Pariwisata. Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Teluk Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat
Tabel 1. Dampak Kegiatan Manusia pada Ekosistem Mangrove
No. Kegiatan
Dampak Potensial
1 Tebang habis
Berubahnya komposisi mangrove Tidak berfungsinya daerah untuk mencari makan
dan daerah pengasuhan bagi ikan 2
Pengalihan aliran
air pembangunan irigasi
Peningkatan salinitas mangrove Menurunnya tingkat kesuburan mangrove
3 Konversi
menjadi lahan
pertanian, perikanan,
pemikiman, dll Mengancam regenerasi stok ikan dan udang
diperairan lepas pantai yang memerlukan mangrove sebagai nursery ground
Terjadi pencemaran laut oleh bahan pencemar yang sebelumnya diikat oleh substrat mangrove
Pendangkalan perairan pantai Erosi garis pantai dan intrusi garam
Terjadinya pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar
4 Pembuangan sampah cair
Penurunan kandungan O
2
dan timbul gas H
2
S dan NH
3
5 Pembuangan sampah padat
Kemungkinan terlapisnya pneumatofora dengan sampah
padat mengakibatkan
kematian mangrove
Kematian pohon-pohon mangrove 6
Pencemaran minyak
akibat terjadinya tumpahan minyak
dalam jumlah besar Musnahnya daerah nursery ground bagi larva dan
juvenile ikan dan udang yang bernilai ekonomis penting dan mengancam regenerasi ikan dan
udang 7
Penambangan dan ekstraksi mineral, baik pada ekosistem
mangrove maupun di daratan sekitarmangrove
Kerusakan total ekosistem mangrove, sehingga memusnahkan
fungsi ekologis
ekosistem mangrove daerah pencari makanan, asuhan
Pengendapan sedimen yang dapat mematikan pohon mangrove.
Sumber: Bengen 2000
Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Dahuri et al. 2001 berpendapat bahwa pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua
atau lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pemanfaatan pembangunan secara terpadu integrated guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.
Wilayah pesisir tersusun dari berbagai macam ekosistem yang satu sama lainnya saling terkait, tidak berdiri sendiri. Perubahan dan kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan
menimpa pula ekosistem lainnya. Selain itu, wilayah pesisir juga di pengaruhi oleh berbagai kegiatan manusia up lands areas maupun lautan lepas oceans.Keterpaduan
diperlukan karena memperhatikan segenap keterkaitan ekologis ecological linkage yang dapat mempengaruhi suatu wilayah pesisir.
Kehidupan masyarakat di sekitar kawasan mangrove, tidak dapat dipisahkan dengan ekosistemnya. Hal ini diwujudkan dalam bentuk hubungan kekerabatan
danhubungan timbal balik antara manusia dengan alam sekitarnya. Ekosistem mangrovemerupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai peranan penting
dalammemelihara keseimbangan antara ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistemmangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif dengan berbagai
fungsiekonomi, sosial dan lingkungan. Potensi ekonomi tegakan mangrove berasal daritiga sumber, yaitu perikanan muara sepanjang pantai, hasil hutan, dan ekoturisme
Maedar 2008.
Dahuri et al. 1996 mengatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya pesisir sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional, harus dilaksanakan sebaik-
baiknyaberdasarkan azas kelestarian, keserasian dan azas pemanfaatan yang optimal. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari dampak pernbangunan yangnegatif, seperti
terjadinya penurunan nilai-nilai sumberdaya pesisir dan laut yangpada gilirannya akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan itusendiri. Keadaan ini disebabkan
antara lain penggunaan lahan yang tidak sesuaidengan peruntukan dan kemampuan daya dukungnya, tidak disertainya denganusaha-usaha konservasi serta rendahnya peran serta
masyarakat terhadap aktivitas-aktivitas pembangunan yang telah direncanakan penataannya.
Holing 1973 menyatakan bahwa hampir semua sistem alam mempunyai karakteristik berubah sepanjang waktu dan bahwa jika manusia mencoba menstabilkan
alam untuk kepentingannya akan menyebabkan kondisi stabil pada jangka pendek dan malapetaka pada jangka panjang.
Menurut Adrianto 2004 alternatif pengelolaan dapat diterapkan kepada ekosistem mangrove dengan mempertimbangkan karakteristik ekologi,kemungkinan dan
prioritas pembangunan, aspek teknis, politis dan sosial masyarakat di kawasan mangrove. Alternatif dapat berupa kawasan preservasihingga kawasan penggunaan ganda multiple
uses
yang memberikan ruangkepada pemanfaatan ekosistem mangrove untuk tujuan produktif. Beberapa alternatif pengelolaan ekosistem mangrove terlihat pada Tabel
berikut.
