Unit Pengolahan Unit Pengolahan Unit Pengolahan

3.3 Unit Pengolahan 3.3 Unit Pengolahan 3.3 Unit Pengolahan

3.3.1 Crude Destilation Unit (CDU) 3.3.1 Crude Destilation Unit (CDU) 3.3.1 Crude Destilation Unit (CDU)

Proses pengolahan minyak merupakan suatu proses yang bertujuan untuk Proses pengolahan minyak merupakan suatu proses yang bertujuan untuk Proses pengolahan minyak merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi berbagai macam produk yang mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi berbagai macam produk yang mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat dan memiliki serta memenuhi spesifikasi tertentu. bermanfaat dan memiliki serta memenuhi spesifikasi tertentu. bermanfaat dan memiliki serta memenuhi spesifikasi tertentu.

Di kilang Pusdiklat Migas Cepu, pengolahan minyak mentah dilakukan Di kilang Pusdiklat Migas Cepu, pengolahan minyak mentah dilakukan Di kilang Pusdiklat Migas Cepu, pengolahan minyak mentah dilakukan dengan cara distilasi atmosferik, yaitu pengolahan minyak pada tekanan dengan cara distilasi atmosferik, yaitu pengolahan minyak pada tekanan dengan cara distilasi atmosferik, yaitu pengolahan minyak pada tekanan atmosfer berdasarkan trayek titik didihnya untuk menghasilkan fraksi-fraksi atmosfer berdasarkan trayek titik didihnya untuk menghasilkan fraksi-fraksi atmosfer berdasarkan trayek titik didihnya untuk menghasilkan fraksi-fraksi Di kilang Pusdiklat Migas Cepu, pengolahan minyak mentah dilakukan Di kilang Pusdiklat Migas Cepu, pengolahan minyak mentah dilakukan Di kilang Pusdiklat Migas Cepu, pengolahan minyak mentah dilakukan dengan cara distilasi atmosferik, yaitu pengolahan minyak pada tekanan dengan cara distilasi atmosferik, yaitu pengolahan minyak pada tekanan dengan cara distilasi atmosferik, yaitu pengolahan minyak pada tekanan atmosfer berdasarkan trayek titik didihnya untuk menghasilkan fraksi-fraksi atmosfer berdasarkan trayek titik didihnya untuk menghasilkan fraksi-fraksi atmosfer berdasarkan trayek titik didihnya untuk menghasilkan fraksi-fraksi

3.3.2 Bahan Baku 3.3.2 Bahan Baku 3.3.2 Bahan Baku

A. Bahan Utama A. Bahan Utama A. Bahan Utama

Bahan baku yang digunakan berupa crude oil yang merupakan campuran Bahan baku yang digunakan berupa crude oil yang merupakan campuran Bahan baku yang digunakan berupa crude oil yang merupakan campuran berbagai persenyawaan kimia dari suatu golongan hidrokarbon serta senyawa- berbagai persenyawaan kimia dari suatu golongan hidrokarbon serta senyawa- berbagai persenyawaan kimia dari suatu golongan hidrokarbon serta senyawa- senyawa lain yang mengandung C 84%, H 14%, senyawa lain yang mengandung C 84%, H 14%, senyawa lain yang mengandung C 84%, H 14%,

kurang dari 1%, kurang dari 1%, kurang dari 1%, kurang kurang kurang dari 1%, S antara 1-3%, logam-logam kurang dari 1%, garam kurang dari 1% dari 1%, S antara 1-3%, logam-logam kurang dari 1%, garam kurang dari 1% dari 1%, S antara 1-3%, logam-logam kurang dari 1%, garam kurang dari 1% dan air dalam jumlah yang lebih sedikit yang sebelum diproses di kilang harus dan air dalam jumlah yang lebih sedikit yang sebelum diproses di kilang harus dan air dalam jumlah yang lebih sedikit yang sebelum diproses di kilang harus dipisahkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu proses dan mengurangi mutu dipisahkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu proses dan mengurangi mutu dipisahkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu proses dan mengurangi mutu produk. Bahan baku untuk proses penyulingan dapat diperoleh dari : produk. Bahan baku untuk proses penyulingan dapat diperoleh dari : produk. Bahan baku untuk proses penyulingan dapat diperoleh dari :

1. Crude oil Kawengan / Crude oil parafins 1. Crude oil Kawengan / Crude oil parafins 1. Crude oil Kawengan / Crude oil parafins Jenis ini mengandung hidrokarbon jenis parafin dan sedikit mengandung Jenis ini mengandung hidrokarbon jenis parafin dan sedikit mengandung Jenis ini mengandung hidrokarbon jenis parafin dan sedikit mengandung naptan. Minyak mentah dari kilang Kawengan mempunyai sifat : naptan. Minyak mentah dari kilang Kawengan mempunyai sifat : naptan. Minyak mentah dari kilang Kawengan mempunyai sifat :

a. Dominan senyawa parafin ( alkana rantai lurus ), dengan rumus a. Dominan senyawa parafin ( alkana rantai lurus ), dengan rumus a. Dominan senyawa parafin ( alkana rantai lurus ), dengan rumus

b. Fraksi berat berupa wax atau parafin wax (lilin batik) b. Fraksi berat berupa wax atau parafin wax (lilin batik) b. Fraksi berat berupa wax atau parafin wax (lilin batik)

c. Sedikit mengandung aspal c. Sedikit mengandung aspal c. Sedikit mengandung aspal

d. Mutu gasoline-nya rendah d. Mutu gasoline-nya rendah d. Mutu gasoline-nya rendah

e. Mutu kerosin dan solarnya baik. e. Mutu kerosin dan solarnya baik. e. Mutu kerosin dan solarnya baik.

2. Crude oil Ledok / Crude oil asphaltis 2. Crude oil Ledok / Crude oil asphaltis 2. Crude oil Ledok / Crude oil asphaltis Jenis ini banyak mengandung hidrokarbon naphtan dan sedikit Jenis ini banyak mengandung hidrokarbon naphtan dan sedikit Jenis ini banyak mengandung hidrokarbon naphtan dan sedikit mengandung hidrokarbon parafin. Disebut juga jenis naphtan yang mempunyai mengandung hidrokarbon parafin. Disebut juga jenis naphtan yang mempunyai mengandung hidrokarbon parafin. Disebut juga jenis naphtan yang mempunyai sifat-sifat identik dengan senyawa parafin. Sifat minyak mentah dari Ledok sifat-sifat identik dengan senyawa parafin. Sifat minyak mentah dari Ledok sifat-sifat identik dengan senyawa parafin. Sifat minyak mentah dari Ledok adalah sebagai berikut : adalah sebagai berikut : adalah sebagai berikut :

a. Dominan senyawa naphtene ( siklo alkana ), dengan rumus a. Dominan senyawa naphtene ( siklo alkana ), dengan rumus a. Dominan senyawa naphtene ( siklo alkana ), dengan rumus

b. Di dalam produksi ini fraksi yang terbesar adalahaspal. b. Di dalam produksi ini fraksi yang terbesar adalahaspal. b. Di dalam produksi ini fraksi yang terbesar adalahaspal.

c. Mutu gasoline-nya lebih tinggi c. Mutu gasoline-nya lebih tinggi c. Mutu gasoline-nya lebih tinggi c. Mutu gasoline-nya lebih tinggi c. Mutu gasoline-nya lebih tinggi c. Mutu gasoline-nya lebih tinggi

3. Crude oil campuran (Mixed) 3. Crude oil campuran (Mixed) 3. Crude oil campuran (Mixed) Crude oil ini merupakan campuran dari crude oil paraffins dan ashpaltis, dan Crude oil ini merupakan campuran dari crude oil paraffins dan ashpaltis, dan Crude oil ini merupakan campuran dari crude oil paraffins dan ashpaltis, dan juga mengandung aromatis. Minyak mentah diolah di Pusdiklat Migas Cepu juga mengandung aromatis. Minyak mentah diolah di Pusdiklat Migas Cepu juga mengandung aromatis. Minyak mentah diolah di Pusdiklat Migas Cepu merupakan jenis crude oil campuran dan diambil dari sumur minyak Pertamina merupakan jenis crude oil campuran dan diambil dari sumur minyak Pertamina merupakan jenis crude oil campuran dan diambil dari sumur minyak Pertamina UEP III, yaitu : UEP III, yaitu : UEP III, yaitu :

a. HPPO (High Pour Point Oil), bersifat paraffin, berasal dari sumur minyak a. HPPO (High Pour Point Oil), bersifat paraffin, berasal dari sumur minyak a. HPPO (High Pour Point Oil), bersifat paraffin, berasal dari sumur minyak Kawengan (80%) Kawengan (80%) Kawengan (80%)

b. LPPO (Light Pour Point Oil), bersifat ashpaltis, berasal dari sumur minyak b. LPPO (Light Pour Point Oil), bersifat ashpaltis, berasal dari sumur minyak b. LPPO (Light Pour Point Oil), bersifat ashpaltis, berasal dari sumur minyak Ledok (20%) Ledok (20%) Ledok (20%)

