32
2.2 Sebab Terjadinya Kemiskinan di Perkotaan
Menurut Loekman Sutrisno 1999 : 5, kemiskinan merupakan sebuah pertanyaan yang tidak menarik dan sekaligus berbahaya. Pertanyaan tentang sebab
tersebut pada akhirnya akan mengarah pada proses kemiskinan – bagaimana orang menjadi miskin. Tentu saja banyak pandangan yang berusaha untuk menjelaskan
adanya kemiskinan tersebut. Berikut akan dibahas mengenai tiga pandangan tentang kemiskinan.
Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, orang miskin pada umumnya merupakan kelompok masyarakat yang berada diluar sector ekonomi
yang “terorganisasi”, yaitu petani-petani yang bekerja sendiri di pedesaan dan orang-orang di sektor informal self employed perkotaan yang tumbuh pesat dan
tidak mendapatkan pekerjaan yang memadai. Pertumbuhan absolut jumlah orang miskin di perkotaan menyebabkan perhatian dan upaya penanganan kemiskinan
kota menjadi suatu “agenda” penting dalam lingkup pembangunan kota.
2.2.1 Pandangan Konservatif
Pandangan ini beranggapan bahwa pasar bebas dapat menjadi pondasi bagi kebebasan ekonomi dan politik, yang juga akan memungkinkan demokrasi.
Perbadaan-perbedaan dikalangan masyarakat semata-mata dipandang sebagai akibat dari perbedaan individu, pembawaan bakat dan karakter, termasuk motip
hidup. Tidak ada masalah dalam sistem, sebab sistem telah dianggap final atau tidak dapat diganggu gugat. Bahkan pandangan ini percaya bahwa pada masa
depan akan terjadi suatu kondisi yang menguntungkan bagi semua pihak. Sutrisno, 1999 : 6.
Jika sekarang terdapat golongan miskin, maka menurut pandangan tersebut, pangkal masalah ada pada orang miskin itu sendiri. Mereka yang miskin
itu dinilai pemalas, bodoh dan tidak punya keinginan untuk maju, kurang keterampilan serta hidup dalam kebudayaan yang anti kemajuan anti
modernisasi. Secara prinsip pandangan ini mendekati masalah dari sisi orban dan lebih cenderung menyalahkan korban. Oleh karena itu, untuk merubah mereka
yang miskin tersebut, maka perlu dilakukan intervensi, terutama bagi rekayasa
33
individu mengubah mentalitas si miskin agar memiliki daya hidup dan ketahanan dalam menghadapi tantangan dan perkembangan. Pendidikan-pendidikan untuk
memacu motivasi seseorang, pemberian latihan-latihan keterampilan, dapat dikatakan bersumber pada pandangan ini.
2.2.2 Pandangan Liberal
Dalam pandangan ini, sistem dianggap tidak bermasalah, letak masalah pada bagaimana sistem tersebut bekerja. Adanya kebocoran, in-efisiensi, tidak
adanya kontrol, korupsi, kolusi, nepotisme, hukum tidak berjalan, dan lain-lain, dipandang sebagai sumber masalah. Kesemuanya menunjukkan bahwa sistem
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Terdapat distorsi yang mengakibatkan fungsi dasar sistem menjadi mandul, dan di sisi lain menjadi faktor yang
mempersempit kesempatan pada sebagian orang dan membuka kesempatan pada bagian yang lain khususnya yang berada dekat dengan kekuasaan. Pada
prinsipnya pandangan ini tidak mempersoalkan struktur sosial, sehingga arah perubahannya pun tidak akan sampai pada perubahan struktur sosial. Sutrisno,
1999 : 12. Terhadap kemiskinan, golongan ini berpendapat, bahwa adanya
kemiskinan disebebkan oleh kesempatan yang tidak sama yang merupakan sebagai akibat dari manajemen yang amburadul berantakan dan tidak
profesional. Oleh sebab itu, jika orang miskin diberi kesempatan berusaha, maka masalah kemiskinan akan dapat diatasi. Pada sisi lain, untuk menghindari
terjadinya penyimpangan-penyimpangan, penyalahgunaan kekuasaan, diperlikan kontrol publik. Untuk keperluan itu diperlukan adanya jaminan agar masyarakat
bebas dari segala tata aturan yang menghambat gerak maju mereka, dan dengan itu diharapkan masyarakat dapat menjalankan fungsi kontrol yang ketat, termasuk
menghidupkan supremasi hukum. Usaha-usaha yang kini berkembang dalam skema bungkus gerakan reformasi, dapat dikatakan sebagai model dari
pandangan liberal.
34
2.2.3 Pandangan Transformatif