Tabel 2. Beberapa Alternatif Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Pilihan Pengelolaan Deskrpsi
Kawasan Lindung Larangan pemanfaatan produktif
Kawasan Kehutanan Subsisten Pengelolaan
kawasan mangrove
oleh masyarakat;
pemanfaatan mangrove
oleh masyarakat
Kawasan Hutan Komersial Pemanfaatan komersial produk mangrove
Akua-Silvikultur Konversi sebagian kawasan mangrove untuk
kolam ikan Budidaya Perairan Semi-Intensif
Konversi mangrove untuk budidaya perairan dengan teknologi semi intensif
Budidaya Perairan Intensif Konversi mangrove untuk budidaya perairan
dengan teknologi intensif Pemanfaatan
Hutan Komersial
dan Budidaya Perairan Semi Intensif
Pemanfaatan ganda
dengan tujuan
memaksimalkan manfaat
dari perikanan
mangrove itu sendiri Pemanfaatan
Ekosistem Mangrove
Subsisten dan Budidaya Perairan Semi Intensif
Pemanfaatan ganda dengan tujuan memberikan manfaat mangrove kepada masyarakat lokal dan
perikanan Konversi Ekosistem Mangrove
Konversi kawasan
mangrove menjadi
peruntukan lain
Sumber: Adrianto 2004
Konsep pengelolaan lain yang berbasis Sosial-Ekosistem menggambarkan bahwa pada dasamya pendekatan ini mengintegrasikan antara pemahaman ekologi dan nilai-nilai
sosial ekonomi. Dalam hal ini tujuan pengelolaan berbasis ekosistem adalah memelihara, menjaga kelestarian dan integitas ekosistem sehingga pada saat yang sama mampu
menjamin keberlanjutan suplai sumberdaya untuk kepentingan sosial ekonomi manusia.
Konsep Penilaian Sumberdaya
Sumberdaya alam adalah aset natural asset yang selain menyediakan barang yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kebutuhan manusia, juga menghasilkan
jasa yang tidak diorganisasikan melalui mekanisme pasar. Manfaat langsung dapat berupa komoditas maupun jasa yang dapat dikonsumsi langsung oleh manusia, sementara
manfaat tidak langsung dapat berupa manfaat dari fungsi-fungsi ekologis yang dihasilkan dari sumberdaya alam seperti pencegah banjir, penjaga keseimbangan ekosistem,
penyedia keanekaragaman hayati dan lain sebagainya. Dengan kata lain, sumberdaya alam memiliki nilai yang tinggi, baik nilai ekonomi maupun nilai ekologi bagi
kelangsungan hidup manusia.
Secara umum nilai ekonomi dari sumberdaya alam didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk
memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal konsep ini disebut sebagai keinginan membayar willingness to pay seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologi
dari ekosistim bisa di ”terjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari barang dan jasa. Sebagai contoh jika suatu ekosistem mengalami kerusakan
akibat polusi, maka nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan bisa diukur dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tersebut kembali ke aslinya atau
mendekati aslinya Fauzi 2000.
Menurut Barbier et.al. 1993dalam Fahrudin 1996, ada 3 jenis pendekatan penilaian sebuah ekosistem alam yaitu:
1. Analisis dampak impact analysis, penilaian terhadap kerusakan yang terjadi pada
sistem pesisir dari dampak lingkungan yang khas. Pendekatan impact analysis dilakukan apabila nilai ekonomi ekosistemdilihat dari dampak yang mungkin timbul
sebagai akibat dari akifitas tertentu,misalnya akibat reklamasi pantai terhadap ekosistem pesisir.
2. Penilaian parsial partial analysis,penilaian alternatif alokasi sumberdaya atau
pilihan proyek yang mencakup sistem atau sumberdaya pesisir. Tujuannya adalah membuat kriteria untuk memilih antara sejumlah pemanfaatan yang berbeda dari
sistem pesisir. dan 3 total valuation.
3. Penilaian total total valuation, dilakukan untuk mendugatotal kontribusi ekonomi
dari sebuah ekosistem tertentu kepada masyarakat. Menurut Supriadi 2002, tujuan valuasi ekonomi suatu sumberdaya adalah untuk
memperoleh gambaran agar setiap unsur lingkungan dapat ditempatkan sebagai komponen integral dalam suatu sistem ekonomi. Pada prinsipnya valuasi ekonomi
bertujuan untuk memberikan nilai ekonomi kepada sumberdaya yang digunakan sesuai dengan nilai riil dari sudut pandang masyarakat.
