Latar Belakang Terjadinya Kerusuhan Mei 1998 di Kota Medan

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Latar Belakang Terjadinya Kerusuhan Mei 1998 di Kota Medan

Kerusuhan atau huru hara dapat terjadi kala sekelompok orang berkumpul bersama untuk melakukan tindakan kekerasan, biasanya sebagai tindakan balas dendam terhadap perlakuan yang dianggap tidak adil ataupun sebagai upaya penentangan terhadap sesuatu. Alasan yang sering menjadi penyebab kerusuhan adalah hidup yang buruk, ketidakadilan pemerintah terhadap rakyat, konflik agama atau etnis Noviani, 2014:5 Peristiwa kerusuhan Mei 1998 merupakan peristiwa bersejarah yang telah membawa Indonesia pada babak baru perjalanan bangsa. Peristiwa ini tidak dapat dipisahkan dari rangkaian krisis moneter yang telah berlangsung sejak Juli 1997 yang dimulai dari Thailand dan menyebar ke beberapa Negara lain termasuk Indonesia Zon, 2004:1 Kerusuhan terjadi ketika mahasiswa meninggal ditembak apparat polisi pada demonstrasi tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti. Kemaraha massa memuncak pada tanggal 13-15 Mei 1998 dengan meletusnya kerusuhan massal di Jakarta dan kota-kota lain. kerusuhan berbentuk penjarahan, pembakaran mobil dan gedung-gedung serta aktivitas criminal lain Zon, 2004:2 Sebelum kerusuhan Mei 1998, banyak konflik yang juga sudah terjadi di masyarakat.Pada kebanyakan konflik, yang paling menonjol adalah suku rasa dan agama yang dikenal sebagai SARA. Isu rasial atau diskriminasi terhadap etnis Tionghoa bukan merupakan hal baru lagi di Indonesia, karena pada tahun 1780 Universitas Sumatera Utara sudah terjadi pembantaian massal terhadap etnis Tionghoa di Jakarta. Pada awal berdirinya orde baru, isu anti Tionghoa dikaitkan dengan anti komunis, dan sikap anti Tionghoa ini semakin lama semakin meluas. Bahkan muncul dalam keputusan-keputusan pemerintah seperti keputusan pada tanggal 6 Desember 1967, Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden No. 141967 tentang agama, kepercayaan dan adat-istiadat Tionghoa. Instruksi Presiden ini menetapkan bahwa seluruh upacara keagamaan dan adat-istiadat Tinghoa hanya boleh dilakukan di lingkungan keluarga dan di ruangan tertutup Noviani, 2014:41. Kerusuhan Mei 1998 juga terjadi di beberapa kota besar, seperti kota Medan. Kerusuhan di Medan terjadi pada tanggal 4-8 Mei 1998. Kerusuhan di Medan merupakan pendahulu dari kerusuhan yang terjadi di Jakarta, bahkan polanya cenderung sama. Mahasiswa di kota Medan sangat aktif dan sangat reaktif atas tindakan pasif wakil rakyat. Mahasiswa di kota Medan hampir setiap hari melakukan aksi dan sudah turun ke jalan bersama masyarakat untuk menuntut reformasi di segala bidang. Aksi mahasiswa yang bergabung dengan masyarakat dalam penyampaian aspirasi terlanjur tak terkendali dan mulai melakukan keonaran. Kerusuhan Mei 1998 di Medan terjadi akibat bentrokan mahasiswa dengan aparat kepolisian dalam demonstrasi mahasiswa, sehari sebelumnya yaitu tanggal 3 Mei 1998. Demonstrasi ini adalah gabungan dari beberapa kampus, seperti UMSU, IKIP, UISU, ITM, UNIKA, UDA, UHN, Amik Kesatria dan USI XII. Tak ada tanda- tanda aksi ini akan berakhir ricuh sebelum semakin lama mereka berdemonstrasi semakin mereka tahu aksi mereka berusaha dibubarkan olah Universitas Sumatera Utara aparat. Massa yang awalnya menonton saja kemudian bergabung dengan mahasiswa.Terjadilah barisan arak-arakan kemarahan.Mereka kemudian bentrok dengan petugas keamanan dan aksi mereka manjalar di sekitar kampus.Dalam aksi demonstrasi, mahasiswa mengambil dan melempari batu kaca showroom mobil Timor di dekat kampus.Mereka mendobrak pintu showroom dan menyeret satu unit mobil Mazda keluar dan kemudian dibakar. Rumah-rumah dan perkantoran yang ada di jalan Sutomo juga jadi sasaran amuk massaDian, 2015:10. Gambar 5.1 Kerusuhan Mei 1998 di Medan Sumber: https:www.kaskus.co.id Kerusuhan hari berikutnya, menjelang siang, giliran IKIP Medan berdemonstrasi di depan kampus mereka. Sekitar 500 mahasiswa berdemonstrasi diiringi ban-ban bekas yang mereka bakar.Polisi kemudian