PENDAHULUAN Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Teluk Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat

ini terbukti dengan terjadinya alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak, pemukiman, industri, maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan Rochana 2010. Selain itu juga, keberadaan mangrove berkaitan erat dengan tingkat produksi perikanan, hampir 80 dari seluruh jenis ikan laut yang dikonsumsi manusia berada di ekosistem mangrove Saenger et. al, 1983. Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang memiliki luas wilayah 10.530 ha dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Seluas 2.002 ha diantaranya merupakan ekosistem mangrove yang dikelola oleh pihak Perhutani sedangkan areal yang dijadikan tambak seluas 2.342 ha yang terdiri atas tambak tumpang sari dan tambak milik. Perkembangan pertambakan pada kurun waktu 1988 sampai dengan 1995 di Kecamatan Blanakan mengalami pertambahan rata-rata sekitar 33.02 per tahun Fahrudin 1996. Menurut Fahrudin 1996, luas lahan pesisir Kabupaten Subang untuk areal pertambakan mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan semakin baiknya harga komoditas perikanan yang dibudidayakan. Lahan pesisir Kabupaten Subang dimanfaatakan untuk mangrove dengan pola tambak tumpangsari seluas 5.328,60 ha dengan nilai ekonomi total sebesar Rp. 79,92 milyartahun atau Rp. 14.998.692,34ha dan untuk tambak rakyat seluas 8.354,28 ha dengan nilai ekonomi total sebesar Rp. 14,87 milyartahun atau Rp. 1.780.501,73hatahun. Pada kurun waktu 1988 sampai dengan 1995 kegiatan pertambakkan di Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang mengalami pertambahan rata-rata sekitar 33,02 per tahun. Peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan ekonomi memungkinkan pembukaan lahan yang lebih besar untuk tambak dengan melakukan konversi mangrove. Hal ini menyebabkan terganggunya kelestarian lahan yang dikonversi. Pada gilirannya akan menurunkan kualitas lingkungan yang dibutuhkan dan justru mengancam usaha budidaya tersebut. Hal tersebut merupakan tantangan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dalam upaya pemanfaatan lahan yang tidak saja menguntungkan secara ekonomi tetapi juga ramah lingkungan. Oleh karena itu, penilaian pemanfaatan mangrove sangat dibutuhkan, tidak hanya manfaat secara ekologi tetapi juga ekonomi Sofian 2003. Fungsi ekologi ekosistem mangrove amat penting kontribusinya bagi nilai ekonomi mangrove itu sendiri. Valuasi ekonomi dapat digunakan untuk mentransformasi nilai ekologi ini menjadi nilai ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan Fauzi 2000. Berdasarkan uraian diatas, disusunlah diagram alir kerangka pendekatan studi yang disajikan pada Gambar 1. Manfaat Keberadaan Willingness to Pay EKOSISTEM MANGROVE Fungsi Ekologi Fungsi Ekonomi IDENTIFIKASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA  Hasil perikanan ikan, udang, kepiting, dan belut  Hasil tambak  Hasil hutan kayu bakar  Perlindungan pantai  nursery ground, spawning ground dan feeding ground  pariwisata Manfaat Langsung Manfaat Tidak Langsung Manfaat Pilihan Nilai Biodiversity Nilai Guna Nilai Non-Guna Benefit Transfer Productivity Method Kuantifikasi Seluruh Manfaat dan Fungsi ekosistem Mangrove Total Economic Value Replacement Cost, Productivity Method, Travel Cost Method Gambar 1 . Diagram Alir Kerangka Pendekatan Studi Terabaikan Eksploitasi berlebihan Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan pengelolaan ekosistem mangrove; 2. Mengidentifikasi jenis pemanfaatan ekosistem mangrove; 3. Melakukan penilaian ekonomi total terhadap ekosistem mangrove; 4. Membuat alternatif kebijakan bagi pengelolaan ekosistem. Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan untuk mengatasi masalah penelitian. 2. Sebagai referensi dalam melakukan valuasi ekonomi dalam rangka pengelolaan mangrove yang berkelanjutan. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada beberapa hal, yaitu 1. Jenis sumberdaya yang menjadi fokus utama dari penelitian ini adalah ekosistem mangrove. 2. Lokasi penelitian sebagai sampel adalah Cilamaya Girang, Desa Blanakan, dan Desa Muara.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Wilayah Pesisir dan Ekosistem Mangrove Wilayah Pesisir Wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai maka wilayah pesisir mempunyai dua macam batas yakni sejajar dengan garis pantai dan tegak lurus garis pantai. Namun demikian batasan tersebut tergantung pula dengan karakteristik lingkungan, sumberdaya yang ada dan sistem negara bersangkutan Dahuri et al. 2001. Definisi wilayah pesisir itu sendiri yaitu wilayah pertemuan antara darat dan laut, kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan kearah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran Dahuri et al. 2001. Ekosistem Mangrove Mangrove merupakan perpaduan antara kata mangal dari bahasa Portugis dan kata grove dari bahasa Inggris. Dalam bahasa Portugis, kata mangrove digunakan untuk individu jenis tumbuhan dan kata mangal untuk komunitas hutan yang terdiri dari individu - individu jenis mangrove tersebut. Sedangkan dalam bahasa Inggris, kata mangrove digunakan baik untuk komunitas pohon – pohon atau rumput – rumput maupun semak berlukar yang tumbuh di laut maupun untuk individu jenis tumbuhan yang berasosiasi dengannya Macnae 1968. Umumnya mangrove dapat ditemukan di seluruh kepulauan Indonesia. Mangrove terluas terdapat di Irian Jaya dengan luas sekitar 1.350.600 ha 38, Kalimantan 978.200 ha 28 dan Sumatera 673.300 ha 19. Mangrove tumbuh dan berkembang dengan baik pada pantai yang memiliki sungai yang besar dan terlindung. Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dengan kondisi lingkungan seperti itu, beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara yang lainnya mengembangkan sistem akar napas untuk membantu memperoleh oksigen bagi sistem perakarannyaRusilaet al. 1999. Setidaknya terdapat 202 jenis tumbuhan mangrove di Indonesia, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa jenis perdu ditemukan sebagai mangrove sejati, sementara jenis lain ditemukan disekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan asociate asociate. Dengan demikian terlihat bahwa Indonesia memiliki keragaman jenis yang tinggi Rusilaet al. 1999. Menurut Kusmana 2003, cakupan sumberdaya mangrove secara keseluruhan terdiri atas: 1 satu atau lebih spesies yang hidupnya terbatas di habitat mangrove, 2 spesies-spesies tumbuhan yang hidupnya di habitat mangrove, namun juga dapat hidup dihabitat non-mangrove, 3 biota yang berasosiasi dengan mangrove biota darat dan laut, lumut kerak, cendawan, ganggang, bakteri dan lain-lain baik yang hidupnya menetap, sementara, singgah, maupun yang tidak sengaja ditemukan maupun khusus hidup di habitat mangrove, 4 proses-proses alamiah yang berperan dalam mempertahankan ekosistem ini baik yang berada di daerah bervegetasi maupun diluarnya, dan 5 daratan terbukahamparan lumpur yang berada antara batas ekosistem sebenarnya dangan laut. Mangrove mempunyai kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dengan kondisi lingkungan seperti ini beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme yang memungkinkan aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara yang lain mengembangkan sistem akar nafas untuk mebantu memperoleh oksigen bagi sistem perakarannya Bengen 2004. Menurut Huda 2008 terdapat beberapa karakteristik habitat mangrove yakni; 1 umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, atau berpasir, 2 daerah yang tergenang air laut secara berkala baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi mangrove, 3 menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat, 4 terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya Rusilaet al. 1999.Mangrove dapat berkembang dimana tidak terdapat gelombang. Kondisi fisik pertama yang harus terdapat pada daerah mangrove ialah gerakan air yang minimal. Kurangnya gerakan