3. Keanekaragaman, jasa bersifat sangat beraneka ragam karena
merupakan nonstandarized output, artinya banyak variasi bentuk, kulitas, dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa
tersebut dihasilkan. 4.
Tidak tahan lama, jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan, dengan demikian jika jasa tidak digunakan maka
jasa akan berlalu begitu saja.
2.3. Jasa Titipan Barang
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 5 tahun 2005 tentang penyelenggaraan jasa titipan, penyelenggaraan jasa titipan barang
adalah kegiatan yagn dilakukan untuk menerima, membawa, dan atau menyampaikan paket, uang dan surat pos jenis tertentu dalam bentuk
barang cetakan, surat kabar, sekogram, bungkusan kecil dari pengirim kepada penerima dengan memungut biaya. Barang-barang yang dapat
dikirimkan melalui jasa titipan meliputi : 1. Barang cetakan adalah hasil penggandaan tertulis dan atau gambar
diatas kertas, atau bahan lain yang dipergunakan pada percetakan dengan berat maksimum 2000 dua ribu gram.
2. Surat kabar adalah barang cetakan yang memuat berita harian dengan maksimum berat 2000 dua ribu gram.
3. Sekogram adalah tulisan, cetakan, atau rekaman diatas kertasatua bahan-bahan lain untuk keperluan tuna netra dengan maksimum berat
7000 tujuh ribu gram. 4. Bungkusan kecil adalah bungkusan yang digunakan untuk pengiriman
barang dengan maksimum berat 1000 seribu gram. 5. Paket adalah kemasan yang berisi barang dengan maksimum berat
30000 tiga puluh ribu gram.
2.4. Kinerja dan Pengukuran Kinerja Perusahaan
2.4.1 Kinerja
Rivai dan Basri 2005, Kinerja adalah hasil seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan
tugas, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Istilah kinerja atau performa mengacu pada hasil output dan sesuatu yang dihasilkan dari proses, produk dan jasa yang bisa
dievaluasi dan dibandingkan secara relatif dengan tujuan, standar, hasil-hasil yang lalu dan dari organisasi lain Hertz, 2007.
Menurut Mangkunegara 2001, istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance prestasi kerja atau
perstasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Kinerja atau yang sering diistilahkan dengan prestasi kerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
2.4.2 Pengukuran Kinerja Perusahaan
Yuwono, et al 2006 mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai
aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik
yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan
penyesuaian-penyesuaian atas
aktivitas perencanaan
dan pengendalian.
Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas
operasional organisasi,
bagan organisasi
dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya Mulyadi, 2001.
Terdapat dua jenis pengukuran dalam BSC, yaitu 1 hasil- outcome lagging measurements dan 2 pengendali kinerja-
performance drivers leading measurements. Ukuran hasil tanpa pengendali kinerja tidak akan mengkomunikasikan bagaimana
hasil itu dicapai atau diperoleh. Hal ini juga tidak memberikan indikasi awal tentang apakah strategi yang sedang diterapkan itu
akan berhasil. Sebaliknya, pengendali kinerja seperti siklus waktu dan tingkat kegagalan per sejuta kesempatan saja tanpa ukuran-
ukuran hasil hanya memungkinkan unit-unit bisnis mencapai peningkatan operasional jangka pendek. Dengan demikian, BSC
yang disusun sebaiknya memiliki kombinasi pengukuran hasil lagging indicators dan pengendali kinerja leading indicators
yang telah disesuaikan dengan tujuan strategis unit bisnis Gaspersz, 2003.
2.4.3 Manfaat pengukuran kinerja
Menurut Lych dan Cross dalam Yuwono 2002. Manfaat pengukuran kinerja adalah :
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan, sehingga membawa perusahaan lebih dekat dengan pelanggannya dan
membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.
2. Memotivasi karyawan untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong
upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut. 4.
Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret, sehingga mempercepat proses
pembelajaran organisasi. 5.
Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi reward atas perilaku yang diharapkan
tersebut.
2.5. Konsep Manajemen Strategik 2.5.1 Strategi
Startegi berasal dari bahasa yunani yang berarti kepemimpinan dalam ketentaraan. Apabila kita translasikan
definisi klasik dan tradisi ini ke dalam era 1990-an kita bisa mengtakan bahwa strategi adalah hal menetapkan arah kepada
“manajemen” dalam arti orang tentang sumberdaya didalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang
memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persingan di dalam pasar Dirgantoro, 2004.
Hamel dan Prahalad dalam Umar 2005 Strategi berasal dari bahasa Yunani strategeia, yang berarti kepemimpinan dalam
ketentaraan. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental senantiasa meningkat dan terus-menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu
dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Menurut David 2006, strategi adalah alat untuk
mencapai tujuan jangka panjang. Strategi merupakan tindakan profesional yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas
dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Menurut Mulyadi 2001, strategi adalah pola pengerahan
dan pengarahan seluruh sumber daya untuk mewujudkan visi organisasi. Strategi membentuk pola pengambilan keputusan dalam
mewujudkan visi organisasi. Dengan pola tertentu organisasi mengerahkan dan mengarahkan seluruh sumber daya ke
perwujudan visi organisasi
2.5.2 Manajemen Strategik
Menurut Dirgantoro 2004, manajemen strategik adalah proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara
keseluruhan dapat selalu responsif terhadap perubahan-perubahan dalam lingkungannya baik bersifat internal maupun eksternal.
Manajemen strategik adalah suatu proses yang digunakan oleh manajer
dan karyawan
untuk merumuskan
dan mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value
terbaik untuk mewujudkan visi organisasi. Pada dasarnya manajemen strategik adalah upaya manajemen dan karyawan untuk
membangun masa depan organisasi Mulyadi, 2001. Manajemen strategik didefinisikan oleh David 2006
sebagai seni dan ilmu untuk merumuskan, mengimplementasi dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan
organisasi dapat mencapai tujuannya. Seperti tersirat dalam definisi,
manajemen strategik
berfokus pada
upaya mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuanganakuntansi,
produksioperasi, penelitian dan pengembangan litbang, serta sistem informasi untuk mendukung keberhasilan organisasi.
Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahap, yaitu perumusan atau perencanaan strategi, implementasi strategi dan
evaluasi strategi. Gambar model komprehensif manajemen strategik dapat dilihat pada Gambar 1.
Mengembangkan pernyataan visi dan
misi Menjalankan audit
internal Menetapkan tujuan
jangka panjang Menjalankan audit
eksternal
Implementasi strategi
—Isu manajemen
Merumuskan, mengevaluasi, dan
memilih strategi
Mengukur dan mengevaluasi
kinerja Implementasi
strategi —Isu-isu
pemasaran, keuangan,
akuntansi, penelitian dan
pengembangan, sistem informasi
manajemen
Gambar 1. Model komprehensif manajemen organisasi David, 2006
Formulasi Strategi
Implementasi Strategi
Evaluasi Strategi
Formulasi atau
perencanaan strategi
mencakup mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan
ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan
internal, menetapkan
tujuan jangka
panjang, merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang
akan dilaksanakan. Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi
karyawan dan mengalokasikan sumber daya, sehingga strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan.
Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi efektif
dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi, serta
menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi. Evaluasi strategi adalah alat utama yang digunakan oleh
manajer untuk mendapatkan informasi mengenai keberhasilan strategi yang dijalankan. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi
adalah 1 meninjau faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, 2 mengukur kinerja, dan 3 mengambil
tindakan korektif.
2.6. Konsep Balanced Scorecard BSC
Balance scorecard terdiri dari dua kata, yaitu 1 kartu skor scorecard dan 2 berimbang balanced. Menurut Mulyadi 2001, BSC
merupakan kartu skor yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja eksekutif. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan eksekutif
dimasa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil kinerja ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja eksekutif.
Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa hasil kinerja eksekutif diukur secara berimbang dari dua perspektif : keuangan dan
nonkeuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
BSC berisi serangkaian tujuan dan ukuran yang saling berkaitan, konsisten dan saling mendukung yang diturunkan dari visi dan strategi
dalam empat perspektif. Perspektif tersebut adalah perspektif keuangan financial perspective, perspektif pelanggan customer perspective,
perspektif bisnis internal internal business perspective, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan learning and growth perspective Kaplan
dan Norton, 1996. Hubungan antara visi dan strategi dengan empat perspektif BSC dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Perspektif balanced scorecard Kaplan dan Norton, 1996
FINANSIAL
u tuk erhasil se ara fi a ial, apa yang harus kita lakukan
kepada para pemegang saham kita?
PELANGGAN
U tuk ewujudkan visi kita, apa yang harus kita
perlihatkan kepada para pela gga kita?
PROSES BISNIS INTERNAL
U tuk e ye a gka
para pemegang saham pelanggan kita, proses
bisnis apa yang harus kita kuasai dengan baik
PERTUMBUHAN PEMBELAJARAN
U tuk ewujudkan visi kita, bagaimana kita memelihara
kemampuan kita
untuk berubah dan meningkatkan
diri? VISI, MISI dan
STRATEGI
2.6.1 Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan berperan sebagai fokus bagi tujuan- tujuan strategis dan ukuran-ukuran semua perspektif dalam BSC.
Menurut Kaplan dan Norton 1996, pengukuran kinerja keuangan dapat mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan
bisnis yang terdiri dari growth, sustain dan harvest. Growth adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan
memiliki produk atau jasa yang secara nyata memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Pada tahap pertumbuhan, perusahaan
beroperasi dengan arus kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah.
Tolak ukur yang digunakan pada tahap ini adalah tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang
telah ditargetkan. Sustain adalah tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan
tingkat pengembalian
terbaik. Harvest, perusahaan tidak
melakukan lagi investasi kecuali untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas yang telah dimiliki. Tolak ukur pada tahap ini adalah
memaksimalkan arus kas ke dalam perusahaan. Perspektif keuangan masih dipakai, karena ukuran keuangan sangat penting
dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja keuangan memberikan petunjuk
apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak pada peningkatan laba
perusahaan.
2.6.2 Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut bersaing.
Segmen ini merupakan sumber yang akan menghasilkan komponen pendapatan dari tujuan keuangan perusahaan.
Menurut Kaplan dan Norton 1996, perspektif pelamggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu customer core
measurement dan customer value propositions Gambar 3. a
Customers Core Measurement, memiliki beberapa komponen pengukuran yaitu:
1 Market share, pengukuran ini mencerminkan bagian
yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada meliputi jumlah pelanggan, jumlah penjualan dan
volume unit penjualan 2
Customer retention, mengukur tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan
konsumen. 3
Customer acquisition, mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru untuk
memenangkan bisnis baru. 4
Customer satisfaction, menaksirkan tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan criteria kinerja spesifik
dalam value proposition. 5
Customer profitability, mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi
biaya yang khusus diperlakukan untuk mendukung pelanggan tersebut.
Gambar 3. Inti pengukuran perspektif pelanggan Kaplan dan Norton, 1996
PANGSA PASAR PROFITABILITAS
PELANGGAN KEPUASAN
PELANGGAN RETENSI
PELANGGAN AKUISISI
PELANGGAN
b Customer Value Proposition, merupakan pemicu kenerja
yang terdapat pada core value proposition yang di dasarkan pada atribut berikut:
1 ProdukService Atribut meliputi fungsi dari produk
atau jasa, harga dan mutu. Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang
ditawarkan. dalam
hal ini
perusahaan harus
mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk yang ditawarkan. Selanjutnya pengukuran
kinerja ditetapkan berdasarkan hal tersebut. 2
Customer relationship
menyangkut perasaan
pelanggan terhadap proses pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini sangat
dipengaruhi oleh
responsivitas dan
komitmen perusahaan terhadap pelanggan berkaitan dengan
masalah penyampaian waktu. Waktu merupakan komponen
yang dalam persaingan perusahaan. Konsumen biasanya menganggap penyelesaian order
yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi kepuasanya
3 Image and reputation menggambarkan factor
intangible yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan. Membangun citra
dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga mutu seperti yang dijanjikan.