B. Bahan Pembantu B. Bahan Pembantu B. Bahan Pembantu

Bahan pembantu diperlukan dalam proses triping yang berfungsi untuk Bahan pembantu diperlukan dalam proses triping yang berfungsi untuk Bahan pembantu diperlukan dalam proses triping yang berfungsi untuk menghilangkan kotoran-kotoran dalam minyak bumi yang akan menurunkan menghilangkan kotoran-kotoran dalam minyak bumi yang akan menurunkan menghilangkan kotoran-kotoran dalam minyak bumi yang akan menurunkan mutu produksi dan dapat merusak peralatan pada proses pengolahan. Senyawa mutu produksi dan dapat merusak peralatan pada proses pengolahan. Senyawa mutu produksi dan dapat merusak peralatan pada proses pengolahan. Senyawa yang berupa yang berupa yang berupa

, , , , NaCl, nerchaptan atau senyawa belerang lainnya yang , NaCl, nerchaptan atau senyawa belerang lainnya yang , NaCl, nerchaptan atau senyawa belerang lainnya yang menyebabkan korosi. menyebabkan korosi. menyebabkan korosi. Bahan tambahan yang biasa digunakan untuk menghilangkan atau Bahan tambahan yang biasa digunakan untuk menghilangkan atau Bahan tambahan yang biasa digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi kotoran-kotoran tersebut adalah sebagai berikut : mengurangi kotoran-kotoran tersebut adalah sebagai berikut : mengurangi kotoran-kotoran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Amonia (NH3) 1. Amonia (NH3) 1. Amonia (NH3) Berfungsi untuk mencegah dan mengurangi korosi top Coloum, karena Berfungsi untuk mencegah dan mengurangi korosi top Coloum, karena Berfungsi untuk mencegah dan mengurangi korosi top Coloum, karena dapat mengikat gas H2S dalam minyak dan menetralkan senyawa-senyawa asam dapat mengikat gas H2S dalam minyak dan menetralkan senyawa-senyawa asam dapat mengikat gas H2S dalam minyak dan menetralkan senyawa-senyawa asam yanbg dapat menyebabkan korosi khlorida misalnya senyawa HCl yang yanbg dapat menyebabkan korosi khlorida misalnya senyawa HCl yang yanbg dapat menyebabkan korosi khlorida misalnya senyawa HCl yang terebentuk akibat hidrolisa garam Khliorida. Spesifikasinya sebagai berikut : terebentuk akibat hidrolisa garam Khliorida. Spesifikasinya sebagai berikut : terebentuk akibat hidrolisa garam Khliorida. Spesifikasinya sebagai berikut :

a. Wujud a. Wujud a. Wujud

= cair = cair = cair

b. Spesifik grafity b. Spesifik grafity b. Spesifik grafity

c. MinAmonia Conten, %wt c. MinAmonia Conten, %wt c. MinAmonia Conten, %wt

d. Boiling poit d. Boiling poit d. Boiling poit

= -33,4ºC = -33,4ºC = -33,4ºC

e. Freezing point e. Freezing point e. Freezing point

= -77,7ºC = -77,7ºC = -77,7ºC

f. Critical Temperasture f. Critical Temperasture f. Critical Temperasture

= 133ºC = 133ºC = 133ºC = 133ºC = 133ºC = 133ºC

= 1657 psi = 1657 psi = 1657 psi

h. Maw water content, ppm by wt = 5000 h. Maw water content, ppm by wt = 5000 h. Maw water content, ppm by wt = 5000

i. Max oil content, ppm by wt i. Max oil content, ppm by wt i. Max oil content, ppm by wt

Pemberian amonia dilakukan dengan jalan menginjeksikan pada bagian pipa Pemberian amonia dilakukan dengan jalan menginjeksikan pada bagian pipa Pemberian amonia dilakukan dengan jalan menginjeksikan pada bagian pipa uap bensin pada puncak menara Heckman Coloum. uap bensin pada puncak menara Heckman Coloum. uap bensin pada puncak menara Heckman Coloum.

2. Kasustik Soda (NaOH) 2. Kasustik Soda (NaOH) 2. Kasustik Soda (NaOH) Pemberian NaOH bertujuan untuk menetralisir / mengikat dari senyawa- Pemberian NaOH bertujuan untuk menetralisir / mengikat dari senyawa- Pemberian NaOH bertujuan untuk menetralisir / mengikat dari senyawa- senyawa belerang dan menghilangkan Nerchaptan (RSH) yang dapat senyawa belerang dan menghilangkan Nerchaptan (RSH) yang dapat senyawa belerang dan menghilangkan Nerchaptan (RSH) yang dapat mengakibatkan korosi terhadap alat dengan cara merncuci hasil pemisahan crude mengakibatkan korosi terhadap alat dengan cara merncuci hasil pemisahan crude mengakibatkan korosi terhadap alat dengan cara merncuci hasil pemisahan crude oil dan dapat juga digunakan untuk proses treating yang bertujuan untuk oil dan dapat juga digunakan untuk proses treating yang bertujuan untuk oil dan dapat juga digunakan untuk proses treating yang bertujuan untuk memisahkan hidrogen dan sulfur dalam fraksi gasoline. memisahkan hidrogen dan sulfur dalam fraksi gasoline. memisahkan hidrogen dan sulfur dalam fraksi gasoline. Spesifikasinya adalah sebagai berikut : Spesifikasinya adalah sebagai berikut : Spesifikasinya adalah sebagai berikut :

a. Kenampakan a. Kenampakan a. Kenampakan

= tak bewarna = tak bewarna = tak bewarna

b. Wujud b. Wujud b. Wujud

= cair = cair = cair

c. Density c. Density c. Density

d. Konsentrasi d. Konsentrasi d. Konsentrasi

= an 20-25% = an 20-25% = an 20-25%

3.3.3 Produk yang Dihasilkan 3.3.3 Produk yang Dihasilkan 3.3.3 Produk yang Dihasilkan

A. Produk Utama A. Produk Utama A. Produk Utama

Kapasitas produksi Unit Kilang di Pusdiklat Migas Cepu adalah antara Kapasitas produksi Unit Kilang di Pusdiklat Migas Cepu adalah antara Kapasitas produksi Unit Kilang di Pusdiklat Migas Cepu adalah antara 290-320 m³ / hari dengan produk yang dihasilkan sebagai berikut : 290-320 m³ / hari dengan produk yang dihasilkan sebagai berikut : 290-320 m³ / hari dengan produk yang dihasilkan sebagai berikut :

a. Pertasol ( Pertamina Solvent) CA (Petrasol 2) a. Pertasol ( Pertamina Solvent) CA (Petrasol 2) a. Pertasol ( Pertamina Solvent) CA (Petrasol 2)

b. Pertasol ( Pertamina Solvent) CB (LAWS 3) b. Pertasol ( Pertamina Solvent) CB (LAWS 3) b. Pertasol ( Pertamina Solvent) CB (LAWS 3) Zat ini merupakan campuran kompleks senyawa hidrokarbon yang Zat ini merupakan campuran kompleks senyawa hidrokarbon yang Zat ini merupakan campuran kompleks senyawa hidrokarbon yang mempunyai daerah titik didih antara 40ºC - 200ºC dan digunakan sebagai mempunyai daerah titik didih antara 40ºC - 200ºC dan digunakan sebagai mempunyai daerah titik didih antara 40ºC - 200ºC dan digunakan sebagai solvent (pelarut) atau thinner. solvent (pelarut) atau thinner. solvent (pelarut) atau thinner.

c. Pertasol (Pertamina Solvent) CC (LAWS 4) c. Pertasol (Pertamina Solvent) CC (LAWS 4) c. Pertasol (Pertamina Solvent) CC (LAWS 4)

d. Kerosin (Minyak Tanah) d. Kerosin (Minyak Tanah) d. Kerosin (Minyak Tanah)

Cerosine adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah Cerosine adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah Cerosine adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Cerosine diperoleh dengan cara distilasi fraksional pada temperatur terbakar. Cerosine diperoleh dengan cara distilasi fraksional pada temperatur terbakar. Cerosine diperoleh dengan cara distilasi fraksional pada temperatur 150ºC dan 275ºC. Cerosine merupakan fraksi minyak bumi yang lebih berat dari 150ºC dan 275ºC. Cerosine merupakan fraksi minyak bumi yang lebih berat dari 150ºC dan 275ºC. Cerosine merupakan fraksi minyak bumi yang lebih berat dari bensin yang biasanya trayek didihnya antara 150ºC - 200ºC. Cerosine dipakai bensin yang biasanya trayek didihnya antara 150ºC - 200ºC. Cerosine dipakai bensin yang biasanya trayek didihnya antara 150ºC - 200ºC. Cerosine dipakai sebagai bahan bakar penerangan, minyak lampu, dan kompor rumah tangga, sebagai bahan bakar penerangan, minyak lampu, dan kompor rumah tangga, sebagai bahan bakar penerangan, minyak lampu, dan kompor rumah tangga, dimana cerosine harus memberikan intensitas nyala yang baik dan sedikit timbul dimana cerosine harus memberikan intensitas nyala yang baik dan sedikit timbul dimana cerosine harus memberikan intensitas nyala yang baik dan sedikit timbul asap, (namun sekarang Kerosene tidak diproduksi). asap, (namun sekarang Kerosene tidak diproduksi). asap, (namun sekarang Kerosene tidak diproduksi).

