“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS Ar- Rahman (55) : 60)

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS Ar- Rahman (55) : 60)

Beliau mengajarkan kami cinta pada Allah, bukan hanya sebagai sesuatu yang berasal dari perasaan saja. Beliau juga mengajarkan kami untuk bersemangat, bukan semangat tanpa disertai kecerdasan dan akal sehat. Kami membaca di dalam Al-Qur’an tentang sikap kami terhadap Rasulullah saw. Allah swt berfirman,

“Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan(agama)Nya, membesarkan-Nya.” (QS Al-Fath (48) : 9)

Allah swt berfirman,

…çµs9 (#ρãyγøgrB Ÿωuρ Äc©É<¨Ψ9$# ÏNöθ|¹ s−öθsù öΝä3s?≡uθô¹r& (#þθãèsùös? Ÿω (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ tβρâßêô±s? Ÿω óΟçFΡr&uρ öΝä3è=≈yϑôãr& xÝt7øtrB βr& CÙ÷èt7Ï9 öΝà6ÅÒ÷èt/ Ìôγyfx. ÉΑöθs)ø9$$Î/

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS Al- Hujurat (49) : 2)

Kami pernah membaca bahwa para sahabat ra mengetuk pintu rumah Rasulullah saw dengan jari-jari mereka. Kami juga membaca bahwa Abu Bakar ra dan Umar ra bercakap-cakap dengan Rasulullah saw dengan lemah lembut. Kami mempelajari bacaan ini dan sejarah. Hasan Al-Banna selalu menunjukkan kami kepada kebaikan. Beliau memperlakukan kami dengan penuh kepercayaan dan keikhlasan, agar kami menjadi orang- orang yang beradab dan menghormati beliau. Beliau mengarahkan kami agar menjadi orang-orang yang taat dan menjalankan perintah ajaran Islam dan bukannya mensucikan beliau. Karena kami yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa kesempurnaan ada pada Allah swt. Kami juga yakin bahwa kemaksuman hanya ada pada para Nabi dan para Rasul as.

Hasan al-Banna – Sang Inspirator _______________________________________________________________ 188

Ustadz Al-Banna tidak mengatakan bahwa dirinya adalah seorang Rasul atau seorang Nabi. Kami tidak memperlakukan beliau seperti terhadap Nabi atau Rasul. Namun kami berdiskusi, meminta penjelasan, berhadapan dengan beliau dengan penuh kesopanan dan akhlak. Inilah sikap dan interaksi kami dengan beliau. Hal seperti ini tidak ditemukan oleh orang- orang diluar jamaah Ikhwanul Muslimin. Mereka tidak mempunyai tekhnik seperti ini. Inipula yang membuat mereka merasa jengkel dengan Ikhwanul Muslimin. Sehingga mereka menuduh para Ikhwan sebagai orang-orang yang mensucikan Hasan Al-Banna. Padahal Ikhwanul Muslimin tidak mensucikan siapapun juga. Mereka tidak melakukan pelanggaran agama Islam sedikitpun. Para ikhwan adalah orang-orang yang menyeru seluruh umat manusia untuk terikat dan menerapkan ajaran Islam. Kami beriman bahwa Rabb kami adalah di atas segala sesuatu. Kami juga mengimani bahwa sifat dan akhlak Muhammad saw tak ada yang dapat menandinginya. Sifat Allah tidak sama dengan sifat hamba-hamba- Nya. Yang ada hanya kemiripan nama saja. Namun pada hakekatnya antara Allah dan hamba-hamba-Nya jauh sekali berbeda. Itulah yang dipahami oleh para ikhwan. Allah swt menciptkan dan mengadakan, melenyapkan dan mentiadakan. Manusia berkumpul dan berpisah. Mengendarai kendaraan dan menganalisa, berusaha dan memperoleh. Apakah ada pemahaman Ikhwanul Muslimin yang keliru? Inilah pemahaman kami. Apakah saya mensucikan bapak saya dan mensucikan Hasan Al-Banna? Sikap saya pada mereka hanya kecintaan dan penghormatan saja. Perasaan kami terhadap ustadz Al-Banna tidak lepas dari pemahaman kami terhadap agama Islam. Sehingga perasaan kami tidak lepas dari akal kami. Kami selalu mengkaitkan akal kami dengan perasaan. Karena akal inilah yang menyadarkan kami akan Allah swt. Akallah yang menuntun kami sampai pada kesimpulan bahwa alam ini diciptakan oleh Al-Khaliq. Jika pemahaman kami seperti ini, apakah kami telah memberikan kepada Hasan Al-Banna sesuatu di atas kewajaran? Padahal kami hanya mencintai, taat, setia dan berpegang teguh pada ajaran-ajaran Islam.

