secara signifikan jika ditinjau dari masing-masing kelompok aktivitas belajar tinggi, sedang dan rendah.
3. H
0AB
diterima sebab F
ab
=2,4548 3,178 = F
0,05;2;53
. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar
siswa. Dengan demikian model PBM selalu menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model konvensional untuk setiap kategori aktivitas belajar
tinggi, sedang dan rendah.
E. Pembahasan Hasil Analisis
Berikut ini adalah pembahasan hasil analisis data dengan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama sehubungan dengan pengajuan hipotesis yang telah
dikemukakan di BAB II: 1. Hipotesis Pertama
Dari analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama diperoleh F
obs
= 30,0425 F
tabel
= 4,03. Jadi F
obs
F
tabel
, sehingga F
obs
DK maka H
0a
ditolak. Hal ini berarti prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan model PBM
dan model konvensional menghasilkan prestasi belajar matematika yang berbeda pada subpokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel. Model pembelajaran yang
lebih baik dapat ditentukan dengan melihat rataannya secara langsung, dalam hal ini rataan pada model PBM lebih besar daripada konvensional sehingga dapat disimpulkan
bahwa model PBM lebih baik daripada model konvensional.
2. Hipotesis Kedua
Dari analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama diperoleh F
obs
= 2,6286 3,178 = F
0,05;2;53
. Jadi F
obs
F
tabel
, sehingga F
obs
Ï DK maka H
0B
diterima. Ini berarti semua kategori aktivitas belajar matematika siswa memberikan pengaruh yang
sama terhadap prestasi belajar matematika pada subpokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel. Hasil ini bertentangan dengan hipotesis yaitu bahwa siswa yang
memiliki kategori aktivitas lebih tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kategori aktivitas belajar di bawahnya. Tidak adanya
pengaruh antara aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa ini mungkin disebabkan karena aktivitas belajar siswa yang terukur melalui angket belum optimal
yaitu hanya aktivitas fisik saja atau belum melibatkan aktivitas mental. Padahal secara teori aktivitas belajar akan optimal jika adanya paduan antara aktivitas fisik dan mental.
Hal ini merupakan salah satu kelemahan dari penelitian yang telah dilakukan. 3. Hipotesis Ketiga
Dari analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama pada Tabel 4.4 diperoleh F
ab
=2,4548 dan F
0,05;2;53
= 3,178. Jadi F
obs
F
tabel
, sehingga F
obs
Ï DK maka
H
0a
diterima. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika
pada subpokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel. Hal ini berarti siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model PBM mempunyai prestasi yang
lebih baik daripada siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model konvensional baik secara umum maupun ditinjau dari masing-masing kategori aktivitas
belajar.
Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas belajar matematika terhadap prestasi belajar ini bisa saja disebabkan karena dalam model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah PBM siswa yang memiliki aktivitas rendah berkelompok dengan siswa lain yang memiliki aktivitas yang lebih tinggi sehingga
mereka juga bisa mengikuti pembelajaran dengan aktif, akibatnya prestasi mereka pun menjadi lebih baik.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN