Menurut Brown 1997, terdapat dua pendekatan dalam menduga biomassa suatu pohon, yaitu pendekatan pertama berdasarkan pendugaan volume kulit
sampai batang bebas cabang kemudian dirubah menjadi kerapatan biomassa tonha dan pendekatan kedua dengan menggunakan persamaan regresi biomassa
atau dikenal dengan alometrik. Penentuan kerapatan biomassa pada pendekatan kedua menggunakan persamaan regresi biomassa berdasarkan diameter batang
pohon. Dasar dari persamaan regresi ini dengan mendekati biomassa rataBrata per pohon menurut sebaran diameter dengan menggabungkan sejumlah pohon yang
ada per kelas diameter dan menjumlahkan seluruh pohon total untuk seluruh kelas diameter.
Pendugaan dan pemetaan biomassa hutan melalui pemodelan radiometrik dilakukan dengan cara mengintegrasikan data citra satelit dan data hasil
pengukuran pada plotBplot contoh di lapangan. Pada masingBmasing plot contoh dilakukan dua macam proses, yaitu pengolahan nilaiBnilai dijital pada citra dan
pengukuran biomassa di lapangan untuk membuat model regresi antara nilaiBnilai dijital pada citra dengan nilaiBnilai biomassa di lapangan. Berdasarkan model
regresi tersebut dilakukan pendugaan nilaiBnilai biomassa pada setiap lokasi sehingga dapat diperoleh peta sebaran biomassa di seluruh areal hutan Lu 2006.
Selain penafsiran, pengolahan citra perlu dilakukan untuk menentukan nilaiB nilai dijital
ataupun nilaiBnilai transformasinya, misalnya indeks vegetasi pada citra satelit optik atau nilaiBnilai
pada citra radar. Untuk citra PALSAR, nilaiBnilai
diperoleh dari polarisasi HH dan HV, dimana nilaiBnilai
HV cenderung memiliki korelasi yang lebih erat dengan biomassa tegakan dibanding nilaiBnilai
HH Saleh 2010.
2.5 Pinus
merupakan satuBsatunya jenis pinus yang tumbuh asli di Indonesia. Pohon ini termasuk ke dalam famili Pinaceae.
ini merupakan jenis pohon serba guna yang dikembangkan secara terus menerus dan
diperluas penanamannya pada masa mendatang guna menghasilkan kayu, getah, dan sebagai konservasi lahan Dahlian dan Hartoyo 1997.
Hampir seluruh bagian pada pohon ini dapat digunakan, salah
satunya penyadapan pada bagian batang guna memperoleh getahnya. Getah
tersebut selanjutnya diproses lebih lanjut menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun, cat, dan resin.
Terpentin digunakan sebagai bahan industri parfum, obatBobatan, dan disinfektan. Hasil kayunya dapat bermanfaat untuk kayu konstruksi, korek api, pulp, dan
kertas serat panjang.Bagian kulitnya dapat digunakan sebagai bahan bakar dan abunya dapat dimanfaatkan untuk bahan campuran pupuk karena mengandung
kalium Dahlian dan Hartoyo 1997. Peubah tinggi pada pinus merupakan parameter penting dan memiliki
korelasi dengan volume pohon Sahid 2003. Menurut Spur 1960 dalam Sahid 2003, penaksiran volume pinus menggunakan diameter tajuk sebagai peubah
bebas guna melakukan penaksiran volume akan memberikan hasil standar. Bila ditambahkan dengan peubah tinggi sebagai peubah bebas kedua akan
memperbaiki hasil taksiran. Begitu pula bila ditambahkan peubah umur. Semakin besar umur tegakan pinus maka semakin besar tinggi dan diameter tegakan
tersebut. Adanya penambahan ukuran tinggi dan diameter berkorelasi erat dengan penambahan besar pada volume.
2.6 Penelitian Menggunakan Citra ALOS PALSAR
Penelitian menggunakan ALOS PALSAR telah banyak dilakukan. Daulay 2011 dalam penelitiannya melakukan pengkajian terhadap karakteristik
citra ALOS PALSAR pada hutan hujan tropis. Dari hasil penelitiannya diperoleh hasil bahwa nilai suatu
dipengaruhi oleh peubah tegakan yang diamati. Peubah tegakan yang mempengaruhi nilai
pada citra alos palsar resolusi 50 meter adalah lbds pohon dan biomassa pohon.
Woisiri 2011 juga menggunakan ALOS PALSAR dalam melakukan kajian karakteristik
citra pada tegakan hutan tanaman . Variasi
pada tegakan dipengaruhi oleh
variasi peubah tinggi m untuk citra resolusi 50 meter dan variasi jumlah tajuk m
2
plot serta jumlah pohon m untuk citra PALSAR resolusi 6,25 meter. Pada penelitian Nurhadiatin 2011 menggunakan PALSAR dalam
penafsiran tutupan lahan di Kabupaten Brebes, Cilacap, Ciamis dan Banyumas. Berdasarkan hasil penafsiran PALSAR resolusi 50 meter dan 12,5 meter di daerah
tersebut diketahui bahwa citra resolusi 12,5 meter tidak memberikan penambahan informasi tentang tutupan lahan yang berbeda dan hanya sebatas pada
mempermudah identifikasi penutupan lahan serta memperjelas hasil deliniasi
tutupan lahan pada citra. Dalam penelitian pendugaan biomassa di KPH Banyumas Barat oleh Riska
2011 diperoleh informasi bahwa nilai pada citra ALOS PALSAR
baik resolusi 50 m maupun resolusi 12,5 m dapat menjelaskan dengan baik kondisi biomassa di lapangan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat