaan atau ekspresi saat marah, sedih atau bahagia, 38.46 persen ibu rumah tangga cukup sering mendengarkan perasaan dan keinginan anak. Gaya Pengasuhan Otoriter Rata-rata skor indeks gaya pengasuhan otoriter nenek ialah sebesar 32.55, ibu bekerja 35.82, dan ibu rumah tangga 46.30. Sebagian ibu rumah tangga 80.77 dalam penelitian ini memiliki skor gaya pengasuhan otoriter yang rendah. Seluruh ibu bekerja 100.00 dan nenek 100.00 memiliki skor gaya pengasuhan otoriter yang rendah. Tidak ada gaya pengasuhan otoriter dengan kategori sedang dan tinggi pada ibu bekerja dan nenek. Terdapat sekitar 19.23 ibu rumah tangga yang memiliki gaya otoriter sedang. Tabel 25 Sebaran kelompok pengasuh berdasarkan kategori skor gaya pengasuhan otoriter persen Skor Gaya Pengasuhan Otoriter Ibu Bekerja Ibu Rumah Tangga n = 52 Ibu n= 52 Nenek n = 52 Rendah 60.00 100.00 100.00 80.77 Sedang 60.01 – 80.00 0.00 0.00 19.23 Tinggi 80.00 0.00 0.00 0.00 Total 100.00 100.00 100.00 Rata-rata skor 0-100 32.55 35.83 46.30 Sebanyak 28.85 persen ibu bekerja sering menekankan anak untuk menurut kepada ibu. Sebanyak 9.62 persen ibu bekerja sering menjauhkan anak dari hal- hal yang tidak disukainya saat menghukum anak, 9.62 persen cukup sering berteriak jika tidak menyukai sikap atau perilaku anak, 17.31 persen ibu bekerja sering marah jika anak bersikapberperilaku tidak baik, 5.77 persen ibu bekerja terkadang menampar anak ketika tidak menyukai apa yang dikatakan atau dilakukan anak, 1.92 persen ibu bekerja sering menghukum anak dengan menahan emosi kepada anak, 9.62 persen ibu bekerja cukup sering memarahi anak secara terbuka ketika anak berperilaku tidak baik, 38.46 persen ibu bekerja sering mengingatkan anak untuk tidak berperilaku buruk ketika diajak pergi keluar, dan 19.23 persen ibu bekerja cukup sering mengingatkan anak bahwa ibu bekerja sudah melakukan banyak hal untuk anak. Lebih dari separuh nenek mengingatkan cucu untuk tidak berperilaku buruk ketika diajak pergi keluar. Terdapat sebanyak 15.38 nenek yang sering menekankan cucu untuk menurut kepada nenek, 7.69 sering menjauhkan cucu dari hal-hal yang tidak disukainya saat menghukum cucu, 9.62 sering berteriak jika tidak menyukai sikap atau perilaku cucu, 7.69 sering marah jika cucu bersikapberperilaku tidak baik, 3.85 cukup sering menampar cucu ketika tidak menyukai apa yang dikatakan atau dilakukan cucu, 5.77 sering menghukum cucu dengan menahan emosi kepada cucu, 3.85 sering memarahi cucu secara terbuka ketika cucu berperilaku tidak baik, dan 21.15 sering mengingatkan cucu bahwa nenek sudah melakukan banyak hal untuk cucu. Lebih dari separuh ibu rumah tangga sering menekankan anak untuk menurut kepada ibu rumah tangga. Sebanyak 13.46 persen ibu rumah tangga cukup sering menjauhkan anak dari hal-hal yang tidak disukainya saat menghukum anak, 15.38 persen sering berteriak jika tidak menyukai sikap atau perilaku anak, 34.62 persen ibu rumah tangga sering marah jika anak bersikapberperilaku tidak baik, 1.92 persen ibu rumah tangga sering menampar anak ketika tidak menyukai apa yang dikatakan atau dilakukan anak, 5.77 persen