e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 189

Kewaspadaan Pada Perang

Pemikiran

Kami telah memberi peringatan sedini mungkin, tentang kebohongan dan kepalsuan yang dilakukan oleh barat. Mereka memisahkan segala hal dari nilai-nilai dan pandangan ruhani. Al-Madaniah bukannya pesawat ruang angkasa. Al-Madaniah hanyalah merupakan keamanan, ketentraman, kestabilan, tidak ada kedzaliman, tidak ada penganiayaan dan tidak ada pengeksploitasian. Hal ini sebagaimana pernah kami peringatkan tentang bahayanya tipu daya orientalis. Langkah mereka ini diikuti oleh para penulis, para ahli sastra yang memiliki nama-nama Islami. Pada mereka lebih jahat dari yang lainnya. Mereka meniupkan keraguan terhadap akidah Islam yang benar. Ini mereka lakukan pada para pemuda muslim. Para pemuda muslim yang diperdaya mereka dengan cara-cara yang canggih. Peringatan beliau kepada kami adalah, “Musuh-musuh Islam mengaku bahwa dirinya adalah orang-orang yang menyelamatkan kami dari kebodohan, keterbelakangan dan kemunduran. Padahal penyebab dari ini semua adalah mereka sendiri. Merekalah yang memunculkannya, pembuatnya dan pelaksananya. Mereka sendiri yang melakukan ini semua. Mereka mengerahkan segala daya upaya yang mereka miliki agar kami tetap dalam kondisi kami saat ini. Oleh karena itulah mereka menjadi kuat, kaya dan menguasai kami. Apakah kami harus berterima kasih kepada mereka. Berterima kasih atas kesedian mereka untuk bersusah payah. Tindakan seperti ini hanyalah tindakan yang membuang-buang tenaga saja. Mereka membiarkan kami dan agama kami. Mereka berpendapat bahwa agama Islamlah yang menyebabkan kemunduran umat Islam. Tak ada seorang muslim yang mengetahuinya, kecuali ustadz Al-Banna. Beliau sangat mengetahui bahwa musibah kami di dunia adalah mereka. Lalu mengapa kita tidak meninggalkannya dan menekuni agama kita dan syari’at kita. Dari sanalah kita akan dapat memperoleh penjelasan tentang keagungan, keindahan dan kebaikan yang banyak.

Seandainya saya mempunyai keluangan waktu, maka saya mengadakan penelitian segala hal yang telah Hasan Al-Banna sumbangkan untuk Islam dan kaum muslimin, segala usaha yang telah beliau berikan kepada saya. Tatkala saya mempunyai kesempatan meneliti semua tingkah laku dan sumbangan beliau kepada Islam dan kaum muslimin, saya berkesimpulan dan berkeyakinan bahwa beliau bisa dikatakan sebagai salah seorang pembaharu Islam. Sebagaimana yang terdapat di dalam sabda Rasulullah saw berikut ini, “Setiap seratus tahun sekali, Allah akan mengutus seseorang yang memperbaharui umat ini dan agama ini (pembaharu, penj). Tak seorangpun yang lebih suci daripada Allah. Menurut saya, tidaklah

Hasan al-Banna – Sang Inspirator _______________________________________________________________ 190 Hasan al-Banna – Sang Inspirator _______________________________________________________________ 190