Konsep yang dapat digunakan untuk mengukur nilai ekonomi suatu sumberdaya, dalam hal ini ekosistem mangrove, adalah konsep Total Economic Value TEV atau nilai
ekonomi total seperti diilustrasikan pada Gambar 3.Nilai Ekonomi Total NET dari aset lingkungan hidup dapat dipecah-pecah ke dalam suatu set bagian komponen.Berdasarkan
hukum biaya dan manfaat, keputusan untuk mengembangkan ekosistem mangrove dapat dibenarkan apabila manfaat bersih dari pengembangan ekosistem tersebut lebih besar dari
manfaat bersih konservasi. Jadi dalam hal ini, manfaat konservasi diukur dengan nilai ekonomi total dari ekosistem mangrove tersebut Sanim 1996 dalam Fahrudin 1996.
Melalui Gambar 3 dapat diketahui bahwa nilai ekonomi total merupakan jumlah dari nilai pemanfaatan use value=UV dan nilai non-pemanfaatan non-use value=NUV.
Nilai pemanfaatan adalah jumlah dari nilai pemanfaatan langsung direct use value=DUV
, nilai pemanfaatan tidak langsung indirect use value=IUV, dan nilai pilihan option value=OV. Nilai non-pemanfaatan adalah jumlah dari nilai eksistensi
Existence Value=XV dan nilai waris bequest value=EV. Definisi dan contoh komposisi Total Economic Value TEV tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Definisi dan Contoh Komposisi Total Economic Value TEV
No. Jenis Nilai Definisi
Contoh
1 Direct
Use Value Nilai ekonomi yang diperoleh dari
pemanfaatan langsung dari sebuah sumberdayaekosistem
Manfaat perikanan,kayu mangrove, geneticmaterial.
2 Indirect
Use Value Nilai ekonomi yang diperoleh dari
pemanfaatan tidak langsung dari sebuah sumberdayaekosistem
Fungsi ekosistemmangrove sebagainatural
breakwaters ,sebagai
spawningground .
3 Option
Value Nilai ekonomi yang diperoleh dari potensi
pemanfaatan langsung maupun tidak langsung dari sebuah
sumberdayaekosistem di masa datang. Manfaat keanekaragaman
hayati, spesies baru
4 Bequest
Value Nilai ekonomi yang diperoleh dari
manfaat pelestarian sumberdayaekosistem untukkepentingan
generasi masa depan Nilai sebuah sistemtradisional
masyarakat yang terkait dengan sumberdayaekosistem;
habitat; keanekaragaman hayati
5 Existence
Value Nilai ekonomi yang diperoleh dari sebuah
persepsi bahwa keberadaan existence dari sebuah sumberdayaekosistem itu
ada, terlepas dari apakah ekosistemsumberdaya tesebut
dimanfaatkan atau tidak. Terumbu karang yang
terancam punah, endemic species
Sumber: Barton 1994dalam Adrianto 2004
Manfaat Tidak Langsung
Nilai Ekonomi Total
Nilai Pemanfaatan Nilai non-Pemanfaatan
Warisan Manfaat
Pilihan Keberadaan
Manfaat Langsung
Gambar 3. KonsepTotal Economic Value TEV
Dalam menilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam, para ahli ekonomi sumberdaya membagi nilai tersebut ke dalam beberapa jenis. Secara umum nilai
ekonomi sumberdaya dibagi kedalam nilai kegunaan atau pemanfaatan use values dan nilai non-kegunaan non-use values atau passive values.
Use values adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan aktual dari barang dan
jasa seperti menangkap ikan, menebang kayu, dan sebagainya. Kedalam nilai ini juga termasuk pemanfaatan secara komersial atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam misalnya ikan dan kayu yang bisa dijual maupun untuk konsumsi langsung. Use values secara lebih rinci diklasifikasikan kembali kedalam direct use value
nilai kegunaan langsung dan indirect use value nilai kegunaan tidak langsung. Direct use value
merujuk pada kegunaan langsung dari konsumsi sumberdaya seperti penangkapan ikan, pertanian, kayu sebagai bahan bakar dan lain sebagainya baik secara
komersial maupun non komersial. Sementara indirect use value merujuk pada nilai yang dirasakan secara tidak langsung terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam dan lingkungan. Termasuk di dalam kategori indirect use value ini misalnya fungsi pencegahan banjir dan nursery ground dari suatu ekosistem misalnya
mangrove.
