Lingkungan Sosial Budaya dan Perilaku

37 kadar garam 40 00 ke atas, meskipun di beberapa tempat di Sumatera Utara An. sundaicus ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer dapat hidup ditempat yang asampH rendah.

c. Lingkungan Biologi

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah Panchax spp, gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari rumah.

2. Lingkungan Sosial Budaya dan Perilaku

Banyak teori yang mencoba mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green 1980. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 dua faktor pokok, yakni faktor perilaku behaviour causes dan faktor diluar perilaku non behaviour causes. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu: 38 - Faktor-faktor predisposisi predisposing factor, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dsbnya; - Faktor-faktor pendukung enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, dsbnya; - Faktor-faktor pendorong reinforcing factors, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Berikut adalah beberapa hal yang dapat menjadi faktor risiko terhadap kejadian malaria a. Kebiasaan keluar rumah Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk.Kebiasaan penduduk berada di luar rumah pada malam hari dan juga tidak berpakaian berhubungan dengan kejadian malaria; 43 b. Pemakaian kelambu Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemakaian kelambu secara teratur pada waktu tidur malam hari mengurangi kejadian malaria. Menurut penelitian Piyarat 1986, penduduk yang tidak menggunakan kelambu secara teratur mempunyai risiko kejadian malaria 6,44 kali dibandingkan dengan yang menggunakan kelambu. 36 Penelitian Fungladda 1986 menyebutkan ada 39 perbedaan yang bermakna antara pemakaian kelambu setiap malam dengan kejadian malaria p=0,046 sebesar 1,52 kali. 44 Penelitian Suwendra 2003, menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan menggunakan kelambu dengan kejadian malaria p=0,000. 37 Penelitian Masra 2002, menunjukkan ada hubungan antara kebiasan menggunakan kelambu dengan kejadian malaria p=0,000. 41 Penelitian CH2N-UGM 2001 menyatakan bahwa individu yang tidak menggunakan kelambu saat tidur berpeluang terkena malaria 2,8 kali di bandingkan dengan yang menggunakan kelambu saat tidur; 45 c. Obat anti nyamuk Kegiatan ini hampir seluruhnya dilaksanakan sendiri oleh masyarakat seperti menggunakan obat nyamuk bakar, semprot, oles maupun secara elektrik. Penelitian Subki 2000, menyatakan bahwa ada hubungan antara penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian malaria p=0.001; 46 Selain faktor-faktor tersebut diatas, kejadian- kejadian seperti konflik antar penduduk, gempa bumi, tsunami dan perpindahan penduduk dapat pula menjadi faktor penting untuk meningkatkan malaria. Peningkatan pariwisata dan perjalanan dari daerah endemik mengakibatkan meningkatnya kasus malaria yang diimport. Nyamuk Anopheles yang biasanya hanya ditemukan di daerah dataran rendah, sekarang bahkan bisa ditemukan di daerah 40 pegunungan, yang tingginya diatas 2000 m dari permukaan laut. 3,14,27,29,30 Penyebaran ini juga dibantu oleh pengaruh angin yang membuat nyamuk mampu mencapai 40 km secara teoritis hanya bisa terbang 2-3 km. Penyebaran malaria juga ditunjang dengan adanya alat-alat transportasi moderen yang cepat, sebagian besar masyarakat yang berasal dari daerah non malaria menjadi terpapar oleh infeksi, dan terpengaruh secara serius setelah mereka kembali pulang dan kemudian menjadi sarana penularan dan penyebaran malaria.

G. Pencegahan Malaria

Pencegahan penyakit malaria, mencakup : 1. Pengurangan pengandung gametosit yang merupakan sumber infeksi. Pengandung gametosit atau penderita adalah merupakan sumber infeksi yang baik, bila pengandung gametosit memiliki gametosit yang cukup banyak di dalam darahnya maka pada saat darahnya diisap oleh nyamuk terinfeksi dan dapat menularkan penyakit. Bila gametosit yang terkandung dalam darah sedikit maka nyamuk tidak dapat terinfeksi sehingga tidak dapat menularkan penyakit. Ini meliputi pencarian, penemuan dan pengobatan penderita ACD . 25,47 2. Pemberantasan nyamuk vektor Pemberantasan nyamuk meliputi pengendalian tempat perindukan, larva dan nyamuk dewasa. Pengendalian tempat perindukan dilakukan antara lain dengan pengeringan dan pengisianpenimbunan lubang-