e. Solar e. Solar e. Solar Solar atau gas oil mempunyai trayek didih 250-350ºC. Kapasitas Solar atau gas oil mempunyai trayek didih 250-350ºC. Kapasitas Solar atau gas oil mempunyai trayek didih 250-350ºC. Kapasitas produksi yang dihasilkan adalah berkisar antara 50-55% / produk berkisar antara produksi yang dihasilkan adalah berkisar antara 50-55% / produk berkisar antara produksi yang dihasilkan adalah berkisar antara 50-55% / produk berkisar antara 160-170 kL/hari. 160-170 kL/hari. 160-170 kL/hari.

f. PH Solar (sementara tidak diproduksi) f. PH Solar (sementara tidak diproduksi) f. PH Solar (sementara tidak diproduksi) Merupakan senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi Merupakan senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi Merupakan senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi dengan atom karbon 20-75 buah dalam setiap molekulnya dan mempunyai titik dengan atom karbon 20-75 buah dalam setiap molekulnya dan mempunyai titik dengan atom karbon 20-75 buah dalam setiap molekulnya dan mempunyai titik lebur 90º-200ºF. PH solar yang melebur pada suhu 300F atau lebih rendah, maka lebur 90º-200ºF. PH solar yang melebur pada suhu 300F atau lebih rendah, maka lebur 90º-200ºF. PH solar yang melebur pada suhu 300F atau lebih rendah, maka senyawa hidrokarbon paraffin normal dalam atom karbon sampai 34 buah. PH senyawa hidrokarbon paraffin normal dalam atom karbon sampai 34 buah. PH senyawa hidrokarbon paraffin normal dalam atom karbon sampai 34 buah. PH solar yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung senyawa hidrokarbon solar yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung senyawa hidrokarbon solar yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung senyawa hidrokarbon naphtan dan isoparafion. Senyawa aromatik dan parafin juga terdapat dalam naphtan dan isoparafion. Senyawa aromatik dan parafin juga terdapat dalam naphtan dan isoparafion. Senyawa aromatik dan parafin juga terdapat dalam minyak umi. PH solar digunakan dalam pembuatan batik wax. Kapasitas minyak umi. PH solar digunakan dalam pembuatan batik wax. Kapasitas minyak umi. PH solar digunakan dalam pembuatan batik wax. Kapasitas produksi yang dihasilkan 55 m³/hari. produksi yang dihasilkan 55 m³/hari. produksi yang dihasilkan 55 m³/hari.

g. Residu g. Residu g. Residu Residu merupakan fraksi berat dari minyak bumi yang mempunyai titik Residu merupakan fraksi berat dari minyak bumi yang mempunyai titik Residu merupakan fraksi berat dari minyak bumi yang mempunyai titik didih paling tinggi yaitu 350ºC dan merupakan hasil bahwa dari residu stripper. didih paling tinggi yaitu 350ºC dan merupakan hasil bahwa dari residu stripper. didih paling tinggi yaitu 350ºC dan merupakan hasil bahwa dari residu stripper. Residu biasanya diguinakan sebagai bahan bakar dalam pabriok karena Residu biasanya diguinakan sebagai bahan bakar dalam pabriok karena Residu biasanya diguinakan sebagai bahan bakar dalam pabriok karena mempunyai heating value yang tinggi. Kapasitas produksi yang dihasilkan 140,5 mempunyai heating value yang tinggi. Kapasitas produksi yang dihasilkan 140,5 mempunyai heating value yang tinggi. Kapasitas produksi yang dihasilkan 140,5 m³/hari. m³/hari. m³/hari.

B. Produk dari Wax Plant B. Produk dari Wax Plant B. Produk dari Wax Plant

1. A Filter Oil (AFO) 1. A Filter Oil (AFO) 1. A Filter Oil (AFO)

A filter oil adalah minyak yang tersaring oleh filter cloth dan kemudian A filter oil adalah minyak yang tersaring oleh filter cloth dan kemudian A filter oil adalah minyak yang tersaring oleh filter cloth dan kemudian melalui penambahan PH solar dapat digunakan sebagai umpan pada proses melalui penambahan PH solar dapat digunakan sebagai umpan pada proses melalui penambahan PH solar dapat digunakan sebagai umpan pada proses dewaxing. Sebagian dari itu digunakan untuk komponen BOD (Batching Oil dewaxing. Sebagian dari itu digunakan untuk komponen BOD (Batching Oil dewaxing. Sebagian dari itu digunakan untuk komponen BOD (Batching Oil Distilat) merupakan minyak pencelup karung goni agar menjadi lemas dan Distilat) merupakan minyak pencelup karung goni agar menjadi lemas dan Distilat) merupakan minyak pencelup karung goni agar menjadi lemas dan digunakan sebagai komponen dalam proses blending residu-38. AFO dipasarkan digunakan sebagai komponen dalam proses blending residu-38. AFO dipasarkan digunakan sebagai komponen dalam proses blending residu-38. AFO dipasarkan kepada konsumen sebagai bahan bakar dalam industri kapur. kepada konsumen sebagai bahan bakar dalam industri kapur. kepada konsumen sebagai bahan bakar dalam industri kapur.

2. Batik wax 2. Batik wax 2. Batik wax Batik wax ini merupakan hasil akhir dari wax plant. Batik wax dipasarkan Batik wax ini merupakan hasil akhir dari wax plant. Batik wax dipasarkan Batik wax ini merupakan hasil akhir dari wax plant. Batik wax dipasarkan untuk kebutuhan industri batik di Solo, Semarang dan Pekalongan. (Produk dari untuk kebutuhan industri batik di Solo, Semarang dan Pekalongan. (Produk dari untuk kebutuhan industri batik di Solo, Semarang dan Pekalongan. (Produk dari wax plant sementara tidak beroperasi) wax plant sementara tidak beroperasi) wax plant sementara tidak beroperasi)

3.3.4 Uraian Proses Pengolahan 3.3.4 Uraian Proses Pengolahan 3.3.4 Uraian Proses Pengolahan

Proses pengolahan minyak mentah yang dilakukan di unit kilang Pusdiklat Proses pengolahan minyak mentah yang dilakukan di unit kilang Pusdiklat Proses pengolahan minyak mentah yang dilakukan di unit kilang Pusdiklat Migas Cepu meliputi 3 proses: Migas Cepu meliputi 3 proses: Migas Cepu meliputi 3 proses:

1. Proses Distilasi Atmosferik 1. Proses Distilasi Atmosferik 1. Proses Distilasi Atmosferik

2. Proses Treating 2. Proses Treating 2. Proses Treating

3. Proses Blending 3. Proses Blending 3. Proses Blending

3.3.4.1 Proses Distilasi Atmoferik 3.3.4.1 Proses Distilasi Atmoferik 3.3.4.1 Proses Distilasi Atmoferik

Proses distilasi atmosferik yang berlangsung di kilang Pusdiklat Migas Proses distilasi atmosferik yang berlangsung di kilang Pusdiklat Migas Proses distilasi atmosferik yang berlangsung di kilang Pusdiklat Migas Cepu mengolah minyak mentah yang terdiri dari 3 macam: Cepu mengolah minyak mentah yang terdiri dari 3 macam: Cepu mengolah minyak mentah yang terdiri dari 3 macam:

a. Minyak mentah crude oil yang berasal dari lapangan minyak Kawengan yang a. Minyak mentah crude oil yang berasal dari lapangan minyak Kawengan yang a. Minyak mentah crude oil yang berasal dari lapangan minyak Kawengan yang bersifat parafinis atau HPPO (High Pour Point Oil) bersifat parafinis atau HPPO (High Pour Point Oil) bersifat parafinis atau HPPO (High Pour Point Oil)

b. Minyak mentah (crude oil) yang berasal dari Ledok yang bersifat naphtanis b. Minyak mentah (crude oil) yang berasal dari Ledok yang bersifat naphtanis b. Minyak mentah (crude oil) yang berasal dari Ledok yang bersifat naphtanis atau LPPO (Light Pour Point Oil) atau LPPO (Light Pour Point Oil) atau LPPO (Light Pour Point Oil)

c. Minyak mentah campuran/mixed yaitu minyak mentah campuran antara c. Minyak mentah campuran/mixed yaitu minyak mentah campuran antara c. Minyak mentah campuran/mixed yaitu minyak mentah campuran antara minyak mentah Kawengan dan minyak mentah Ledok. Komposisinya yaitu minyak mentah Kawengan dan minyak mentah Ledok. Komposisinya yaitu minyak mentah Kawengan dan minyak mentah Ledok. Komposisinya yaitu perbandingannya antara 40% (Ledok) dan 60% (Kawengan) atau 30% perbandingannya antara 40% (Ledok) dan 60% (Kawengan) atau 30% perbandingannya antara 40% (Ledok) dan 60% (Kawengan) atau 30% (Ledok) dan 70% (Kawengan). (Ledok) dan 70% (Kawengan). (Ledok) dan 70% (Kawengan).

