Budaya Organisasi Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara bermacam-macam juga berubah-ubah menurut cara pengaruh komunikasi ini ditentutukan dan diteguhkan melalui interaksi di antara angggota organisasi. Selanjutnya Kartono 2010, 135 mengemukakan, organisasi komunikasi juga dapat berfungsi: 1. Menghubungkan semua unsur yang melakukan relasi pada semua lapisan, sehingga menimbulkan rasa kesetiakawanan, dan loyalitas antar sesama. 2. Semua jajaran pimpinan dapat langsung mengetahui keadaan bidang- bidang yang dibawahi, sehingga berlangsung pengendalian operasional yang efisien. 3. Meningkatkan rasa tanggungjawab semua anggota, dan melibatkan mereka pada kepentingan organisasi. Muncullah kemudian rasa keterlibatan atau sense of envolvement dan rasa ikut memiliki sertasense of belonging atau rasa “menjadi bagian” dari suatu kelompok. 4. Memunculkan saling pengertian dan saling menghargai tugas masing- masing, sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan esprit de corps semangat korps.

2.1.3 Budaya Organisasi

2.1.3.1 Pengertian Budaya Organisasi

Mangkunegara 2005: 113 yang menyatakan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai nilai, dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal. Peter dalam Tika 2008:4 budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah masalah eksternal dan internal yang pelaksaannya dilaksanakan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian diwariskan kepada anggota anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah masalah terkait dalam organisasi. Robbins dalam Riani 2011: 7 budaya organisasi adalah nilai nilai dominan yang disebarluaskan dalam organisasi yang dijadikan filosofi kerja Universitas Sumatera Utara karyawan yang menjadi panduan bagi kebijakan organisasi dalam mengelola karyawan dan kosumen. Dengan demikian budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah masalah terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan didalam organisasi tersebut. Menurut Robbins dalam Tika 2008: 10: Karakteristik Budaya Organisasi 1. Inisiatif Individual Tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepenensi yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan organisasi sepanjang menyangkut ide untk memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan. 2. Toleransi terhadap tindakan beresiko Budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota untuk dapat bertindak agresif dan inovatif dalam memajukan organisasi atau perusahaan. 3. Pengarahan Sejauh mana organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapn yang diinginkan. Tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi. 4. Integrasi Sejauh mana organisasi dapat mendorong unit unit organisasi untuk bekerja dengan cara terkoordinasi, kekompakan unit unit tersebut dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan. 5. Dukungan manajemen Sejauh mana manajer dapat memberikan arahan atau komunikasi, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan. 6. Kontrol Alat yang di pakai adalah peraturan peraturan atau norma norma yang berlaku di dalam organisasi. Diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga Universitas Sumatera Utara pengawas yang dapat mengawasi dan mengendalikan perilaku anggota organisasi atau karyawan. 7. Identitas Sejauh mana para anggota suatu organisasi atau perusahaan dapat mengidentifikasi dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu. 8. Sistem imbalan Sejauh mana alokasi imbalan kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya didasarkan atas dasar prestasi kerja karyawan, bukan didasarkan sinioritas, sikap pilih kasih dan sebagainya. 9. Toleransi terhadap konflik Sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi di suatu organisasi, namun perbedaan pendapat dan kritikan dapat digunakan sebagai perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. 10. Pola komunikasi Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal. Kadang kadang hirarki ini dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri. Dengan menilai organisasi itu berdasarkan sepuluh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan didalamnya, dan cara para anggota berprilaku. Menurut Robbins dalam Tika 2008:109 Ciri ciri budaya organisasi yang kuat adalah sebagai berikut; 1. Anggota anggota organisasi loyal kepada organisasi 2. Pedoman bertingkah laku bagi orang orang di dalam perusahaan digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang Universitas Sumatera Utara orang didalam perusahaan sehingga orang orang yang bekerja menjadi sangat kohesif. 3. Nilai nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari hari secara konsisten oleh orang orang yang bekerja dalam perusahaan. 4. Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan pahlawan organisasi dan secara sistematis menciptakan bermacam macam tingkat pahlawan. 5. Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah. 6. Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita cerita kehebatan para pahlawannya. Sementara menurut Kennedy dalam Tika 2008:111 ciri ciri budaya organisasi lemah, adalah: 1. Mudah terbentuk kelompok kelompok yang bertentangan satu sama lain. 2. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi. 3. Anggota organisasi tidak segan segan mengorbankan kepentingan organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri. Schein dalam Sumarwanto 2010: 19 melihat budaya organisasi dari 3 tiga variable dimensi budaya organisasi, yaitu dimensi adaptasi eksternal external adaptation tasks, dimensi integrasi internal internal intergration tasks dan dimensi asumsi-asumsi dasar basic underlying assumtions, lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut : 1. Dimensi Adaptasi Eksternal External Adaptation Tasks Sesuai teori Edgar H. Schein, maka untuk mengetahui variable Dimensi Adaptasi Eksternal, indikator-indikator yang akan diteliti lebih lanjut meliputi: misi, tujuan, sarana dasar, pengkuran keberhasilan dan strategi cadangan. Pada organisasi bussinesprivate yang berorientasi pada profit, misi merupakan upaya adaptasi terhadap kepentingan-kepentingan investor dan stakeholder, penyedia barang-barang yang dibutuhkan untuk produksinya, manager, karyawan, masyarakat, pemerintah dan konsumen. Universitas Sumatera Utara 2. Dimensi Integrasi Internal Internal Intergration Tasks Dimensi Integrasi Internal, indikator-indikator yang akan diteliti, yaitu: bahasa yang sama, batasan dalam kelompok, penempatan status kekuasaan, hubungan dalam kelompok, penghargaan dan bagaimana mengatur yang sulit diatur. 3. Dimensi Asumsi-Asumsi Dasar Basic Underlying Assumtions Indikator-indikator yang untuk mengetahui variable dimensi asumsi- asumsi dasar, yaitu: hubungan dengan lingkungan, hakekat kegiatan manusia, hakekat kenyataan dan kebenaran, hakekat waktu, hakekat kebenaran manusia, hakekat hubungan antar manusia, homogenitas versus heterogenitas.

