Kerangka Berpikir

B. Kerangka Berpikir

Pasca Reformasi 1998 Sistem Pemerintahan

Sistem Politik

Pemilu

Pil Pres MPR

Politik Aliran

Gambar: 1. Skema Kerangka Berpikir Tentang Koalisi Partai Islam dalam

Perkembangan Politik di Indonesia Tahun 1999-2004

Keterangan:

Pasca Reformasi 1998 masih terdapat masalah-masalah yang belum terselesaikan dari peristiwa sebelumnya. Rasa ketidakpuasan masyarakat semakin besar dan menuntut pertanggungjawaban Habibie sebagai Presiden RI pada waktu itu. Kemudian Presiden B.J. Habibie melakukan Pemilu secara cepat pada tahun 1999 yang mana pada pemilu ini berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya pada masa Orde Baru. Setelah masa transisi di bawah pimpinan B.J. Habibie, partai politik yang selama periode Orde Baru diposisikan sebagai ‘pelengkap’ dan ‘aksesori’ demokrasi, pada masa pasca reformasi dikembalikan lagi fungsinya sebagai sarana Pasca Reformasi 1998 masih terdapat masalah-masalah yang belum terselesaikan dari peristiwa sebelumnya. Rasa ketidakpuasan masyarakat semakin besar dan menuntut pertanggungjawaban Habibie sebagai Presiden RI pada waktu itu. Kemudian Presiden B.J. Habibie melakukan Pemilu secara cepat pada tahun 1999 yang mana pada pemilu ini berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya pada masa Orde Baru. Setelah masa transisi di bawah pimpinan B.J. Habibie, partai politik yang selama periode Orde Baru diposisikan sebagai ‘pelengkap’ dan ‘aksesori’ demokrasi, pada masa pasca reformasi dikembalikan lagi fungsinya sebagai sarana

Hasil dari pemilu 1999 menempatkan PDI Perjuangan (Partai Nasionalis) sebagai pemenang pemilu. Dari 48 partai peserta pemilu ini, tidak ada yang bisa memperoleh suara mutlak yaitu 50% ditambah satu atau mendapat suara dominan (the dominant party) yang memaksa terjadinya proses koalisi yang sangat longgar ataupun dapat dikatakan aliansi untuk memilih seseorang menjadi presiden. Hal ini untuk menuju pada pemilihan Presiden yang dilakukan oleh MPR. Partai-partai ini ada yang berhaluan Sekuler dan berhaluan Islam. PDI Perjuangan yang merupakan partai baru pada saat itu telah berhasil menjadi pemenang pemilu meskipun jumlah suaranya kurang dari 50%. Maka untuk menjadikan calon sebagai Presiden cara yang ditempuh adalah dengan berkoalisi. Hal ini sangat disadari oleh Golkar sebagai partai dengan perolehan suara terbanyak kedua setelah PDI Perjuangan, dan Golkar akan memanfaatkan untuk meloloskan calon Presiden Habibie untuk menjadi Presiden RI keempat. Ketegangan politik pun terjadi antara pihak Golkar yang mendukung Habibie sebagai calon presiden Indonesia dan juga PDI Perjuangan yang mendukung Megawati untuk menjadi Presiden Indonesia selanjutnya.

Di kalangan partai politik Islam, PPP dapat dinilai yang paling keras dan serius menentang serta menolak Megawati Soekarnoputri untuk tampil menjadi kandidat Presiden menggantikan Habibie. Alasan yang kerap dipakai oleh para tokoh PPP, terutama Hamzah Haz dan Zarkasih Noor, adalah karena Megawati seorang perempuan, sedangkan sebagian besar ulama Islam mengharamkan perempuan tampil sebagai kepala Negara.

membentuk Poros Tengah untuk menengahi masalah tersebut. Poros Tengah merupakan gabungan atau koalisi dari beberapa partai yang berhalauan Islam. Poros Tengah sendiri digunakan untuk menjegal megawati dari kursi calon presiden karena beberapa alasan.

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dicalonkan oleh tiga fraksi Poros Tengah: Fraksi Reformasi, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan dan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa sebagai alternatif calon Presiden berhasil memenagkan pemilihan Presiden dengan mengalahkan Megawati Soekarno yang diusung oleh Partai pemenang Pemilu 1999. Dalam perkembangan selanjutnya Koalisi Poros Tengah ini saling bekerjasama dengan Presiden atau mendukung Presiden dalam membangun sistem pemerintahan di Indonesia bahkan ketika lengsernya Abdurrahman Wahid, Koalisi Partai Islam ini juga berpengaruh di dalamnya. Pada saat pemerintahan beralih ke Megawati Soekarnoputri koalisi partai Islam ini terpecah menjadi koalisi dalam sistem pemerintahan dan koalisi di luar sistem pemerintahan atau sebagai oposisi.