Sebelum diolah minyak mentah tersebut terlebih dahulu ditampung di Sebelum diolah minyak mentah tersebut terlebih dahulu ditampung di Sebelum diolah minyak mentah tersebut terlebih dahulu ditampung di Pusat Produksi Menggung wilayah kerja UEP (Unit Eksplorasi Produksi) Pusat Produksi Menggung wilayah kerja UEP (Unit Eksplorasi Produksi) Pusat Produksi Menggung wilayah kerja UEP (Unit Eksplorasi Produksi) Pertamina guna mengendapkan dan memisahkan air dan impurities lainnya Pertamina guna mengendapkan dan memisahkan air dan impurities lainnya Pertamina guna mengendapkan dan memisahkan air dan impurities lainnya dengan gravitasi secara alami minimal sehari semalam. Crude oil kemudian dengan gravitasi secara alami minimal sehari semalam. Crude oil kemudian dengan gravitasi secara alami minimal sehari semalam. Crude oil kemudian dikirim ke kilang Pusdiklat Migas Cepu secara pipanisasi kemudian ditampung dikirim ke kilang Pusdiklat Migas Cepu secara pipanisasi kemudian ditampung dikirim ke kilang Pusdiklat Migas Cepu secara pipanisasi kemudian ditampung di tangki T101 dan T102. Minyak mentah yang diolah di kilang Pusdiklat Migas di tangki T101 dan T102. Minyak mentah yang diolah di kilang Pusdiklat Migas di tangki T101 dan T102. Minyak mentah yang diolah di kilang Pusdiklat Migas Cepu merupakan campuran minyak mentah jenis HPPO dan LPPO dengan Cepu merupakan campuran minyak mentah jenis HPPO dan LPPO dengan Cepu merupakan campuran minyak mentah jenis HPPO dan LPPO dengan perbandingan volume 40-60%. perbandingan volume 40-60%. perbandingan volume 40-60%.

Proses distilasi atmosferik bertujuan untuk memisahkan fraksi-fraksi Proses distilasi atmosferik bertujuan untuk memisahkan fraksi-fraksi Proses distilasi atmosferik bertujuan untuk memisahkan fraksi-fraksi yang terkandung dalam minyak mentah menjadi produk-produk yang yang terkandung dalam minyak mentah menjadi produk-produk yang yang terkandung dalam minyak mentah menjadi produk-produk yang dikehendaki berdasarkan perbedaan trayek didihnya pada tekanan atmosfer. dikehendaki berdasarkan perbedaan trayek didihnya pada tekanan atmosfer. dikehendaki berdasarkan perbedaan trayek didihnya pada tekanan atmosfer.

Proses distilasi atmosferik ini meliputi: Proses distilasi atmosferik ini meliputi: Proses distilasi atmosferik ini meliputi:

a. Pemanasan awal dalam HE a. Pemanasan awal dalam HE a. Pemanasan awal dalam HE

b. Pemanasan radiasi dalam furnace b. Pemanasan radiasi dalam furnace b. Pemanasan radiasi dalam furnace

c. Penguapan dalam eaporator c. Penguapan dalam eaporator c. Penguapan dalam eaporator

d. Pemisahan dalam kolom fraksinasi C1 dan C2 dan striper berdasarkan trayek d. Pemisahan dalam kolom fraksinasi C1 dan C2 dan striper berdasarkan trayek d. Pemisahan dalam kolom fraksinasi C1 dan C2 dan striper berdasarkan trayek titik didihnya titik didihnya titik didihnya

e. Pengembunan dan pendinginan dalam kondensor e. Pengembunan dan pendinginan dalam kondensor e. Pengembunan dan pendinginan dalam kondensor

f. Pemisahan air dalam separator f. Pemisahan air dalam separator f. Pemisahan air dalam separator Proses tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: Proses tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: Proses tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pemanasan awal dalam HE a. Pemanasan awal dalam HE a. Pemanasan awal dalam HE Crude oil yang berasal dari tangki penampung T101 dan T102 dipompa Crude oil yang berasal dari tangki penampung T101 dan T102 dipompa Crude oil yang berasal dari tangki penampung T101 dan T102 dipompa lewat pompa sentrifugal P.100/03 dan P.100/04 menuju heat exchanger yang lewat pompa sentrifugal P.100/03 dan P.100/04 menuju heat exchanger yang lewat pompa sentrifugal P.100/03 dan P.100/04 menuju heat exchanger yang dipasang secara seri dan pararel yaitu HE 1,2,3 dengan HE 4 dan 5. Crude oil dipasang secara seri dan pararel yaitu HE 1,2,3 dengan HE 4 dan 5. Crude oil dipasang secara seri dan pararel yaitu HE 1,2,3 dengan HE 4 dan 5. Crude oil masuk ke HE melalui bagian tube sedangkan media pemanasnya naphta solar masuk ke HE melalui bagian tube sedangkan media pemanasnya naphta solar masuk ke HE melalui bagian tube sedangkan media pemanasnya naphta solar dan residu masuk melalui bagian shel dengan arah aliran counter curent. Crude dan residu masuk melalui bagian shel dengan arah aliran counter curent. Crude dan residu masuk melalui bagian shel dengan arah aliran counter curent. Crude

0 0 0 0 0 oil masuk ke HE pada temperatur 34 0 oil masuk ke HE pada temperatur 34 oil masuk ke HE pada temperatur 34 C-40 C-40 C-40

C. HE 4 dan HE 5 diambil dari C. HE 4 dan HE 5 diambil dari C. HE 4 dan HE 5 diambil dari residu. Crude oil yang keluar dari semua unit Heat Exchanger dengan temperatur residu. Crude oil yang keluar dari semua unit Heat Exchanger dengan temperatur residu. Crude oil yang keluar dari semua unit Heat Exchanger dengan temperatur

0 0 0 0 0 antara 110 0 antara 110 antara 110 -135 -135 -135 C. C. C.

Tujuan pemanasan pada HE adalah: Tujuan pemanasan pada HE adalah: Tujuan pemanasan pada HE adalah:

1. Meringankan beban furnace pada proses 1. Meringankan beban furnace pada proses 1. Meringankan beban furnace pada proses

2. Menghindari panas yang mengejut 2. Menghindari panas yang mengejut 2. Menghindari panas yang mengejut

3. Menghemat bahan bakar dengan memanfaatkan panas residu dan solar. 3. Menghemat bahan bakar dengan memanfaatkan panas residu dan solar. 3. Menghemat bahan bakar dengan memanfaatkan panas residu dan solar.

b. Pemanasan Radiasi dalam Furnace b. Pemanasan Radiasi dalam Furnace b. Pemanasan Radiasi dalam Furnace Kemudian crude oil dari HE menuju furnace melalui stabilizer drum Kemudian crude oil dari HE menuju furnace melalui stabilizer drum Kemudian crude oil dari HE menuju furnace melalui stabilizer drum yang berfungsi sebagai kontrol aliran dan tekanan. Bila minyak mentah yang yang berfungsi sebagai kontrol aliran dan tekanan. Bila minyak mentah yang yang berfungsi sebagai kontrol aliran dan tekanan. Bila minyak mentah yang mengalir mempunyai tekanan dan aliran yang melebihi batas, maka valve pada mengalir mempunyai tekanan dan aliran yang melebihi batas, maka valve pada mengalir mempunyai tekanan dan aliran yang melebihi batas, maka valve pada stabilizer drum akan bekerja untuk mengurangi tekanan dan aliran tersebut. Pada stabilizer drum akan bekerja untuk mengurangi tekanan dan aliran tersebut. Pada stabilizer drum akan bekerja untuk mengurangi tekanan dan aliran tersebut. Pada

0 0 furnace crude oil mengalami pemanasan maksimal mencapai suhu 325-350 0 furnace crude oil mengalami pemanasan maksimal mencapai suhu 325-350 furnace crude oil mengalami pemanasan maksimal mencapai suhu 325-350 C. C. C. Hal ini bertujuan untuk mencapai suhu optimum penguapan dalam evaporator Hal ini bertujuan untuk mencapai suhu optimum penguapan dalam evaporator Hal ini bertujuan untuk mencapai suhu optimum penguapan dalam evaporator

sehingga fase cair dan fase uap akan terpisah dengan baik. Bahan bakar yang sehingga fase cair dan fase uap akan terpisah dengan baik. Bahan bakar yang sehingga fase cair dan fase uap akan terpisah dengan baik. Bahan bakar yang digunakan dalam furnace adalah start awal menggunakan fuel gas LPG digunakan dalam furnace adalah start awal menggunakan fuel gas LPG digunakan dalam furnace adalah start awal menggunakan fuel gas LPG selanjutnya untuk pemanasan awal menggunakan solar (T108) mencapai selanjutnya untuk pemanasan awal menggunakan solar (T108) mencapai selanjutnya untuk pemanasan awal menggunakan solar (T108) mencapai

