TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Teluk Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat

Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainnya. Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zona ini termasuk ficus microcarpus F.Retusa, Intsia bijuga, N,fruticans, Lumnitza racemoza, Pandanus sp dan Xylocarpus moluccensis . Fungsi Ekologi -Ekonomi Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam daerah tropika yang mempunyai manfaat ganda baik aspek ekologi maupun sosial ekonomi. Beberapa fungsi ekologi dan ekonomi dari ekosistem mangrove dijelaskan sebagai berikut: Fungsi Ekologi Ditinjau dari sudut pandang ekologi, ekosistem mangrove membentuk sebuah ekosistem yang unik yang disebabkan karena berada pada perairan yang kadar asamnya sangat kecil payau dimana terdapat empat unsur biologi yang sangat mendasar yaitu daratan, air, pepohonan, dan fauna. Besarnya peranan ekosistem mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan, baik yang hidup di perairan, di atas lahan maupun di tajuk-tajuk pohon mangrove serta ketergantungan manusia terhadap ekosistem mangrove tersebutImran 2002. Salah satu fungsi mangrove yaitu mensuplai berbagai material ke daerah pantai. Material ini menstimulasi produktivitas pantai, dimana daerah pantai yang bermangrove akan memiliki hasil perikanan yang lebih besar dibandingkan daerah pantai tanpa mangrove Marshall 1994. Bengen 2000 menyatakan bahwa ekosistem mangrove memiliki fungsi antara lain: 1 sebagai pelindung pantai dari gempuran ombak, arus dan angin, 2 sebagai tempat berlindung, berpijah atau berkembang biak dan daerah asuhan berbagai jenis biota 3 sebagai penghasil bahan organik yang sangat produktif detritus, 4 sebagai sumber bahan baku industri bahan bakar, 5 pemasok larva ikan, udang dan biota laut lainnya, serta 6 tempat pariwisata. Fungsi fisik dan biologi dapat dikatakan sebagai fungsi ekologi yang belum mengalami perubahan dari aktivitas pembangunan manusia. Nilai manfaat tidak langsung dari ekosistem mangrove dirasakan lebih tinggi jika dibandingkan dengan manfaat langsungnya. Nilai penting ekosistem mangrove antara lain: menurunkan tingkat erosi di pantai dan sungai, mencegah banjir, mencegah intstrusi air laut, menurunkan tingkat polusi pencemaran, produksi bahan organik sebagai sumber bahan makanan, sebagai wilayah asuhan, pemijahan, dan mencari makan untuk berbagai jenis biota laut Liyanage 2004. 11 Gambar 2. Fungsi Ekologis Ekosistem Mangrove adaptasi AWB-Indonesia 1992 Sedangkan menurut Dahuri et al. 1996 dalam Rusdianti dan Satyawan 2012, fungsi ekologi mangrove adalah sebagi berikut: 1. Dalam ekosistem mangrove terjadi mekanisme hubungan antara ekosistem mangrove dengan jenis-jenis ekosistem lainnya seperti padang lamun dan terumbu karang. 2. Dengan sistem perakaran yang kokoh mangrove memiliki kemampuan meredam gelombang, menahan lumpur dan melindungi pantai dari abrasi, gelombang pasang dan topan. 3. Sebagai pengendali banjir, mangrove yang banyak tumbuh di daerah estuaria juga dapat berfungsi untuk mengurangi bencana banjir. 4. Mangrove dapat berfungsi sebagai penyerap bahan pencemar environmental service, khususnya bahan-bahan organik. 5. Sebagai penghasil bahan organik yang merupakan mata rantai utama dalam jaring- jaring makanan di ekosistem pesisir, serasah mangrove yang jatuh dan gugur ke dalam air akan menjadi substrat yang baik bagi bakteri dan sekaligus berfungsi membantu proses daun-daun tersebut menjadi detritus. Selanjutnya detritus menjadi bahan makanan bagi hewan pemakan, seperti cacing, udang-udang kecil dan akhirnya hewan-hewan ini akan menjadi makanan larva ikan, udang, kepiting dan hewan lainnya. 