2.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Menurut Kaplan dan Norton 1996, setiap bisnis memiliki seperangkat proses yang unik untuk menciptakan nilai bagi
pelanggan dan menghasilkan keuntungan. Tiga proses bisnis utama pada perspektif bisnis internal yaitu inovasi, operasi dan pelayanan
purna jual. Rinciannya sebagai berikut :
a. Proses Inovasi Pada proses inovasi, unit usaha meneliti kebutuhan yang
muncul dari pelanggan dan kemudian menciptakan produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan tersebut.
b. Proses Operasi Proses operasi merupakan proses kedua pada perspektif
proses bisnis internal. Pada proses operasi, produk dan jasa yang ada, diproduksi dan disampaikan kepada pelanggan. keunggulan
operasional dan pengurangan biaya dalam proses manufaktur dan penyediaan layanan masih menjadi tujuan yang penting
c. Proses Pelayanan Purna Jual Proses yang ketiga adalah proses pelayanan purna jual,
beberapa perusahaan memiliki strategi yang jelas untuk menwarkan layanan purna jual yang unggul. Sebagai contoh,
perusahaan yang menjual peralatan atau system yang canggih akan menawarkan program pelatihan kepada pelanggannya, untuk
membantu mereka dalam menggunakan peralatan atau system tersebut secara lebih efektif dan efisien.
2.6.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses pembelajaran dan pertumbuhan bersumber pada faktor sumberdaya manusia, sistem dan prosedur organisasi.
Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu
dan organisasi. Menurut Kaplan dan Norton 1996, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan bersumber dari tiga prinsip, yaitu :
a. Kemampuan Pekerja.
Semakin sedikitnya tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan menyebabkan perusahaan dapat memberikan akses
informasi yang lebih layak kepada pekerjanya untuk lebih meningkatkan efesiensi dalam mencapai tujuan perusahaan. Tolak
ukur yang dapat digunakan adalah tingkat kepuasan pekerja,
tingkat perputaran tenaga kerja, besarnya pendapatan perusahaan per karyawan dan nilai tambah dari tiap karyawan.
b. Kemampuan Sistem Informasi SI,
Ditentukan oleh tingkat ketersediaan informasi, tingkat keakuratan informasi dan jangka waktu yang diperlukan untuk
memperoleh informasi tersebut. c.
Motivasi, Pemberdayaan dan Pensejajaran. Agar dapat menciptakan motivasi karyawan diperlukan
iklim organisasi yang mampu menciptakan informasi itu sendiri dan mendorong inisiatif karyawan. Aspek keberhasilan ini dapat
dilihat dari jumlah saran yang diajukan karyawan, jumlah saran yang diimplementasikan dan tingkat kemampuan karyawan untuk
mengetahui visi dan misi yang diemban oleh perusahan.
2.7. Keunggulan
Balanced Scorecard
Menurut Mulyadi 2001, BSC sebagai inti sistem manajemen strategik memiliki empat keunggulan, yaitu :
1. Komprehensif. BSC mencakup perspektif nonkeuangan seperti perspektif pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan dan
pembelajaran. BSC mengarahkan perusahaan ke dalam sarana16 sarana strategik dalam ketiga perspektif menjadi penyebab utama
dihasilkannya kinerja keuangan. 2. Koheren. Adanya hubungan sebab akibat antara keluaran yang
dihasilkan sistem perumusan strategi dan keluaran yang dihasilkan sistem perencanaan strategik.
3. Seimbang. Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan
jangka panjang. 4. Terukur, merupakan keterukuran perspektif pelanggan, proses bisnis
internal, pertumbuhan dan pembelajaran.
2.8. Key Performance Indicator KPI