0 0 temperatur 250 0 temperatur 250 temperatur 250

C kemudian dialihkan ke residu (T104). Residu yang berasal C kemudian dialihkan ke residu (T104). Residu yang berasal C kemudian dialihkan ke residu (T104). Residu yang berasal dari tangki (T104) sebelum digunakan sebagai bahan bakar furnace, temperatur dari tangki (T104) sebelum digunakan sebagai bahan bakar furnace, temperatur dari tangki (T104) sebelum digunakan sebagai bahan bakar furnace, temperatur

0 0 80 0 80 80 C dialirkan terlebih dahulu menuju heater untuk dipanaskan sampai suhu C dialirkan terlebih dahulu menuju heater untuk dipanaskan sampai suhu C dialirkan terlebih dahulu menuju heater untuk dipanaskan sampai suhu

C. Pemanasan tersebut berfungsi agar pengabutan dari residu berjalan lebih C. Pemanasan tersebut berfungsi agar pengabutan dari residu berjalan lebih C. Pemanasan tersebut berfungsi agar pengabutan dari residu berjalan lebih mudah apabila furnace tidak dalam keadaan bekerja maka api dalam furnace mudah apabila furnace tidak dalam keadaan bekerja maka api dalam furnace mudah apabila furnace tidak dalam keadaan bekerja maka api dalam furnace tidak mati seluruhnya dan masih ada api yang berasal dari fuel gas. Hal ini untuk tidak mati seluruhnya dan masih ada api yang berasal dari fuel gas. Hal ini untuk tidak mati seluruhnya dan masih ada api yang berasal dari fuel gas. Hal ini untuk menghindari terjadinya flash back (penyalaan api yang mendadak dari furnace menghindari terjadinya flash back (penyalaan api yang mendadak dari furnace menghindari terjadinya flash back (penyalaan api yang mendadak dari furnace sehingga terjadi perbedaan tekanan antara bagian dalam dan luar furnace yang sehingga terjadi perbedaan tekanan antara bagian dalam dan luar furnace yang sehingga terjadi perbedaan tekanan antara bagian dalam dan luar furnace yang terlalu besar) bila furnace kembali dijalankan. Udara yang dipanaskan lewat terlalu besar) bila furnace kembali dijalankan. Udara yang dipanaskan lewat terlalu besar) bila furnace kembali dijalankan. Udara yang dipanaskan lewat heater yang memakai pemanas steam yang dipakai berfungsi untuk memecah heater yang memakai pemanas steam yang dipakai berfungsi untuk memecah heater yang memakai pemanas steam yang dipakai berfungsi untuk memecah atom (atomizing) agar bahan bakar fuel oil menjadi partikel kecil sehingga atom (atomizing) agar bahan bakar fuel oil menjadi partikel kecil sehingga atom (atomizing) agar bahan bakar fuel oil menjadi partikel kecil sehingga proses pembakaran berlangsung cepat dan sempurna, sedangkan udara yang proses pembakaran berlangsung cepat dan sempurna, sedangkan udara yang proses pembakaran berlangsung cepat dan sempurna, sedangkan udara yang membakar bahan bakar tersebut tersebut masuk secara natural draft. Hasil membakar bahan bakar tersebut tersebut masuk secara natural draft. Hasil membakar bahan bakar tersebut tersebut masuk secara natural draft. Hasil

pembakaran berupa gas CO pembakaran berupa gas CO pembakaran berupa gas CO 2 2 2 ,O ,O ,O 2 2 2 excess, N excess, N excess, N 2 2 2 inner, CO inner, CO inner, CO 2 2 2 dan uap air yang dialirkan dan uap air yang dialirkan dan uap air yang dialirkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan stack damper yang berfungsi untuk melalui cerobong yang dilengkapi dengan stack damper yang berfungsi untuk melalui cerobong yang dilengkapi dengan stack damper yang berfungsi untuk mengatur keluarnya gas buang atau fuel gas dimana panas dari gas buang dapat mengatur keluarnya gas buang atau fuel gas dimana panas dari gas buang dapat mengatur keluarnya gas buang atau fuel gas dimana panas dari gas buang dapat pembakaran berupa gas CO pembakaran berupa gas CO pembakaran berupa gas CO 2 2 2 ,O ,O ,O 2 2 2 excess, N excess, N excess, N 2 2 2 inner, CO inner, CO inner, CO 2 2 2 dan uap air yang dialirkan dan uap air yang dialirkan dan uap air yang dialirkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan stack damper yang berfungsi untuk melalui cerobong yang dilengkapi dengan stack damper yang berfungsi untuk melalui cerobong yang dilengkapi dengan stack damper yang berfungsi untuk mengatur keluarnya gas buang atau fuel gas dimana panas dari gas buang dapat mengatur keluarnya gas buang atau fuel gas dimana panas dari gas buang dapat mengatur keluarnya gas buang atau fuel gas dimana panas dari gas buang dapat

c. Penguapan dalam Evaporator c. Penguapan dalam Evaporator c. Penguapan dalam Evaporator Crude oil yang berasal dari furnace dialirkan menuju evaporator untuk Crude oil yang berasal dari furnace dialirkan menuju evaporator untuk Crude oil yang berasal dari furnace dialirkan menuju evaporator untuk dipisahkan menjadi fraksi berat (residu) yang merupakan produk bawah (bottom dipisahkan menjadi fraksi berat (residu) yang merupakan produk bawah (bottom dipisahkan menjadi fraksi berat (residu) yang merupakan produk bawah (bottom top product). Evaporator juga berfungsi untuk meringankan kerja kolom top product). Evaporator juga berfungsi untuk meringankan kerja kolom top product). Evaporator juga berfungsi untuk meringankan kerja kolom fraksinasi dalam melaksanakan proses pemisahan selanjutnya. Pada bawah fraksinasi dalam melaksanakan proses pemisahan selanjutnya. Pada bawah fraksinasi dalam melaksanakan proses pemisahan selanjutnya. Pada bawah evaporator diinjeksikan steam yang tujuannya untuk memperkecil tekanan evaporator diinjeksikan steam yang tujuannya untuk memperkecil tekanan evaporator diinjeksikan steam yang tujuannya untuk memperkecil tekanan parsial hidrokarbon dan membantu penguapan. Hal ini dikarenakan jika tekanan parsial hidrokarbon dan membantu penguapan. Hal ini dikarenakan jika tekanan parsial hidrokarbon dan membantu penguapan. Hal ini dikarenakan jika tekanan parsial hidrokarbon turun maka penguapan hidrokarbon menjadi lebih besar parsial hidrokarbon turun maka penguapan hidrokarbon menjadi lebih besar parsial hidrokarbon turun maka penguapan hidrokarbon menjadi lebih besar sehingga pemisahan uap hidrokarbon dari liquid menjadi lebih sempurna. Steam sehingga pemisahan uap hidrokarbon dari liquid menjadi lebih sempurna. Steam sehingga pemisahan uap hidrokarbon dari liquid menjadi lebih sempurna. Steam kering digunakan untuk menghindari tekanan total yang besar pada evaporator. kering digunakan untuk menghindari tekanan total yang besar pada evaporator. kering digunakan untuk menghindari tekanan total yang besar pada evaporator. Bila steam yang masuk mengandung air sedangkan suhu evaporator lebih tinggi Bila steam yang masuk mengandung air sedangkan suhu evaporator lebih tinggi Bila steam yang masuk mengandung air sedangkan suhu evaporator lebih tinggi dari suhu steam maka air yang masuk akan menguap dalam evaporator sehingga dari suhu steam maka air yang masuk akan menguap dalam evaporator sehingga dari suhu steam maka air yang masuk akan menguap dalam evaporator sehingga akan memperbesar tekanan total untuk memperoleh steam kering terlebih akan memperbesar tekanan total untuk memperoleh steam kering terlebih akan memperbesar tekanan total untuk memperoleh steam kering terlebih dahulu. Steam dilewatkan acumulator sehingga steam yang masih mengandung dahulu. Steam dilewatkan acumulator sehingga steam yang masih mengandung dahulu. Steam dilewatkan acumulator sehingga steam yang masih mengandung air akan dipisahkan menjadi steam kering dan kondesat air akan dipisahkan menjadi steam kering dan kondesat air akan dipisahkan menjadi steam kering dan kondesat

d. Distilat d. Distilat d. Distilat

C dialirkan C dialirkan C dialirkan kedalam residu striper C-5 bagian atas sedangkan top produk evaporator kedalam residu striper C-5 bagian atas sedangkan top produk evaporator kedalam residu striper C-5 bagian atas sedangkan top produk evaporator dimasukkan kedalam kolom C.1.A bagian tengah. Di dalam residu striper terjadi dimasukkan kedalam kolom C.1.A bagian tengah. Di dalam residu striper terjadi dimasukkan kedalam kolom C.1.A bagian tengah. Di dalam residu striper terjadi pemisahan, bottom produknya berupa residu masuk ke dalam HE-2 dan HE-3 pemisahan, bottom produknya berupa residu masuk ke dalam HE-2 dan HE-3 pemisahan, bottom produknya berupa residu masuk ke dalam HE-2 dan HE-3 sebagai media pemanas crude oil sedangkan top produknya masuk ke dalam sebagai media pemanas crude oil sedangkan top produknya masuk ke dalam sebagai media pemanas crude oil sedangkan top produknya masuk ke dalam