6. Merupakan daerah asuhan nursery ground hewan-hewan muda juvenile stage yang akan bertumbuh kembang menjadi hewan-hewan dewasa dan juga merupakan daerah pemijahan spawning ground beberapa perairan seperti udang, ikan dan kerang- kerangan. Fungsi Ekonomi Disamping menghasilkan bahan dasar untuk industri seperti kertas, rayon, kayubakar dan arang yang dalam konteks ekonomi mengandung nilai komersial tinggi,ditunjukkan dengan kemampuannya dalam menyediakan produknya yang dapatdiukur dengan uang. Menurut Dahuri et al. 1996 telah terindentifikasi lebih dari70 macam kegunaan pohon mangrove bagi kepentingan hidup manusia, baik produk langsungmaupun produktidak langsung. Menurut Hamilton dan Sneadaker 1984, fungsi ekonomi ekosistem mangrove diantaranya adalah: 1. Bahan bakar arang dan kayu bakar; 2. Bahan bangunan kayu bangunan, tiang, dan pagar; 3. Alat penangkap ikan tiang sero, bubu, pelampung dan bagan; 4. Makanan, minuman, dan obat-obatan; 5. Bahan baku pulp dan kertas; 6. Bahan baku untuk membuat alat-alat rumah tangga dan kerajinan;

7. Pariwisata.

Faktor Penyebab Kerusakan Mangrove Saat ini di seluruh dunia terjadi peningkatan hilangnya sumberdaya mangrove yangdisebabkan adanya pemanfaatan yang tidak berkelanjutan serta pengalihan peruntukan Aksornkoae 1993. Secara turun-temurun masyarakat menganggap bahwa ekosistem mangrove sebagai lahan kosong lahan tidak bermanfaat sehingga seringkali dengan sengaja dialih fungsikan menjadi peruntukan lain yang dianggap lebih menguntungkan, misalnya untuk perkembangan kota, daerah pertanian, atau untuk aquakultur Franks dan Falcover 1999.Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan tuntutan untuk mendayagunakan sumberdaya mangrove terus meningkat. Secara garis besar, terdapat dua faktor penyebab kerusakan mangrove yaitu faktor manusia pemanfaatan lahan yang berlebihan, dan faktor alam banjir, kekeringan, dan hama penyakit Tirtakusumah 1994. Menurut Biao et al. 2004, peningkatan permintaan dunia terhadap produk budidaya perairan dari negara berkembangakan meningkatkan keuntungan dan pendapatan, tetapi juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Tingginya permintaan pasar internasional dan meningkatnya teknologi telah memberikan dukungan terhadap pertumbuhan industri tambak. Oleh karena itu, seiring dengan pembangunan tambak yang kian meningkat sehingga menyebabkan lahan mangrove menjadi menurun akibat eksploitasi sumberdaya mangrove yang umumnya tidak intensif. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Perkembangan budidaya yang pesat diiringi oleh beberapa permasalahan diantaranya:kerusakan ekosistem mangrove, berkurangnya stok, dan pencemaran perairan. Penurunan kualitas lingkungan merupakan akibat dari beberapa sumber, diantaranya budidaya, meningkatnya jumlah nelayan, praktek pengelolaan pertanian yang tidak ramah lingkungan, dan buruknya peraturan dan kebijakan pemerintah Dewalt et al. 1996. Penurunan luasan mangrove terjadi juga di Filipina dimana terjadi kehilangan mangrove dari 500.000 ha di tahun 1918 menjadi 120.000 ha pada tahun 1994. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat lokal mengekploitasi kayu bakar serta mengkonversi mangrove menjadi lahan pertanian, industri dan pemukiman. Apabila ditinjau dari sisi kelembagaan: birokrasi yang tumpang tindih, kebijakan yang saling bertentangan, korupsi, serta lemahnya penegakan hukummerupakan penyebab penurunan luasan mangrove Primavera 2000. Selain itu meningkatnya permintaan terhadap produksi kayu juga menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap ekosistem mangrove. Kegiatan lain yang menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove cukup besar adalah pembukaan tambak-tambak untuk budidaya perairan Supriharyono 2002. Semua