Demikianlah hidup kami bersama beliau. Dari beliau akhirnya kami mengetahui segala kewajiban yang diwajibkan Allah pada kami. Pelaksanaan kewajiban itu merupakan ibadah kami pada Allah azza wa jalla. Adapun jika kita bertanya-tanya, misalya, “Kenapa kewajiban dibuat sedemikian rupa? Mengapa kewajiban datang dalam bentuk tertentu? Apa hikmah di balik kewajiban-kewajiban. Ucapan dan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, bukanlah hak kita. Kita tidak diperbolehkan mengatakan dan bertanya seperti ini, jika kita benar-benar beriman kepada Allah. Jika kita yakin bahwa Allah Maha Mengetahui. Allah swt memberikan pengetahuan kepada seorang insyinyur mekanik. Kemudian insyinyur ini berhasil membuat sebuah alat yang amat bermanfaat bagi umat manusia. Kemudian alat itu digunakan sebagaimana fungsinya. Apakah kita hanya berhak menggunakan dan memakai alat ini saja? Atau kita –sebagai orang bodoh yang tidak mengerti permasalahan mesin- berhak bertanya kepada insinyur itu. Seperti pertanyaan, “Kenapa ia meletakkan elemen ini di sini dan yang lainnya di situ. Kenapa penemuan ini dalam bentuk sedemikian rupa dan bukan dalam bentuk yang lain? Apakah pertanyaan seperti ini dapat diterima oleh orang-orang yang berakal?

Kami adalah manusia. Manusia adalah makhluk Allah, ciptaan Allah. Allah juga menciptkan akal kita. Tidak boleh kita memperpanjang pertanyaan tentang hikmah ini dan itu. Kita dilarang bertanya tentang bentuk dan kedekatan Allah swt. Jika tidak, berarti kita boleh membahas tentang Allah, perbuatan-Nya. Semua ini masuk dalam pemahaman akal yang terbatas. Kita hanya mengetahui sedikit dan sangat terbatas. Hal ini sangat bertentangan dengan keagungan Allah swt. Allah adalah satu- satunya yang berhak disembah, yang tidak memiliki sifat kelemahan sedikitpun. Kita adalah hamba-hamba-Nya. Kita wajib menggunakan akal kita pada hal-hal yang telah disiapkan oleh Allah. Jika kita melampaui batas ini, maka kita akan tersesat. Kami ingin iman kami mendalam dan bukan sekedar teori, tapi berpengaruh pada sikap dan perbuatan. Sehingga keimanan kami dapat berbuah dan bermanfaat. Kami tak menginginkan keimanan kami hanya ucapan dan perdebatan. Keimanan seperti ini tidak ada gunanya. Hanya bikin pusing dan sakit kepala saja. Sehingga ada dua jenis muslim. Muslim yang pertama adalah muslim yang beramal shaleh untuk agamanya berdasarkan ajaran-ajaran Rabbinya. Sedangkan muslim yang kedua adalah muslim yang berkaitan dengan pandangan-pandangan dan falsafah. Banyak usianya terbuang begitu saja. Waktunya dan waktu kaum muslimin banyak terbuang sia-sia. Kedua orang muslim ini seperti kedua orang yang sama-sama memiliki tanah. Salah satunya menggarap tanah tersebut dan menanamnya. Artinya ia akan dapat memetik hasil di akhir tahun. Adapun pemilik tanah yang satunya lagi, ia bergembira dan sibuk mencari hasil tambang di dalam tanah itu. Kemudian mencari tempat yang cocok untuk digali. Apakah tanah yang berwarna kekuning-kuningan atau kebiru-biruan? Ia berdiskusi dengan orang-orang yang bertemu

e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 191 e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 191

∩⊆⊂∪ tβθßϑÎ=≈yèø9$# ωÎ) !$yγè=É)÷ètƒ $tΒuρ ( Ĩ$¨Ζ=Ï9 $yγç/ÎôØnΣ ã≅≈sVøΒF{$# šù=Ï?uρ

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-‘Ankabut (29) : 43)

Seorang shaleh berkata, “Jika saya membuat contoh atau perumpamaan yang tidak dapat dipahami oleh akal saya, maka saya akan menangisi diri saya sendiri. Karena kelemahan saya untuk menghadirkan contoh dan perumpamaan.”

Hasan al-Banna – Sang Inspirator _______________________________________________________________ 192