UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Gambar 2.7. Proses pembuatan dan pengikatan mikrokapsul
Sumber: journal.frontiersin.org
2.7. Uji Pelepasan In Vitro
Pelepasan obat dari mikrokapsul dapat melalui berbagi cara yaitu melalui proses difusi melewati lapisan polimer, erosi dari lapisan polimer
atau kombinasi dari erosi dan difusi Deasy, 1984. Pelepasan yang pertama yaitu pelepasan melalui permukaan
partikel mikrokapsul, difusi melalui matriks polimer mikrokapsul yang mengembang, dan pelepasan melalui erosi polimer. Pelepasan dari
mikrokapsul dapat dengan cara lebih dari satu mekanisme. Pada mekanisme obat yang pelepasannya melalui permukaan, saat obat telah
kontak dengan medium maka obat akan lepas melalui permukaan pasrtikel, obat yang terperangkap di lapisan permukaan partikel juga
mengikuti mekanisme ini. Pada mekanisme erosi, sediaan terkikis sehingga obat terkikis sehingga obat terlepas ketika bersentuhan dengan
medium. Pada pelepasan obat melalui difusi matriks, pertama air akan berpenetrasi ke dalam beads mikrokapsul, menyebabkan matriks
mengembang, terjadi konversi polimer ke dalam matriks, kemudian terjadi difusi obat dari matriks mikrokapsul yang mengembang Agnihotri,
Malikarjuna dan Aminabhavi, 2004. Pada penelitian ini, zat aktif dalam bentuk mikroenkapsulasi
disalut dengan penyalut natrium alginat. Jumlah zat aktif yang terlarut dalam media cair yang diketahui volumenya diukur pada suatu waktu
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
tertentu, pada suhu tertentu, dan menggunakan alat tertentu pula yang didesain untuk munguji parameter pelepasan yang ingin diketahui. Dari
data yang diperoleh dikaji studi kinetiknya, yaitu dibuat grafik yang merupakan hubungan antara konsentrasi dan waktu pelepasan, sehingga
orde reaksi pelepasan zat aktifnya dapat ditentukan Herdini, 2008. Untuk uji pelepasan in vitro ada 2 macam alat yang pertama yaitu
jenis alat uji disolusi dengan pengaduk bentuk keranjang dan yang kedua pengaduk yang berbentuk dayung. Pada penelitian ini digunakan alat uji
tipe keranjang. Pengaduk berbentuk keranjang terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan yang transparan. Suatu batang
logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder, wadah tercelup sebagian didalam tangas air yang berukuran sesuai dan
bisa mempertahankan suhu dalam wadah 37°C ± 0,5 selama pengujian
berlangsung dan menjaga air dalam tangas halus dan tetap FI IV, 1995. 2.8.
Spektrofotometri UV-Vis 2.8.1.
Teori Spektrofotometri
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh
sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit
informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer Dachriyanus, 2004. Sinar Ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400
nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-800 nm Dachriyanus, 2004.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
2.8.2.
Komponen Spektrofotometri UV-Vis
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap komponen dari instrumen yang dipakai harus berfungsi dengan baik.
Komponen-komponen Spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar, monokromator, dan sistem optik.
a.
Sebagai sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen untuk pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel.
b.
Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan
dipilih oleh celah slit. Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai
scan instrumen melewati spektrum.
c.
Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagai mana dalam
spektrofotometer berkas ganda double beam, suatu larutan blanko dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi
pembacaan atau spektrum sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah semua pelarut yang
digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi Rohman, 2007.
2.8.3.
Hukum Lambert-Beer
Hukum Lambert- Beer Beer’s law adalah hubungan linearitas
antara absorban dengan konsentrasi larutan analit Dachriyanus, 2004. Menurut hukum Lambert, serapan A berbanding lurus dengan ketebalan
lapisan b yang disinari A= k. b
Dengan bertambahnya ketebalan lapisan, serapan akan bertambah. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatis
dan larutan yang sangat encer, serapan A dan konsentrasi c adalah proporsional
A= k. c
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Kedua
persamaan ini digabungkan dalam hukum Lambert-Beer, maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan lapisan
A= k . c. b Umumnya digunakan dua satuan c konsenterasi zat yang
menyerap yang berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai tetapan K dalam hukum Lambert-Beer tergantung pada sistem
konsentrasi mana yang digunakan. Bila c dalam gram perliter, tetapan tersebut disebut dengan absorptivitas a dan bila dalam mol per liter
tetapan tersebut adalah absorbtivitas molar ∈. Jadi dalam sistem yang
direkombinasikan, Hukum Lambert-Beer dapat mempunyai dua bentuk, yaitu:
A= a. b. c gliter atau
A= ∈. b. c molliter
Penandaan lain untuk a adalah ekstingsi spesifik, koefisien ekstingsi, dan absorbsi spesifik, sedangkan
∈ adalah koefisien ekstingsi molar Day and Underwood, 1999.
2.8.4.
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif spektrofotometri dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:
1. Metode Regresi Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan
persamaan garis regresi yang didasarkan pada harga serapan dan larutan standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit
menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan linier, kemudian di plot menghasilkan suatu
kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut.
2. Metode Pendekatan Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan serapan standar yang konsentrasinya
diketahui dengan serapan sampel. Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus perbandingan
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
C = As. Cb Ab Keterangan:
As = Serapan sampel Ab = Serapan standar
Cb = Konsentrasi standar C = Konsentrasi sampel Holme, 1983.
24 UIN Syarif hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Formulasi Sediaan Padat dan Laboratorium Bioavailabilits dan Bioequivalensi PBB Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016
– September 2016.
3.2. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak jinten hitam PT. Lantabura International, etanol pro analisis Merck,
Jerman, tragakan Brataco Chemical, alginat, kalsium klorida Brataco Chemical.
3.3. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji disolusi tipe keranjang Erweka, Jerman, Spektrofotometri UV Hitachi
U-2910, Jepang, timbangan analitik, batang pengaduk, spatula, beker gelas, labu ukur, cawan penguap, tabung reaksi, alumunium foil,
mikropipet, spuit dan jarum suntik.
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1.
Validasi Metode Spektrofotometri UV 3.4.1.1.Kondisi Spektrofotometri UV
Kondisi Spektrofotometri UV adalah sebagai berikut: a. Spektrofotometri UV
: Hitachi U-2910
b. Detektor : photomultiplier tube
c. Panjang gelombang : 200-500 nm
d. Sumber radiasi : lampu deuterium D
2
e. System optik :
Spektrofotometer UV
radiasi
double beam