UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Mikroenkapsulasi dapat digunakan untuk mengkonversi cairan ke padatan, dari mengubah koloid dan sifat permukaan, memberikan
perlindungan pada sediaan terhadap lingkungan dan mengendalikan karakteristik pelepasan atau ketersediaan dari polimer. Namun,
keunikannya adalah hasil dari proses mikroenkapsulasi selanjutnya dapat digunakan untuk membuat sedian lainnya Nitika Agnihotri; Ravinesh
Mishra; Chirag Goda; Manu Arora, 2012.
2.5.1. Tujuan Mikroenkapsulasi
Dalam bidang farmasi, mikrokapsul dapat digunakan sebagai penutup rasa pahit, pelindung obat dari kondisi lingkungan kelembaban,
cahaya, panas, danatau oksidasi, solusi pada inkompatibilitas dengan komponen lain, mengembangkan sifat alir dari serbuk, mendapatkan
sediaan lepas lambat, dan mencegah iritas lambung Agus et al., 2010.
2.5.2. Morfologi Mikrokapsul Ghosh, 2006
Morfologi mikrokapsul yang dihasilkan terutama tergantung pada bahan inti dan proses pembentukan dinding mikrokapsul. Berdasarkan
morfologinya, mikrokapsul dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu mononuklear, polinuklear, dan matriks. Tipe mononuklear terdiri dari satu
inti yang dikelilingi bahan penyalut dinding mikrokapsul, sedangkan tipe polinuklear terdiri dari banyak inti dalam satu mikrokapsul. Pada tipe
matriks, bahan inti terdistribusi secara homogen pada bahan penyalut.
Gambar 2.5. Mikrosfer dan Mikrokapsul
Sumber: Indo Global Journal of Pharmaceutical Sciences, 2012; 21: 1-20
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
2.5.3. Sifat Zat Aktif untuk Sediaan Mikrokapsul Banker, 1990;
Liebeerman dkk, 1990
Zat aktif yang dapat dibuat dalam sistem mikrokapsul dapat berupa zat padat, cair maupun gas dengan ukuran partikel yang kecil. Sifat-sifat
zat aktif
untuk sistem
mikrokapsul tergantung
dari tujuan
mikroenkapsulasi tersebut. Dalam penelitian ini, mikroenkapsulasi yang dilakukan ditujukan untuk menjaga stabilitas zat aktif yaitu jintan hitam
yang mudah teroksidasi oleh udara dan cahaya.
2.5.4. Mekanisme Pelepasan
Mekanisme pelepasan obat dari mikrosfer atau polimer Tiwari, et al., 2012:
1. Degradasi sistem monolit terkendali
Zat aktif dilarutkan dalam matriks dan terdistribusi secara merata di seluruh matriks. Zat aktif sangat melekat pada matriks dan
dilepaskan melalui degradasi matriks.
2. Difusi sistem monolit terkendali
Zat aktif dilepaskan secara difusi sebelum atau bersamaan dengan degradasi matriks polimer. Laju pelepasan juga tergantung pada
degradasi polimer dengan mekanisme homogen atau heterogen. Proses pelepasan difusi lebih lambat dibandingkan dengan degradasi matriks.
3. Difusi reservoir terkontrol
Zat aktif dienkapsulasi oleh membran terkontrol. Proses pelepasan bergantung pada difusi zat aktif melalui membran polimer. Dalam hal
ini, pelepasan obat tidak dipengaruhi oleh degradasi matriks.
4. Erosi
Terjadi erosi pada polimer yang digunakan sebagai bahan penyalut karena hidrolisis enzimatik oleh adanya pH, sehingga menyebabkan
pelepasan obat.
2.5.5. Evaluasi Mikrokapsul Sutriyo, et al., 2004
Setiap produk yang dibuat, termasuk mikrokapsul, tidak lepas dari proses evaluasi untuk mengontrol kualitas produk dan mengetahui layak
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
atau tidaknya produk yang dibuat untuk digunakan dan dipasarkan. Evaluasi yang dilakukan pada mikrokapsul meliputi pemeriksaan bentuk
dan morfologi mikrokapsul, ukuran dan distribusi ukuran mikrokapsul, faktor perolehan kembali, penentuan kandungan zat inti, efisiensi
penjerapan, serta uji pelepasan in vitro.
2.6. Metode Mikroenkapsulasi Gelasi Ionik
Ada banyak metode enkapsulasi yang dapat digunakan untuk membuat mikrokapsul. Metode pembuatan mikrokapsul yang paling sering
diterapkan dalam bidang farmasi antara lain suspensi udara, pemisahan fase koaservasi, semprot kering dan pembekuan, penyalutan dalam panci,
proses multi lubang sentrifugal, gelasi ionik serta metode penguapan pelarut Lachman, Herbert, Joseph, 1994; Swarbick Boylan, 1994.
Pada penelitian ini akan digunakan metode gelasi ionik dengan penyalut natrium alginat. Prinsip metode gelasi ion adalah proses taut
silang antara polimer dengan kation multivalen. Selain alginat, polimer yang dapat digunakan dalam metode gelasi ion antara lain kitosan dan
karaginan Liouni, Drichoutis, Nerantzis, 2008. Kemampuan natrium alginat membentuk gel tidak larut air dengan adanya kation divalen
menjadi dasar penggunaan natrium alginat pada proses penyalutan obat Manz, Hillgartner, Zimmermann, Zimmermann, Volke, Zimmermann,
2003. Teknik gelasi ion terdiri dari dua macam, yaitu gelasi eksternal dan
gelasi internal. Perbedaan gelasi internal dan gelasi eksternal ini terdapat pada sumber kation divalennya. Dinamakan teknik gelasi internal, jika
sumber kation divalen didispersikan bersama dengan natrium alginat. Teknik gelasi internal dilakukan dengan cara mencampur garam kalsium
yang tidak larut misalnya CaCO
3
dengan larutan natrium alginat. Hasil campuran tersebut kemudian diemulsifikasikan ke dalam fase minyak
yang mengandung surfaktan, gelasi ion dimulai dengan menambahkan asam asetat. CaCO
3
tersebut akan telarut dan melepaskan Ca
2+
kemudian terjadi gelasi ion menbentuk Ca-alginat. Sedangkan pada teknik gelasi
eksternal sumber kation divalennya tidak didispersikan bersama dengan