2.1.3.2 Interaksi Organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola adalah gambar yang dibuat contohmodel ataupun bentuk struktur yang tetap. Jika dihubungkan dengan interaksi, maka pola interaksi adalah bentuk bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentukpola interaksi soaial. Bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dan individu, individu dan kelompok, kelompok dan kelompok bersifat dinamis dan pola tertentu. Apabila interaksi sosial tersebut diulang menurut pola yang sama dan bertahan untuk jangka waktu yang lama, akan terwujud hubungan soaial yang relatif mapan. Pola interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Berdasarkan kedudukan soaial status dan peranannya. Contohnya, seorang guru yang berhubungan dengan muridnya harus mencerminkan perilaku seorang guru. Sebaliknya, siswa harus menaati gurunya. 2. Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu titik yang merupakan hasil dari kegiatan tadi. Contohnya, dari adanya Universitas Sumatera Utara interaksi seorang melakukan penyesuaian, pembauran, terjalin kerjasama, adanya persaingan, muncul suatu pertentangan, dan seterusnya. 3. Mengandung dinamika. Artinya, dalam proses interaksi sosial terdapat berbagai keadaan nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah pada kesempurnaan maupun kehancuran. Contohnya, penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat dapat menciptakan keteraturan sosial. 4. Tidak mengenal waktu, tempat dan keadaan tertentu. Berarti interaksi sosial dapat terjadi kapan dan dimanapun, dan dapat berakibat positif atau negatif terhadap kehidupan masyarakat. Contohnya, sebuah sekolah yang terkenal memiliki disiplin dan tata tertib yang ketat dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, pada suatu ketika menjadi tercemar karena ada siswanya yang melakukan tindakan amoral Waluya, 2007: 44. H. Boner dalam Ahmadi, 2007: 49 mengemukakan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Maryati dan Suryawati menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar indi vidu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani, “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”. Interaksi sosial merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk tindakan- tindakan yang berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Bila interaksi itu berdasarkan pada tindakan yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka kemungkinan hubungan tersebut berjalan lancar. Misalnya, apabila kita mengutarakan sesuatu dengan hormat dan sopan terhadap orang tua, maka kita akan dilayani dengan baik. Sebaliknya, jika kita berperilaku tidak sopan dan tidak hormat terhadap orang tua, maka mereka akan marah, yang akhirnya hubungan antara kita dan orang tua tesebut tidak lancar. Universitas Sumatera Utara Terjadi interaksi sosial sebagaimana dimaksud karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Menurut Roucek dan Warren, interaksi adalah salah satu masalah pokok karena ia merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi merupakan proses timbal balik, dimana satu kelompok dipengaruhi oleh tingkah laku reaktif pihak lain dan demikian, ia mempengaruhi tingkah laku orang lain. Orang mempengaruhi tingkah laku orang lain melalui kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui organisme fisik, seperti dalam obrolan, pendengaran, melakukan gerakan pada beberapa bagian badan, melihat dan lain-lain atau secara tidak langsung, melalui tulisan atau dengan cara berhubungan dari jauh. Basrowi, 2005: 138- 140.Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Ada selalu dengan jumlah lebih dari satu orang. 2. Ada komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol. 3. Ada dimensi waktu masa lampau, masa kini, dan masa mendatang yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung. 4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat. Menurut Sitorus dalam Basrowi, 2005 berlangsung interaksi sosial dapat didasarkan pada berbagai faktor, antara lain : 1. Imitasi Imitasi adalah suatu proses belajar dengan meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Dalam interaksi sosial imitasi dapat bersifat positif, artinya imitasi tersebut mendorong seseorang untuk melakukan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negatif apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku menyimpang. Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan atau mematikan kreativas seseorang. Misalnya, anak yang terus-menerus meniru dan mengikuti perintah atau kehendak orang lain, akhirnya tidak dapat mengembangkan daya kreativitas sendiri. Universitas Sumatera Utara 2. Sugesti Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Seugesti dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir rasionalnya. Proses sugesti lebih mudah terjadi apabila orang yang memberikan pandangan itu adalah orang yang berwibawa dan bersifat otoriter. 3. Identifikasi Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses identifikasi dapat membentuk kepribadian seseorang, misalnya seorang pemuda mengikuti mode potongan rambut panjang karena menurutnya hal itu sudah menjadi mode kesukaan para bintang film terkenal. 4. Simpati Simpati adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya seolah olah berada dalam keadaan orang lain. Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada perasaan pihak lain. Dalam hal tertentu, simpati mirip dengan identifikasi yakni kecenderungan untuk menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Perbedaannya adalah bahwa di dalam simpati perasaan memegang peranan penting walaupun dorongan utama adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya tanpa memandang status dan kedudukan.

2.2 Kerangka Konsep

Jika kita menginformasikan sesuatu mengenai objek tertentu, maka diperlukan suatu standar yang umum atas objek tersebut. Untuk hal ini digunakan konsep. Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri yang sama Umar, 2002: 56. 1. Variabel Bebas X Independent Variable

Dokumen yang terkait

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

1 48 108

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN PEGAWAI PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN PEGAWAI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT JATENG.

0 0 13

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 0 19

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 0 2

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 0 4

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 1 19

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 0 2

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

0 0 6

235176907 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

0 0 125

Sistem interaksi budaya organisasi dengan

0 2 257