air ini mempunyai pengaruh yang nyata. Gerakan air yang lambat dapat menyebabkan partikel sedimen yang halus cendeerung mengendap dan berkumpul didasar. Hasilnya berupa kumpulan lumpur, jadi substrat pada rawa mangrove biasanya berlumpur. Substrat inilah yang nantinya bermanfaat bagi penambahan luasan bagi suatu daerah Supriharyono 2000. Secara sederhana, mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hamper tawar, serta daerah kearah daratan yang memiliki air tawar, yang akan dijelaskan sebagai berikut Noor et al. 1999: 1. Mangrove terbuka, berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Komposisi floristik dari komunitas dizona terbuka sangat tergantung pada substratnya. Contoh tanamannya adalah S. alba yang mendominasi daerah berpasir sementara Avicenia marina dan Rhizophora mucfonata cenderung untuk mendominasi daerah yang berlumpur. 2. Mangrove tengah, terletak dibelakang mangrove zona terbuka. Dizona ini biasanya didominasi oleh jenis Rhizophora. Jenis-jenis penting lainnya yang ditemukan adalah B. eriopetala, B. gymnorrhiza, Excoecaria agallocha, R. mucronata, Xylocarpus granatum dan X. moluccensis. 3. Mangrove payau, berada disepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar. Di zona ini biasanya didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia. Dijalur lain biasanya ditemukan tegakan N-fruticans yang bersambung dengan vegetasi yang terdiri dari Cerbera sp, Gluta renghas, Stenochlaena palustris, dan Xylocarpus granatum .Kearah pantai campuran komunitas Sonneratia-Nypalebih sering ditemukan. 4. Mangrove daratan, berada di zona perairan payau atau hampir tawar dibelakang jalur hijau mangrove. Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainnya. Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zona ini termasuk ficus microcarpus F.Retusa, Intsia bijuga, N,fruticans, Lumnitza racemoza, Pandanus sp dan Xylocarpus moluccensis . Fungsi Ekologi -Ekonomi Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam daerah tropika yang mempunyai manfaat ganda baik aspek ekologi maupun sosial ekonomi. Beberapa fungsi ekologi dan ekonomi dari ekosistem mangrove dijelaskan sebagai berikut: Fungsi Ekologi Ditinjau dari sudut pandang ekologi, ekosistem mangrove membentuk sebuah ekosistem yang unik yang disebabkan karena berada pada perairan yang kadar asamnya sangat kecil payau dimana terdapat empat unsur biologi yang sangat mendasar yaitu daratan, air, pepohonan, dan fauna. Besarnya peranan ekosistem mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan, baik yang hidup di perairan, di atas lahan maupun di tajuk-tajuk pohon mangrove serta ketergantungan manusia terhadap ekosistem mangrove tersebutImran 2002. Salah satu fungsi mangrove yaitu mensuplai berbagai material ke daerah pantai. Material ini menstimulasi produktivitas pantai, dimana daerah pantai yang bermangrove akan memiliki hasil perikanan yang lebih besar dibandingkan daerah pantai tanpa mangrove Marshall 1994. Bengen 2000 menyatakan bahwa ekosistem mangrove memiliki fungsi antara lain: 1 sebagai pelindung pantai dari gempuran ombak, arus dan angin, 2 sebagai tempat berlindung, berpijah atau berkembang biak dan daerah asuhan berbagai jenis biota 3 sebagai penghasil bahan organik yang sangat produktif detritus, 4 sebagai sumber bahan baku industri bahan bakar, 5 pemasok larva ikan, udang dan biota laut lainnya, serta 6 tempat pariwisata. Fungsi fisik dan biologi dapat dikatakan sebagai fungsi ekologi yang belum mengalami perubahan dari aktivitas pembangunan manusia. Nilai manfaat tidak langsung dari ekosistem mangrove dirasakan lebih tinggi jika dibandingkan dengan manfaat langsungnya. Nilai penting ekosistem mangrove antara lain: menurunkan tingkat erosi di pantai dan sungai, mencegah banjir, mencegah intstrusi air laut, menurunkan tingkat polusi pencemaran, produksi bahan organik sebagai sumber bahan makanan, sebagai wilayah asuhan, pemijahan, dan mencari makan untuk berbagai jenis biota laut Liyanage 2004.