0 0 Bottom produk evaporator yang keluar pada suhu 300 0 Bottom produk evaporator yang keluar pada suhu 300 Bottom produk evaporator yang keluar pada suhu 300 0 0 Bottom produk evaporator yang keluar pada suhu 300 0 Bottom produk evaporator yang keluar pada suhu 300 Bottom produk evaporator yang keluar pada suhu 300

Feed kolom C.1.A adalah sebagai berikut: Feed kolom C.1.A adalah sebagai berikut: Feed kolom C.1.A adalah sebagai berikut:

a. Top Produk Evaporator a. Top Produk Evaporator a. Top Produk Evaporator

b. Top Produk Residu Striper (C-5) b. Top Produk Residu Striper (C-5) b. Top Produk Residu Striper (C-5)

c. Top Produk Kerosene (C-3) c. Top Produk Kerosene (C-3) c. Top Produk Kerosene (C-3)

d. Top Produk Solar Striper (C-4) d. Top Produk Solar Striper (C-4) d. Top Produk Solar Striper (C-4)

e. Reflux Naphta e. Reflux Naphta e. Reflux Naphta Hasil dari kolom C.1.A adalah: Hasil dari kolom C.1.A adalah: Hasil dari kolom C.1.A adalah:

a. Top produk yaitu Naphta tipe Petrasol CA yang masuk kolom C.2 (pada suhu a. Top produk yaitu Naphta tipe Petrasol CA yang masuk kolom C.2 (pada suhu a. Top produk yaitu Naphta tipe Petrasol CA yang masuk kolom C.2 (pada suhu

0 0 120 0 120 120 C) C) C)

b. Side Steam berupa LAWS 4 yang keluar dari tray ke-18 b. Side Steam berupa LAWS 4 yang keluar dari tray ke-18 b. Side Steam berupa LAWS 4 yang keluar dari tray ke-18

c. Side Steam berupa Solar yang keluar dari tray ke-4,6,7,8,9,10, dan 12 yang c. Side Steam berupa Solar yang keluar dari tray ke-4,6,7,8,9,10, dan 12 yang c. Side Steam berupa Solar yang keluar dari tray ke-4,6,7,8,9,10, dan 12 yang masuk ke Solar Striper pada tray ke-4 masuk ke Solar Striper pada tray ke-4 masuk ke Solar Striper pada tray ke-4

d. Side Steam berupa Kerosene yang keluar dari tray ke-14 dan 16 yang masuk d. Side Steam berupa Kerosene yang keluar dari tray ke-14 dan 16 yang masuk d. Side Steam berupa Kerosene yang keluar dari tray ke-14 dan 16 yang masuk ke kerosene Striper pada tray ke-6 (sekarang tidak beroperasi dipakai untuk ke kerosene Striper pada tray ke-6 (sekarang tidak beroperasi dipakai untuk ke kerosene Striper pada tray ke-6 (sekarang tidak beroperasi dipakai untuk produk solar) produk solar) produk solar)

e. Bottom produk berupa PH Solar yang selanjutnya didinginkan di Box Cooler e. Bottom produk berupa PH Solar yang selanjutnya didinginkan di Box Cooler e. Bottom produk berupa PH Solar yang selanjutnya didinginkan di Box Cooler

2 (BC-2) (PH Solar sudah tidak diproduksikan). 2 (BC-2) (PH Solar sudah tidak diproduksikan). 2 (BC-2) (PH Solar sudah tidak diproduksikan). Top produk dari kolom C-2 diinjeksikan dengan amoniak bertujuan Top produk dari kolom C-2 diinjeksikan dengan amoniak bertujuan Top produk dari kolom C-2 diinjeksikan dengan amoniak bertujuan

untuk mengikat asam klorida yang berasal dari garam-garam tanah sehingga untuk mengikat asam klorida yang berasal dari garam-garam tanah sehingga untuk mengikat asam klorida yang berasal dari garam-garam tanah sehingga dapat mengurangi kadar asam dalam gasoline dan pH dapat diusahakan netral. dapat mengurangi kadar asam dalam gasoline dan pH dapat diusahakan netral. dapat mengurangi kadar asam dalam gasoline dan pH dapat diusahakan netral.

Pada kolom C-2 feed yang masuk berasal dari: Pada kolom C-2 feed yang masuk berasal dari: Pada kolom C-2 feed yang masuk berasal dari:

a. Top produk kolom C.1.A a. Top produk kolom C.1.A a. Top produk kolom C.1.A

b. Reflux Petrasol 2 b. Reflux Petrasol 2 b. Reflux Petrasol 2

c. Side Reflux (LAWS 3)/CB c. Side Reflux (LAWS 3)/CB c. Side Reflux (LAWS 3)/CB Hasil dari kolom C-2: Hasil dari kolom C-2: Hasil dari kolom C-2:

a. Top produk yaitu Petrasol 2 a. Top produk yaitu Petrasol 2 a. Top produk yaitu Petrasol 2 a. Top produk yaitu Petrasol 2 a. Top produk yaitu Petrasol 2 a. Top produk yaitu Petrasol 2

c. Side Stream yaitu CB/LAWS 3. c. Side Stream yaitu CB/LAWS 3. c. Side Stream yaitu CB/LAWS 3.

e. Pengembunan dan Pendinginan e. Pengembunan dan Pendinginan e. Pengembunan dan Pendinginan Produk-produknya akhir dari proses distilasi yanng berasal dari kolom Produk-produknya akhir dari proses distilasi yanng berasal dari kolom Produk-produknya akhir dari proses distilasi yanng berasal dari kolom fraksinasi C-2 dimasukkan dalam kondensor atau cooler yang berfungsi fraksinasi C-2 dimasukkan dalam kondensor atau cooler yang berfungsi fraksinasi C-2 dimasukkan dalam kondensor atau cooler yang berfungsi mengembunkan dan mendinginkan produk-produk tersebut. Fase uap yang mengembunkan dan mendinginkan produk-produk tersebut. Fase uap yang mengembunkan dan mendinginkan produk-produk tersebut. Fase uap yang diembunkan pada kondensor berasal dari top produk kolom C-2 yaitu Petrasol 2. diembunkan pada kondensor berasal dari top produk kolom C-2 yaitu Petrasol 2. diembunkan pada kondensor berasal dari top produk kolom C-2 yaitu Petrasol 2.

Fase cair yang diinginkan pada cooler adalah produk yang berasal dari: Fase cair yang diinginkan pada cooler adalah produk yang berasal dari: Fase cair yang diinginkan pada cooler adalah produk yang berasal dari:

a. Side Stream kolom C-2 yang sebagian dari produknya akan dijadikan reflux, a. Side Stream kolom C-2 yang sebagian dari produknya akan dijadikan reflux, a. Side Stream kolom C-2 yang sebagian dari produknya akan dijadikan reflux, didinginkan pada cooler C-5 dan 9 didinginkan pada cooler C-5 dan 9 didinginkan pada cooler C-5 dan 9

b. Bottom produk kolom C-2 yaitu LAWS 3 yang masuk cooler CL-13 dan 14 b. Bottom produk kolom C-2 yaitu LAWS 3 yang masuk cooler CL-13 dan 14 b. Bottom produk kolom C-2 yaitu LAWS 3 yang masuk cooler CL-13 dan 14

0 0 0 0 0 pada suhu 140 0 pada suhu 140 pada suhu 140 C dan keluar pada suhu 42 C dan keluar pada suhu 42 C dan keluar pada suhu 42 C C C

c. Side Stream kolom C.1.A yaitu LAWS 4 didinginkan pada cooler CL-1 dan 2 c. Side Stream kolom C.1.A yaitu LAWS 4 didinginkan pada cooler CL-1 dan 2 c. Side Stream kolom C.1.A yaitu LAWS 4 didinginkan pada cooler CL-1 dan 2

d. Bottom produk kerosene striper (C-3) yaitu kerosene yang masuk cooler CL- d. Bottom produk kerosene striper (C-3) yaitu kerosene yang masuk cooler CL- d. Bottom produk kerosene striper (C-3) yaitu kerosene yang masuk cooler CL-

0 0 0 0 0 7,8 dan 12 pada suhu 160 0 7,8 dan 12 pada suhu 160 7,8 dan 12 pada suhu 160 C dan keluar pada suhu 32 C dan keluar pada suhu 32 C dan keluar pada suhu 32

