Tujuan Mikroenkapsulasi Morfologi Mikrokapsul Ghosh, 2006 Sifat Zat Aktif untuk Sediaan Mikrokapsul Banker, 1990; Evaluasi Mikrokapsul Sutriyo, et al., 2004

UIN Syarif hidayatullah Jakarta Mikroenkapsulasi dapat digunakan untuk mengkonversi cairan ke padatan, dari mengubah koloid dan sifat permukaan, memberikan perlindungan pada sediaan terhadap lingkungan dan mengendalikan karakteristik pelepasan atau ketersediaan dari polimer. Namun, keunikannya adalah hasil dari proses mikroenkapsulasi selanjutnya dapat digunakan untuk membuat sedian lainnya Nitika Agnihotri; Ravinesh Mishra; Chirag Goda; Manu Arora, 2012.

2.5.1. Tujuan Mikroenkapsulasi

Dalam bidang farmasi, mikrokapsul dapat digunakan sebagai penutup rasa pahit, pelindung obat dari kondisi lingkungan kelembaban, cahaya, panas, danatau oksidasi, solusi pada inkompatibilitas dengan komponen lain, mengembangkan sifat alir dari serbuk, mendapatkan sediaan lepas lambat, dan mencegah iritas lambung Agus et al., 2010.

2.5.2. Morfologi Mikrokapsul Ghosh, 2006

Morfologi mikrokapsul yang dihasilkan terutama tergantung pada bahan inti dan proses pembentukan dinding mikrokapsul. Berdasarkan morfologinya, mikrokapsul dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu mononuklear, polinuklear, dan matriks. Tipe mononuklear terdiri dari satu inti yang dikelilingi bahan penyalut dinding mikrokapsul, sedangkan tipe polinuklear terdiri dari banyak inti dalam satu mikrokapsul. Pada tipe matriks, bahan inti terdistribusi secara homogen pada bahan penyalut. Gambar 2.5. Mikrosfer dan Mikrokapsul Sumber: Indo Global Journal of Pharmaceutical Sciences, 2012; 21: 1-20 UIN Syarif hidayatullah Jakarta

2.5.3. Sifat Zat Aktif untuk Sediaan Mikrokapsul Banker, 1990;

Liebeerman dkk, 1990 Zat aktif yang dapat dibuat dalam sistem mikrokapsul dapat berupa zat padat, cair maupun gas dengan ukuran partikel yang kecil. Sifat-sifat zat aktif untuk sistem mikrokapsul tergantung dari tujuan mikroenkapsulasi tersebut. Dalam penelitian ini, mikroenkapsulasi yang dilakukan ditujukan untuk menjaga stabilitas zat aktif yaitu jintan hitam yang mudah teroksidasi oleh udara dan cahaya.

2.5.4. Mekanisme Pelepasan

Mekanisme pelepasan obat dari mikrosfer atau polimer Tiwari, et al., 2012:

1. Degradasi sistem monolit terkendali

Zat aktif dilarutkan dalam matriks dan terdistribusi secara merata di seluruh matriks. Zat aktif sangat melekat pada matriks dan dilepaskan melalui degradasi matriks.

2. Difusi sistem monolit terkendali

Zat aktif dilepaskan secara difusi sebelum atau bersamaan dengan degradasi matriks polimer. Laju pelepasan juga tergantung pada degradasi polimer dengan mekanisme homogen atau heterogen. Proses pelepasan difusi lebih lambat dibandingkan dengan degradasi matriks.

3. Difusi reservoir terkontrol

Zat aktif dienkapsulasi oleh membran terkontrol. Proses pelepasan bergantung pada difusi zat aktif melalui membran polimer. Dalam hal ini, pelepasan obat tidak dipengaruhi oleh degradasi matriks.

4. Erosi

Terjadi erosi pada polimer yang digunakan sebagai bahan penyalut karena hidrolisis enzimatik oleh adanya pH, sehingga menyebabkan pelepasan obat.

