Pola Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Miskin Pendekatan Berperspektif Perencanaan Sosial

47 negara-negara berkembang terus menerus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaruh arus informasi maupun dinamika dan tuntutan masyarakat Rodinnelle, 1989 : 14. Dalam paradigma pembangunan untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan masyarakat miskin selain dibutuhkan pelayanan publik yang efisien dan efektif oleh birokrasi pemerintahan, juga dituntut terciptanya suatu kondisi yang memberikan akses yang sama pada setiap penduduk dalam memperoleh pelayanan publik. Strategi dan pendekatan pembangunan yang lebih memfokuskan pada keunggulan potensi untuk memperbaiki proses pelaksanaan pembangunan dengan memberi kekuatan, kesempatan dan kekuasaan individu, kelompok sasaran lokal, masyarakat serta struktur kelembagaan pembangunan capacity, capability and institutional locally, agar berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pendekatan ini berusaha untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada birokrasi pemerintahan. Birokrasi pemerintahan dalam pelayanan publik hendaknya lebih melakukan peran dan fungsi sebagai “steering organization” ketimbang sebagai “rowing organization” untuk menjamin tumbuhnya self-sustaining capacity masyarakat menuju sustained development seperti disarankan seperti disarankan Osborne dan Gaebler, 1992 : 47.

2.6.3 Pola Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Miskin

Konsep bahwa perumahan adalah komoditi atau serupa dengan benda konsumsi yang diperjual-belikan begitu saja menyebabkan kebijakan dan program yang digariskan tertuju pada pembangunan rumah-rumah baru dengan target kuantitas fisik, untuk dipasarkan sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan sesuai dengan mekanisme pasar. Namun, konsep tersebut kurang tepat, karena selain sebagai tempat berlindung shelter perumahan juga merupakan benda kebutuhan sosial socially desirable good yang banyak berpengaruh terhadap kesehatan, kesejahteraan dan berfungsinya keluarga. Hal ini menyebabkan perubahan kebijakan dan program perumahan, dimana perumahan ditujukan pada segenap lapisan masyarakat khususnya yang berpenghasilan rendah dengan 48 berbagai alternatif seperti permejaan kota, penyediaan kavling siap bangunan atau “site and service” dan pembangunan infrastruktur lainnya.

2.6.4 Pendekatan Berperspektif Perencanaan Sosial

Konsep komunitas tampaknya kurang diperhatikan dalam proses perencanaan kota terutama dalam pengentasan kemiskinan perkotaan, padahal komunitas merupakan suatu unit sosial yang penting secara sosiologis dan unsur ini sebenarnya dapat menjadi penentu keberhasilan pembangunan sosial di perkotaan. Kurangnya perhatian pada analisis potensi sosial pada suatu komunitas merupakan cermin dari kurangnya perhatian terhadap variabel-variabel sosial dalam perencanaan kota. Seolah-lah ada suatu keyakinan bahwa dinamika sosial secara otomatis akan mengikuti derap pembangunan fisik yang dilakukan, sehingga tidak perlu suatu perencanaan sosial secara khusus. Perencanan sosial adalah suatu perencanan yang fokus utamanya adalah kehidupan bersama, baik kehidupan bersama dalam masyarakat luas maupun dalam masyarakat kecil community. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengentasan kemiskinan dengan pendekatan kepada masing-masing komunitas. Hal ini terkait dengan perubahan tingkah laku masyarakat behavioural serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Perubahan-perubahan yang direncanakan dalam perencanaan sosial bukan perubahan individu-individu secara perseorangan maupun dalam kelompok tertentu melainkan suatu perubahan seluruh masyarakat sebagai suatu sistem.

2.7 Pola Kemiskinan di Permukiman Nelayan