92
3. Duplikasi dan Kesenjangan
Pada saat sekarang ini banyak sekali terbitan sekunder, oleh karena itu kita harus ekstra hati-hati dalam melakukan penilaian tentang duplikasi ini sebab salah-salah kita membeli
dua atau lebih terbitan yang sebetulnya berisi informasi yang sama. Hal ini mungkin sedikit sekali terjadi pada masa tahun sebelum tahun 1970an dimana jumlah terbitan sekunder tidak
sebanyak sekarang. Oleh karena itu pustakawan harus membandingkan dan menganalisa seberapa besar duplikasi entri antara terbitan satu dengan yang lainnya.
4. Derajat Kedalaman Pengindeksan
Derajat kedalaman pengindeksan perlu di analisa terutama untuk indeks dan abstrak. Semakin tinggi derajat pengindeksan dari suatu terbitan sekunder semakin maksimum
informasi yang diberikan oleh terbitan tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin banyak pilihan titik temu yang disajikan oleh terbitan tersebut yaitu dari yang paling spesifik
sampai ke yang paling luas. Yang menjadi masalah disini adalah seberapa jauh ukuran kedalaman suatu pengindeksan itu dapat dikatakan sebagai pengindeksan yang mendalam
atau dangkal. Bahkan dikalangan ahli perpustakaan sendiri hal ini masih menjadi bahan diskusi.
5. Kemutakhiran
Frekuensi terbitan dapat dijadikan salah satu indikator dari kemutakhiran suatu terbitan publikasi sekunder seperti katalog, bibliografi, indeks dan abstrak. Semakin sering frekuensi
terbitnya dan semakin pendek waktukala terbitnya, maka terbitan tersebut dapat diperkirakan berisi informasi bibliografi yang paling mutakhir.
Walaupun frekuensi terbitan dapat dijadikan indikator kemutakhiran, tetapi hal ini bukan merupakan satu-satunya ukuran, karena ada faktor lain yang ikut menentukan kemutakhiran
informasi yang disajikan oleh suatu terbitan sekunder. Faktor tersebut adalah tenggang waktu antara terbitan primernya dipublikasikan dan publikasi sekunder yang memuat
informasi bibliografis terbitan primer tersebut. Tentu saja hal ini dapat kita mengerti karena untuk menerbitkan publikasi sekunder penerbit harus mengumpulkan data terbitan primer.
Contoh tenggang waktu ini dapat kita lihat pada terbitan The New York Times Index. Terbitan ini memuat informasi bibliografis artikel yang ada di The New York Times yang
terbit dua atau tiga bulan sebelumnya.
Faktor lain yang ikut menentukan kemutakhiran adalah tenggang waktu antara pub likasi tersebut diterbitkan dan ketersediannya di perpustakaan. Ini dapat kita mengerti karena
pengiriman dari penerbit ke perpustakaan memerlukan waktu beberapa minggu. Bahkan untuk kondisi Indonesia bisa memakan waktu berbulan-bulan bila kita memb eli dari luar
negeri. Dalam melakukan penilaian terhadap indeks dan abstrak perlu juga diperhatikan apakah ada indeks kumulasinya, yaitu indeks yang mencakup beberapa terbitan sekaligus,
dan frekuensi kumulasinya juga perlu diperhatikan, misalnya apakah kumulasinya adalah bulanan, tiga bulanan, tengah tahunan dan sebagainya. Juga apakah ada indeks kumulasi
tahunannya. Indeks kumulasi ini penting terutama dalam penelusuran surut atau penelusuran retrospective
6. Format