2.5.5. Evaluasi Mikrokapsul Sutriyo, et al., 2004

Setiap produk yang dibuat, termasuk mikrokapsul, tidak lepas dari proses evaluasi untuk mengontrol kualitas produk dan mengetahui layak UIN Syarif hidayatullah Jakarta atau tidaknya produk yang dibuat untuk digunakan dan dipasarkan. Evaluasi yang dilakukan pada mikrokapsul meliputi pemeriksaan bentuk dan morfologi mikrokapsul, ukuran dan distribusi ukuran mikrokapsul, faktor perolehan kembali, penentuan kandungan zat inti, efisiensi penjerapan, serta uji pelepasan in vitro.

2.6. Metode Mikroenkapsulasi Gelasi Ionik

Ada banyak metode enkapsulasi yang dapat digunakan untuk membuat mikrokapsul. Metode pembuatan mikrokapsul yang paling sering diterapkan dalam bidang farmasi antara lain suspensi udara, pemisahan fase koaservasi, semprot kering dan pembekuan, penyalutan dalam panci, proses multi lubang sentrifugal, gelasi ionik serta metode penguapan pelarut Lachman, Herbert, Joseph, 1994; Swarbick Boylan, 1994. Pada penelitian ini akan digunakan metode gelasi ionik dengan penyalut natrium alginat. Prinsip metode gelasi ion adalah proses taut silang antara polimer dengan kation multivalen. Selain alginat, polimer yang dapat digunakan dalam metode gelasi ion antara lain kitosan dan karaginan Liouni, Drichoutis, Nerantzis, 2008. Kemampuan natrium alginat membentuk gel tidak larut air dengan adanya kation divalen menjadi dasar penggunaan natrium alginat pada proses penyalutan obat Manz, Hillgartner, Zimmermann, Zimmermann, Volke, Zimmermann, 2003. Teknik gelasi ion terdiri dari dua macam, yaitu gelasi eksternal dan gelasi internal. Perbedaan gelasi internal dan gelasi eksternal ini terdapat pada sumber kation divalennya. Dinamakan teknik gelasi internal, jika sumber kation divalen didispersikan bersama dengan natrium alginat. Teknik gelasi internal dilakukan dengan cara mencampur garam kalsium yang tidak larut misalnya CaCO 3 dengan larutan natrium alginat. Hasil campuran tersebut kemudian diemulsifikasikan ke dalam fase minyak yang mengandung surfaktan, gelasi ion dimulai dengan menambahkan asam asetat. CaCO 3 tersebut akan telarut dan melepaskan Ca 2+ kemudian terjadi gelasi ion menbentuk Ca-alginat. Sedangkan pada teknik gelasi eksternal sumber kation divalennya tidak didispersikan bersama dengan

Dokumen yang terkait

Penetapan kadar dan analisis profil protein dan asam amino ekstrak ampas biji jinten hitam (Nigella sativa Linn.) dengan metode SDS-Page dan KCKT

6 49 77

Uji Imunomodulator Ekstrak Etanol Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Terhadap Jumlah Total Leukosit, Persentase Limfosit, Persentase Monosit Dan Kadar Interleukin-1β Pada Mencit BALB/c

1 10 170

Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Menggunakan GCMS pada Emulsi Tipe Minyak Dalam Air Pada Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) yang Dikemas Menggunakan Botol Gelap

1 22 120

Uji imunomodulator polisakarida hasil ekstraksi dari jinten hitam (nigella sativa L.) terhadap total leukosit, jumlah limfosit dan monosit , serta interleukin-1β pada mencit BALB/C

2 34 119

Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi-Fraksi Hasil Kolom Kromatografi dari Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa L.) terhadap Enzim RNA Helikase Virus Hepatitis C

0 11 80

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

Validasi Metode Analisis Timokuinon serta Penetapan Kadar Timokuinon dalam Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

4 41 76

Penetapan Kadar dan Analisis Profil Protein dan Asam Amino Ekstrak Ampas Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn.) dengan Metode SDS-PAGE dan KCKT

7 52 77

Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

5 41 83

PENGARUH MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP DERAJAT INFLAMASI SALURAN NAFAS.

0 0 2