Persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian tersebut adalah sama-sama melakukan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran
berdasarkan masalah ditinjau dari aktivitas belajar siswa, sedangkan perbedaannya adalah penelitian tersebut dilakukan terhadap siswa SMP dan pada penelitian yang
dilakukan, dilakukan terhadap siswa SMK.
C. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah suatu model pembelajaran yang berdasarkan pada filsafat konstruktivisme, sehingga dalam pembelajaran siswa dituntut
aktif dan mandiri dalam mengumpulkan konsep yang akan digunakan dalam pemecahan suatu permasalahan. Oleh karena itu konsep yang ada pada suatu pokok bahasan akan
tertanam kuat dalam ingatan siswa dan mereka akan terlatih dalam memecahkan suatu permasalahan matematika, khususnya dalam penelitian ini yaitu sub pokok bahasan
sistem persamaan linear dua variabel. Model pembelajaran konvensional tidak menuntut keaktifan siswa, sehingga
dalam pembelajaran siswa hanya sekedar mendengar, mencatat, dan kadang juga menyelesaikan soal berdasarkan contoh yang diberikan gurunya. Kebanyakan siswa
hanya bisa menyelesaikan dalam persoalan yang sama dengan contoh dari gurunya, tetapi ketika soal sudah diubah sedikit, padahal konsepnya sama, mereka sudah tidak
mampu menyelesaikan. Pada pembelajaran ini, konsep matematika khususnya pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel tidak dapat tertanam dengan baik
dalam diri siswa, karena kurangnya pengalaman dalam belajar.Oleh karena itu pembelajaran dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dimungkinkan akan
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
Aktivitas belajar matematika dimungkinkan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Siswa yang memiliki tingkat aktivitas
lebih tinggi tentunya akan lebih sering melakukan kegiatan belajar daripada siswa yang memiliki tingkat aktivitas belajar di bawahnya. Oleh karena itu siswa yang mempunyai
aktivitas belajar lebih tinggi akan memiliki informasi yang lebih banyak dalam penguasaan konsep matematika dan mereka juga lebih terbiasa dalam menyelesaikan
masalah matematika. Akibatnya prestasi mereka pun tentunya akan lebih baik daripada siswa yang mempunyai tingkat aktivitas belajar di bawahnya.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah menuntut keaktifan siswa dalam belajar, sehingga siswa yang beraktivitas tinggi akan lebih bisa menggali informasi dan konsep
matematika, sehingga mereka akan mempunyai pengalaman belajar yang lebih banyak daripada ketika menggunakan model konvensional. Demikian juga siswa yang
mempunyai aktivitas sedang, dengan Pembelajaran Berdasarkan Masalah akan menjadi terbiasa dalam menyelesaikan persoalan matematika dan semakin banyak memiliki
pengalaman dalam belajar matematika. Akan tetapi siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah mungkin akan merasa kesulitan dalam belajar dengan Pembelajaran
Berdasarkan Masalah karena dalam pembelajaran ini menuntut keaktifan dan kemandirian siswa dalam belajar matematika. Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa
siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah akan mempunyai prestasi belajar yang lebih jelek jika diterapkan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
D. Hipotesis