C (sekarang tidak C (sekarang tidak C (sekarang tidak dioperasikan) dioperasikan) dioperasikan)

e. Bottom produk solar striper (C-4) yaitu solar didinginkan dalam cooler CL- e. Bottom produk solar striper (C-4) yaitu solar didinginkan dalam cooler CL- e. Bottom produk solar striper (C-4) yaitu solar didinginkan dalam cooler CL-

0 0 6,10, dan 11 sehingga suhu keluar cooler adalah 40 0 6,10, dan 11 sehingga suhu keluar cooler adalah 40 6,10, dan 11 sehingga suhu keluar cooler adalah 40

C. Fase cair yang C. Fase cair yang C. Fase cair yang didinginkan pada box cooler adalah: didinginkan pada box cooler adalah: didinginkan pada box cooler adalah:

a) Top produk C2 yaitu Petrasol 2 yang telah diembunkan dalam kondensor a) Top produk C2 yaitu Petrasol 2 yang telah diembunkan dalam kondensor a) Top produk C2 yaitu Petrasol 2 yang telah diembunkan dalam kondensor didinginkan dalam box cooler BC-3 sampai 8 didinginkan dalam box cooler BC-3 sampai 8 didinginkan dalam box cooler BC-3 sampai 8

b) Bottom produk kolom C.1.A yaitu PH Solar masuk ke BC-2 pada suhu b) Bottom produk kolom C.1.A yaitu PH Solar masuk ke BC-2 pada suhu b) Bottom produk kolom C.1.A yaitu PH Solar masuk ke BC-2 pada suhu

0 0 0 0 0 275 0 275 275 C dan keluar dengan suhu 85 C dan keluar dengan suhu 85 C dan keluar dengan suhu 85 C (PH Solar sekarang dijadikan sebagai C (PH Solar sekarang dijadikan sebagai C (PH Solar sekarang dijadikan sebagai produk solar) produk solar) produk solar)

c) Bottom produk residu striper (C-5) yaitu residu setelah keluar dari HE-2 dan c) Bottom produk residu striper (C-5) yaitu residu setelah keluar dari HE-2 dan c) Bottom produk residu striper (C-5) yaitu residu setelah keluar dari HE-2 dan

0 0 0 0 0 3 masuk ke BC-1 pada suhu 110 0 3 masuk ke BC-1 pada suhu 110 3 masuk ke BC-1 pada suhu 110 C dan keluar pada suhu 60-80 C dan keluar pada suhu 60-80 C dan keluar pada suhu 60-80 C masuk ke C masuk ke C masuk ke tangki T122 dan T123. tangki T122 dan T123. tangki T122 dan T123.

f. Pemisahan f. Pemisahan f. Pemisahan Produk-produk yang telah didinginkan dalam cooler, sebelum digunakan Produk-produk yang telah didinginkan dalam cooler, sebelum digunakan Produk-produk yang telah didinginkan dalam cooler, sebelum digunakan sebagai produk akhir harus dipisahkan dari air dan gas yang terikut. Proses sebagai produk akhir harus dipisahkan dari air dan gas yang terikut. Proses sebagai produk akhir harus dipisahkan dari air dan gas yang terikut. Proses pemisahan ini berlangsung didalam separator dengan prinsip perbedaan berat pemisahan ini berlangsung didalam separator dengan prinsip perbedaan berat pemisahan ini berlangsung didalam separator dengan prinsip perbedaan berat jenis. Produk yang berupa minyak akan berada di bagian atas sedangkan air jenis. Produk yang berupa minyak akan berada di bagian atas sedangkan air jenis. Produk yang berupa minyak akan berada di bagian atas sedangkan air dikeluarkan lewat bagian bawah. Gas-gas ringan akan dikeluarkan melalui gas dikeluarkan lewat bagian bawah. Gas-gas ringan akan dikeluarkan melalui gas dikeluarkan lewat bagian bawah. Gas-gas ringan akan dikeluarkan melalui gas flare (gas yang tidak dapat diembunkan). flare (gas yang tidak dapat diembunkan). flare (gas yang tidak dapat diembunkan).

0 0 Produk Petrasol 2 masuk ke dalam separator S-1 dan S-3 pada suhu 38 0 Produk Petrasol 2 masuk ke dalam separator S-1 dan S-3 pada suhu 38 Produk Petrasol 2 masuk ke dalam separator S-1 dan S-3 pada suhu 38 C C C selanjutnya ditampung dalam tangki T-114, T-115, T-116, dan T-117. Produk selanjutnya ditampung dalam tangki T-114, T-115, T-116, dan T-117. Produk selanjutnya ditampung dalam tangki T-114, T-115, T-116, dan T-117. Produk

0 0 LAWS 3 masuk ke separator S-4 pada suhu 44 0 LAWS 3 masuk ke separator S-4 pada suhu 44 LAWS 3 masuk ke separator S-4 pada suhu 44

C, naphta masuk separator C, naphta masuk separator C, naphta masuk separator

0 0 masuk separator S-2 pada suhu 42 0 masuk separator S-2 pada suhu 42 masuk separator S-2 pada suhu 42

C, LAWS 4 masuk ke separator S-8 pada C, LAWS 4 masuk ke separator S-8 pada C, LAWS 4 masuk ke separator S-8 pada

0 0 0 0 0 suhu 34 0 suhu 34 suhu 34 C. Kerosene masuk ke S-5 pada suhu 32 C. Kerosene masuk ke S-5 pada suhu 32 C. Kerosene masuk ke S-5 pada suhu 32 C (sekarang tidak beroperasi) C (sekarang tidak beroperasi) C (sekarang tidak beroperasi)

0 0 dan solar masuk ke separator S-6 pada suhu 40 0 dan solar masuk ke separator S-6 pada suhu 40 dan solar masuk ke separator S-6 pada suhu 40 C sedangkan PH solar masuk ke C sedangkan PH solar masuk ke C sedangkan PH solar masuk ke

0 0 separator S-7 pada suhu 82 0 separator S-7 pada suhu 82 separator S-7 pada suhu 82 C (sekarang tidak beroperasi). C (sekarang tidak beroperasi). C (sekarang tidak beroperasi).

3.3.4.2 Proses Treating 3.3.4.2 Proses Treating 3.3.4.2 Proses Treating

Pada umumnya minyak mentah (crude oil) dan produk masih Pada umumnya minyak mentah (crude oil) dan produk masih Pada umumnya minyak mentah (crude oil) dan produk masih mengandung kotoran-kotoran berupa hydrogen sulfide (H mengandung kotoran-kotoran berupa hydrogen sulfide (H mengandung kotoran-kotoran berupa hydrogen sulfide (H 2 2 2 S), mercnaphtan S), mercnaphtan S), mercnaphtan (RSH), MgCl (RSH), MgCl (RSH), MgCl 2 2 2 , NaCl dan lain-lain dalam jumlah tertentu. Kotoran-kotoran , NaCl dan lain-lain dalam jumlah tertentu. Kotoran-kotoran , NaCl dan lain-lain dalam jumlah tertentu. Kotoran-kotoran tersebut dapat menimbulkan hal-hal sebagai berikut korosi pada peralatan, bau tersebut dapat menimbulkan hal-hal sebagai berikut korosi pada peralatan, bau tersebut dapat menimbulkan hal-hal sebagai berikut korosi pada peralatan, bau yang tidak enak pada saat pembakaran, dan penurunan stabilitas pada yang tidak enak pada saat pembakaran, dan penurunan stabilitas pada yang tidak enak pada saat pembakaran, dan penurunan stabilitas pada penyimpanan. penyimpanan. penyimpanan.

Proses treating merupakan proses yang bertujuan untuk mengurangi Proses treating merupakan proses yang bertujuan untuk mengurangi Proses treating merupakan proses yang bertujuan untuk mengurangi kotoran yang terdapat dalam produk pada unit pengolahan minyak dan gas bumi kotoran yang terdapat dalam produk pada unit pengolahan minyak dan gas bumi kotoran yang terdapat dalam produk pada unit pengolahan minyak dan gas bumi di Pusdiklat Migas Cepu, proses treating dilakukan hanya pada produk Petrasol di Pusdiklat Migas Cepu, proses treating dilakukan hanya pada produk Petrasol di Pusdiklat Migas Cepu, proses treating dilakukan hanya pada produk Petrasol

2, LAWS 3 dan 4 yaitu dengan cara injeksi ammonia (NH 2, LAWS 3 dan 4 yaitu dengan cara injeksi ammonia (NH 2, LAWS 3 dan 4 yaitu dengan cara injeksi ammonia (NH 3 3 3 ) pada puncak kolom ) pada puncak kolom ) pada puncak kolom C-2 dan dengan proses pencucian menggunakan soda (NaOH). C-2 dan dengan proses pencucian menggunakan soda (NaOH). C-2 dan dengan proses pencucian menggunakan soda (NaOH).

a. Injeksi Ammonia a. Injeksi Ammonia a. Injeksi Ammonia Injeksi ammonia ini bertujuan untuk mencegah dan mengurangi korosi karena Injeksi ammonia ini bertujuan untuk mencegah dan mengurangi korosi karena Injeksi ammonia ini bertujuan untuk mencegah dan mengurangi korosi karena adanya kotoran-kotoran dalam minyak bumi. Garam-garam yang mengendap di adanya kotoran-kotoran dalam minyak bumi. Garam-garam yang mengendap di adanya kotoran-kotoran dalam minyak bumi. Garam-garam yang mengendap di dalam air dipisahkan menggunakan separator. dalam air dipisahkan menggunakan separator. dalam air dipisahkan menggunakan separator.

b. Soda Treating b. Soda Treating b. Soda Treating Produk petrasol yang keluar dari separator dan ditampung dalam tangki produk Produk petrasol yang keluar dari separator dan ditampung dalam tangki produk Produk petrasol yang keluar dari separator dan ditampung dalam tangki produk masih mengandung kotoran-kotoran belerang, antara lain adalah H masih mengandung kotoran-kotoran belerang, antara lain adalah H masih mengandung kotoran-kotoran belerang, antara lain adalah H 2 2 2 S dan RSH. S dan RSH. S dan RSH. Dari senyawa ini meskipun sudah diinjeksikan ammonia pada saat keluar kolom Dari senyawa ini meskipun sudah diinjeksikan ammonia pada saat keluar kolom Dari senyawa ini meskipun sudah diinjeksikan ammonia pada saat keluar kolom fraksinasi tetapi keadaan sulfur masih ada karena tidak semua ammonia fraksinasi tetapi keadaan sulfur masih ada karena tidak semua ammonia fraksinasi tetapi keadaan sulfur masih ada karena tidak semua ammonia bereaksi. Sehingga untuk memperoleh produk dengan larutan NaOH dengan bereaksi. Sehingga untuk memperoleh produk dengan larutan NaOH dengan bereaksi. Sehingga untuk memperoleh produk dengan larutan NaOH dengan kadar 15-25% berat. kadar 15-25% berat. kadar 15-25% berat. Variabel-variabel yang mempengaruhi pada proses ini adalah: Variabel-variabel yang mempengaruhi pada proses ini adalah: Variabel-variabel yang mempengaruhi pada proses ini adalah:

1. Konsentrasi soda 20-25% 1. Konsentrasi soda 20-25% 1. Konsentrasi soda 20-25%

2. Kualitas feed 2. Kualitas feed 2. Kualitas feed

3. Temperatur 3. Temperatur 3. Temperatur

4. Perbandingan petrasol dan soda 4. Perbandingan petrasol dan soda 4. Perbandingan petrasol dan soda

5. Mixing 5. Mixing 5. Mixing

6. Setting time 6. Setting time 6. Setting time Proses treating pada unit kilang di Pusdiklat Migas Cepu adalah sebagai berikut: Proses treating pada unit kilang di Pusdiklat Migas Cepu adalah sebagai berikut: Proses treating pada unit kilang di Pusdiklat Migas Cepu adalah sebagai berikut:

Larutan NaOH di pompa menuju pipa pencampur melalui rotameter, Larutan NaOH di pompa menuju pipa pencampur melalui rotameter, Larutan NaOH di pompa menuju pipa pencampur melalui rotameter, demikian juga pertasol dari kilang . Rotameter berfungsi untuk mengatur demikian juga pertasol dari kilang . Rotameter berfungsi untuk mengatur demikian juga pertasol dari kilang . Rotameter berfungsi untuk mengatur perbandingan flowrate antara pertasol dengan larutan NaOH. Didalam pipa perbandingan flowrate antara pertasol dengan larutan NaOH. Didalam pipa perbandingan flowrate antara pertasol dengan larutan NaOH. Didalam pipa pencampur diatur turbulensinya dengan statis mixer sehingga didapatkan pencampur diatur turbulensinya dengan statis mixer sehingga didapatkan pencampur diatur turbulensinya dengan statis mixer sehingga didapatkan pencampuran yang baik. Setelah itu masuk ke tangki pemisah yang akan pencampuran yang baik. Setelah itu masuk ke tangki pemisah yang akan pencampuran yang baik. Setelah itu masuk ke tangki pemisah yang akan memisahkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur. Pemisahan yang memisahkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur. Pemisahan yang memisahkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur. Pemisahan yang dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana fraksi berat yaitu NaOH dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana fraksi berat yaitu NaOH dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana fraksi berat yaitu NaOH akan turun sedangkan fraksi ringan yaitu poertasol benda diatasnya. Pertasol akan turun sedangkan fraksi ringan yaitu poertasol benda diatasnya. Pertasol akan turun sedangkan fraksi ringan yaitu poertasol benda diatasnya. Pertasol bebas sulfur dipompa masuk ke dalam tangki penampung pertasol, sedangkan bebas sulfur dipompa masuk ke dalam tangki penampung pertasol, sedangkan bebas sulfur dipompa masuk ke dalam tangki penampung pertasol, sedangkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur apabila konsentrasinya masih larutan NaOH yang telah mengikat sulfur apabila konsentrasinya masih larutan NaOH yang telah mengikat sulfur apabila konsentrasinya masih Larutan NaOH di pompa menuju pipa pencampur melalui rotameter, Larutan NaOH di pompa menuju pipa pencampur melalui rotameter, Larutan NaOH di pompa menuju pipa pencampur melalui rotameter, demikian juga pertasol dari kilang . Rotameter berfungsi untuk mengatur demikian juga pertasol dari kilang . Rotameter berfungsi untuk mengatur demikian juga pertasol dari kilang . Rotameter berfungsi untuk mengatur perbandingan flowrate antara pertasol dengan larutan NaOH. Didalam pipa perbandingan flowrate antara pertasol dengan larutan NaOH. Didalam pipa perbandingan flowrate antara pertasol dengan larutan NaOH. Didalam pipa pencampur diatur turbulensinya dengan statis mixer sehingga didapatkan pencampur diatur turbulensinya dengan statis mixer sehingga didapatkan pencampur diatur turbulensinya dengan statis mixer sehingga didapatkan pencampuran yang baik. Setelah itu masuk ke tangki pemisah yang akan pencampuran yang baik. Setelah itu masuk ke tangki pemisah yang akan pencampuran yang baik. Setelah itu masuk ke tangki pemisah yang akan memisahkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur. Pemisahan yang memisahkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur. Pemisahan yang memisahkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur. Pemisahan yang dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana fraksi berat yaitu NaOH dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana fraksi berat yaitu NaOH dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana fraksi berat yaitu NaOH akan turun sedangkan fraksi ringan yaitu poertasol benda diatasnya. Pertasol akan turun sedangkan fraksi ringan yaitu poertasol benda diatasnya. Pertasol akan turun sedangkan fraksi ringan yaitu poertasol benda diatasnya. Pertasol bebas sulfur dipompa masuk ke dalam tangki penampung pertasol, sedangkan bebas sulfur dipompa masuk ke dalam tangki penampung pertasol, sedangkan bebas sulfur dipompa masuk ke dalam tangki penampung pertasol, sedangkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur apabila konsentrasinya masih larutan NaOH yang telah mengikat sulfur apabila konsentrasinya masih larutan NaOH yang telah mengikat sulfur apabila konsentrasinya masih

3.3.4.3 Proses Blending 3.3.4.3 Proses Blending 3.3.4.3 Proses Blending

Proses blending merupakan pencampuran antara dua zat yang Proses blending merupakan pencampuran antara dua zat yang Proses blending merupakan pencampuran antara dua zat yang mempunyai komposisi berbeda untuk memperoleh hasil yang telah ditentukan, mempunyai komposisi berbeda untuk memperoleh hasil yang telah ditentukan, mempunyai komposisi berbeda untuk memperoleh hasil yang telah ditentukan, dengan tujuan: dengan tujuan: dengan tujuan:

a. Meningkatkan mutu/kualitas produk a. Meningkatkan mutu/kualitas produk a. Meningkatkan mutu/kualitas produk

b. Membuat produk baru b. Membuat produk baru b. Membuat produk baru

c. Menekan biaya c. Menekan biaya c. Menekan biaya Pada Unit Pengolahan PUSDIKLAT MIGAS Cepu, proses blending Pada Unit Pengolahan PUSDIKLAT MIGAS Cepu, proses blending Pada Unit Pengolahan PUSDIKLAT MIGAS Cepu, proses blending

dilakukan untuk menghasilkan BOD yang merupakan campuran AFO dengan dilakukan untuk menghasilkan BOD yang merupakan campuran AFO dengan dilakukan untuk menghasilkan BOD yang merupakan campuran AFO dengan Solar. Kegunaannya adalah untuk meredam goni supaya tahan lama dan R30 Solar. Kegunaannya adalah untuk meredam goni supaya tahan lama dan R30 Solar. Kegunaannya adalah untuk meredam goni supaya tahan lama dan R30 yang merupakan campuran antara solar dengan residu sebagai bahan bakar yang merupakan campuran antara solar dengan residu sebagai bahan bakar yang merupakan campuran antara solar dengan residu sebagai bahan bakar industri. industri. industri.