menghentikan mereka yang berujung pada kerusuhan.Kontak fisik pun terjadi, mahasiswa melempari Universitas Sumatera Utara polisi dengan batu dan bom Molotov.Kedua belah pihak pun bernegoisasi. Tawaran dari mahasiswa mereka akan berdemonstrasi tanpa ada aparat yang menjaga mereka. Sementara tawaran dari Polisi, mahasiswa dapat berdemonstrasi namun di dalam kawasan kampus. Negoisasi tersebut disetujui, mahasiswa berdemonstrasi di dalam kampus sementara polisi berjaga di luar kampus Dian, 2015:11 Menjelang malam, mahasiswa merasa situasi sudah kondusif sehingga beberapa dari mereka memutuskan keluar dari kampus.Namun polisi menghadang dan membentak mereka dengan kata-kata kasar dan cabul.Mahasiswa disuruh berjalan berjingkrak beriringan sambil memegang bahu masing-masing.Salah satu mahasiswi yang keluar dari kampus dilecehkan setelah kerudungnya dibuka paksa hingga terlepas oleh seorang polisi. Sebelum dipeluk dan dilecehkan, seorang polisi sempat membuka resleting celananya dan menunjukkan kemaluannya di depan mahasiswi tersebut. Hal itu mambuat mahasiswi tersebut pingsan.Akibat kejadian tersebut, kesepakatan kedua belah pihak batal Dian, 2015:11. Warga yang melihat aksi bejat polisi tersebut marah dan akhirnya bersekutu dengan mahasiswa.Isu pelecehan seksual itu beredar dengan cepat sehingga warga semakin ramai ikut bergabung.Mahasiswa dan warga kemudian menghancurkan dan mengobrak-abrik pos polisi tersebut. Bahkan mereka membakar mobil truk dan sepeda motor yang terparkir di depan pos. Aksi tersebut berhenti setelah kota gelap gulita karena listrik sengaja dipadamkan Dian, 2015:12. Kerusuhan hari berikutnya semakin meluas hingga ke Lubuk Pakam, Tanjung Morawa, dan Deli Serdang.Tanggal 7 Mei 1998, kerusuhan di Sumatera Universitas Sumatera Utara Utara semakin melebar hingga ke Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Binjai.Akibat kerusuhan selama 3 hari, Medan dan sekitarnya menjadi lumpuh. Titik-titik rawan utama kerusuhan terjadi di seputaran Kec.Medan Denai, Kec. Medan Tembung, Kec. Medan Amplas, Kec.Medan Deli, Kec. Medan Timur dan Kec.Medan perjuangan. Kerusuhan yang terjadi di kota Medan dan sebagian kawasan Kab. Deli Serdang mengakibatkan 5 orang tewas, 80 orang tertembak dan ratusan perempuan Tionghoa diperkosa dan dilecehkan, 19 unit kendaraan bermotor roda empat termasuk sebuat truk petugas keamanan, 40 sepeda motor, 5 kantor bank serta ratusan tokoruko dirusak dan dibakar Tjin, 2005:30 Medan merupakan kota besar pertama yang dilanda kerusuhan besar berkaitan denga reformasi. Kerusuhan mulai dari hari senin tanggal 4 Mei 1998 sampai dengan hari jumat tanggal 8 Mei 1998. Pembakaran, perusakan dan penjarahan terhadap toko-toko, bank, pasar dan kendaraan terjadi selama beberapa hari. Sejak pagi, banyak warga yang menerima peringantan tentang akan adanya penjarahan toko dan pada malam harinya penjarahan akhirnya terjadi. Massa pada saat itu sudah bercampur dengan preman mulai menjarah toko. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.2 Pasca Penjarahan Barang Sumber: https:www.kaskus.co.id Kerusuhan Mei 1998 tidak hanya dipicu oleh bentrokan mahasiswa dengan aparat.Kerusuhan juga dipicu karena terjadinya krisis moneter yang mengakibatkan harga sembako melonjak dan masyarakat mengalami kelaparan.Pada saat itu etnis Tionghoa yang ekonominya lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pribumi menimbulkan kecemburuan sosial.Kecemburuan sosial tersebut, memicu masyarakat pribumi ikut dalam aksi penjarahan tokoruko etnis Tinghoa. Menurut informan yang berhasil penulis rangkum, yang menjadi salah satu saksi peristiwa kerusuhan Mei 1998, pada hari senin tanggal 4 Mei 1998 mendadak ramai.Saat kerusuhan terjadi, dia hendak membuka tokonya. Namun pintu tokonya telah rusak karena massa mendobrak pintu rukonya. Saat dia keluar, Universitas Sumatera Utara dia diancam akan dibunuh jika dia melakukan perlawanan. Sejumlah laki-laki dewasa diikuti dengan masyarakat leluasa mengambil seluruh isi toko.Dia hanya terpaku saat melihat toko elektroniknya dijarah oleh