Komponen kedua dari nilai ekonomi adalah non-use value yang merupakan nilai yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan aktual dari barang dan jasa yang dihasilkan
oleh sumberdaya alam. Non-use value juga lebih bersifat sulit diukur less tangible karena lebih didasarkan pada preferensi terhadap lingkungan ketimbang pemanfaatan
langsung. Secara detail, kategori non-use value ini dibagi lagi kedalam beberapa sub-class yakni: Existence Value, Bequest Value dan Option Value.
Existence value atau nilai keberadaan pada dasarnya adalah penilaian yang
diberikan atas keberadaan atau terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan meskipun masyarakat misalnya tidak akan memanfaatkan atau mengunjunginya. Sebagai
contoh, seseorang misalnya mungkin mau membayar untuk menjaga keberadaan Taman Nasional Laut Pulau Seribu meskipun yang bersangkutan belum pernah mengunjunginya.
Nilai eksistensi ini sering juga disebut dengan intrinsic value atau nilai intrinsik dari sumberdaya alam atau nilai yang memang sudah melekat pada sumberdaya alam itu
sendiri.
Bequest value atau nilai pewarisan diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh
generasi kini dengan menyediakan atau mewariskan bequest sumberdaya untuk generasi mendatang mereka yang belum lahir. Jadi bequest value diukur berdasarkan keinginan
membayar masyarakat untuk memelihara to preserve sumberdaya alam dan lingkungan untuk generasi mendatang. Jadi masyarakat misalnya mau membayar untuk memelihara
Taman Nasional Laut sehingga generasi mendatang dapat menikmatinya.
Option value lebih diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh masyarakat atas
adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam di masa mendatang. Dengan kata lain option value juga merupakan nilai pemeliharaan
sumberdaya sehingga pilihan untuk memanfaatkannya option masih tersedia untuk masa yang akan datang. Option value, mengandung makna ketidakpastian. Nilai ini merujuk
pada nilai barang dan jasa dari SDA yang mungkin timbul sehubungan dengan ketidakpastian permintaan di masa mendatang. Jadi jika kita yakin akan preferensi dan
ketersediaan SDA di masa mendatang, misalnya, maka nilai option value kita akan nol. Sebaliknya jika kita tidak yakin, maka nilai option value kita akan positif. Misalnya saja
kita mau membayar
“premium” nilai opsi agar opsi untuk mengkonsumsi barang dan jasa dari SDA tetap terbuka.
Ekosistem Mangrove di Teluk Blanakan di Kabupaten Subang
Ekosistem mangrove yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Subang sejak tahun 1920 sudah ditetapkan sebagai kawasan hutan dan pada tahun 1941 dikukuhkan seluas
5.328, 60 hektar. Sampai tahun 1958 mangrove hidup secara alami tanpa ada gangguan. Setelah itu, Perhutani melakukan penjualan kayu mangrove kepada rakyat dengan sistem
pembayaran reges sampa tahun 1953. Penebangan yang tidak teratur terjadi pada tahun 1963 sampai tahun 1966. Formasi mangrove di pesisir utara Kabupaten Subang terdiri
dari arah laut ke darat didominasi oleh api-api Avicenia marina, bakau Rhizopora mucronata
dan pedada Sonneratia acida Fahrudin 1996. Pemanfaatan mangrove untuk kepentingan masyarakat dapat dilakukan dengan
sistem tumpang sari tambak empang parit. Sistem tumpang sari tambak adalah suatu teknik yang menyelaraskan pengelolaan mangrove yang dalam pelaksanaannya pada areal
tersebut juga diusahakan untuk usaha perikanan. Istilah lain dalam pemanfaatan mangrove yang didalamnya terdapat kegiatan perikanan adalah wanamina atau sering
disebut dengan silvofishery.
Soewardi 1994 mendefinisikan wanamina atau sering disebut sebagai silvofishery
adalah suatu bentuk kegiatan yang terintegrasi terpadu antara budidaya air payau dengan pengembangan mangrove pada lokasi yang sama. Konsep wanamina ini
dikembangkan sebagai salah satu bentuk budidaya perikanan berkelanjutan dengan input yang rendah. Pendekatan antara konservasi dan pemanfaatan kawasan mangrove ini
memungkinkan untuk mempertahankan keberadaan mangrove yang secara ekologi memiliki produktivitas relatif tinggi dengan keuntungan ekonomi dari kegiatan budidaya
perikanan. Berdasarkan Fitzgerald 1997; Sofiawan 2000; Suryadiputra dan Kurniasari 2006; Gattenlöhner et al. 2007, wanamina merupakan sebuah kombinasi antara
kolamtambak budidaya ikan dengan ekosistem mangrove secara berdampingan.