aktivitas manusia dalam kaitannya dengan penggunaan areal mangrove dalam skala besar sangat berkaitan dengan tingginya populasi dan rendahnya tingkat perekonomian masyarakat setempat, misalnya di sepanjang pantai utara Pulau Jawa Pantura.Kegiatan masyarakat pantai pada akhirnya akan memanfaatkan ekosistem mangrove secara tidak ramah lingkungan, dan dampaknya mangrove akan terdegradasi dan rusak, bahkan sumber daya alam tersebut akan punah.Dalam situasi seperti ini, habitat dasar dan fungsi ekosistem mangrove menjadi hilang dan kehilangan ini jauh lebih besar dari nilai penggantinya.Sebenarnya, masyarakat pantai sudah mengetahui tentang peran dan manfaat ekosistem mangrove terhadap lingkungannya, tetapi mereka tidak ada pilihan lain karena untuk mempertahankan kehidupan mereka bersama keluarganya harus memanfaatkan ekosistem tersebut Pramudji 2000. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa faktor utama kerusakan mangrove adalah faktor manusia,seperti aktifitas produksi, ekploitasi, konversi lahan untuk peruntukan lain atau aktifitas non-produksi seperti polusi limbah rumah tangga atau limbah industri Fauzi 2004. Kegiatan manusia yang berdampak kepada ekosistem mangrove disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Dampak Kegiatan Manusia pada Ekosistem Mangrove No. Kegiatan Dampak Potensial 1 Tebang habis  Berubahnya komposisi mangrove  Tidak berfungsinya daerah untuk mencari makan dan daerah pengasuhan bagi ikan 2 Pengalihan aliran air pembangunan irigasi  Peningkatan salinitas mangrove  Menurunnya tingkat kesuburan mangrove 3 Konversi menjadi lahan pertanian, perikanan, pemikiman, dll  Mengancam regenerasi stok ikan dan udang diperairan lepas pantai yang memerlukan mangrove sebagai nursery ground  Terjadi pencemaran laut oleh bahan pencemar yang sebelumnya diikat oleh substrat mangrove  Pendangkalan perairan pantai  Erosi garis pantai dan intrusi garam  Terjadinya pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar 4 Pembuangan sampah cair  Penurunan kandungan O 2 dan timbul gas H 2 S dan NH 3 5 Pembuangan sampah padat  Kemungkinan terlapisnya pneumatofora dengan sampah padat mengakibatkan kematian mangrove  Kematian pohon-pohon mangrove 6 Pencemaran minyak akibat terjadinya tumpahan minyak dalam jumlah besar  Musnahnya daerah nursery ground bagi larva dan juvenile ikan dan udang yang bernilai ekonomis penting dan mengancam regenerasi ikan dan udang 7 Penambangan dan ekstraksi mineral, baik pada ekosistem mangrove maupun di daratan sekitarmangrove  Kerusakan total ekosistem mangrove, sehingga memusnahkan fungsi ekologis ekosistem mangrove daerah pencari makanan, asuhan  Pengendapan sedimen yang dapat mematikan pohon mangrove. Sumber: Bengen 2000 Pengelolaan Ekosistem Mangrove Dahuri et al. 2001 berpendapat bahwa pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pemanfaatan pembangunan secara terpadu integrated guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Wilayah pesisir tersusun dari berbagai macam ekosistem yang satu sama lainnya saling terkait, tidak berdiri sendiri. Perubahan dan kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosistem lainnya. Selain itu, wilayah pesisir juga di pengaruhi oleh berbagai kegiatan manusia up lands areas maupun lautan lepas oceans.Keterpaduan diperlukan karena memperhatikan segenap keterkaitan ekologis ecological linkage yang dapat mempengaruhi suatu wilayah pesisir. Kehidupan masyarakat di sekitar kawasan mangrove, tidak dapat dipisahkan dengan ekosistemnya. Hal ini diwujudkan dalam bentuk hubungan kekerabatan danhubungan timbal balik antara manusia dengan alam sekitarnya. Ekosistem mangrovemerupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai peranan penting