masyarakat pribumi. Menurut informan, benda-benda yang paling banyak dijarah oleh masyarakat adalah televisi dan radio.Selain itu karyawanya juga ikut menjarah tokonya. Lain halnya dengan kesaksiaan Bapak Robby, dia mengalami kerusuhan tersebut saat ia masih duduk di bangku SMP. Saat kejadian berlangsung, dia masih berada di sekolah dan tiba-tiba para guru masuk ke kelas dan menyuruh semua siswasiswi bergegas pulang.Sesampainya di rumah, dia melihat rumahnya sedang di jarah oleh masyarakat.Ayahnya memeluk ibunya yang sedang menangis dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Barang yang paling banyak dijarah adalah peralatan dapur dan bahan pangan seperti, beras, gula, minyak dan susu. Menurut keterangan dari Bapak Ahok selaku pemilik toko elektronik, pada saat kerusuhan terjadi, masa berlomba-lomba masuk ke tokonya yang sudah di buka paksa oleh warga setempat.Dia menyaksikan sendiri dari lantai atas tokonya, warga membawa televisi dan kulkas. Salah seorang warga membawa televisi tersebut dan naik ke sepeda motor yang di kendarai oleh temannya. Mereka kemudian melaju sambil berteriak, “Merdeka”.Pada saat itu Bapak Ahok beserta istri dan kedua anaknya hanya dapat menyaksikan toko mereka di jarah. Salah seorang informan yang bernama Bapak Koko nama disamarkan, demikian kutipannya: “Pada saat kerusuhan Mei 1998, saya kehilangan putra sulung saya.Tepat pada tanggal 6 Mei 1998 kerusuhan terjadi di tempat tinggal saya yaitu Mandala by Pass, Medan.Saat itu satu-persatu toko-toko dan rumah-rumah etnis Tionghoa dijarah.Saat warga mulai menjarah rumah saya, putra sulung saya melakukan perlawanan.Saat itu putra sulung saya di seret keluar dan di keroyok oleh warga sampai meninggal”. Universitas Sumatera Utara Menurut Ibu Chang, dia juga mengalami hal yang sama dengan etnis Tionghoa lainnya. Dari kesaksiannya, dia melihat banyak sekali toko-toko dan rumah etnis Tionghoa dijarah dan dibakar oleh warga setempat. Dia berkata, demikian kutipannya : “Saya saat itu sedang tidur siang, saya terbangun karena saya mendengar suara yang sangat keras dari luar.Tidak lama kemudian ibu dan ayah saya datang ke kamar saya dan memeluk saya dengan erat. Kami melihat dari jendela kamar saya, toko etnis Tionghoa yang berada di depan rumah saya telah di jarah dan mobilnya di bakar. Tidak hanya itu, tentangga saya datang kerumah untuk minta pertolongan, karena istrinya diikat dan putrinya diperkosa secara bergilir oleh masyarakat pribumi” Menurut kesaksian Ibu Upik, ibunya pernah bekerja dengan orang Tionghoa.Ibunya bercerita kalau orang Tionghoa di tempat dia bekerja bicaranya kasar dan suka memaki dia. Ibunya sering sakit hati mendengar ucapan mereka, tapi ibunya tidak dapat berbuat apapun karena dia bekerja pada orang Tionghoa tersebut. Namun pada saat kerusuhan mei 1998 ibunya dan kawan-kawannya yang sama-sama juga bekerja pada etnis Tionghoa, melampiaskan sakit hati dengan ikut menjarah rumah mereka. Salah seorang teman penulis yang bernama Silvia, menuturkan bahwa sepupunya merupakan salah satu korban pelecehan seksual.Sepupunya dan adik perempuan sepupunya dilecehkan secara bergilir. Saat itu ada segerombolan orang datang kerumah sepupunya dan berteriak kalau mereka akan membunuh orang Cina. Sepupunya di lempar dan dipukul sampai pingsan.Ketika siuman tidak ada satupun baju yang melekat di tubuhnya, demikian juga dengan adiknya.Sepupunya melihat ayahnya sambil menangis memeluk ibu dan adiknya.Adik dari sepupu Silvia tersebut meninggal dunia karena saat di lecehkan, Universitas Sumatera Utara dia memberontak dan memukul salah satu pelaku.Pelaku tersebut langsung mengambil sebilah pisau dan menusukkanya ke perut korban. Kerusuhan Mei 1998 di Medan terjadi dari pagi menjelang malam, kerusuhan ini sendiri dipicu oleh provokasi dan isu mengenai kenaikan harga barang dan kelangkaan bahan-bahan pokok pasaran.Isu yang beredar dimana etnis Tionghoa pemilik toko-toko menimbun bahan-bahan pokok yang memang saat itu sangat langka bahkan nyaris tidak ada di pasaran Dian, 2015:20.

5.2 Dampak Kerusuhan Mei Tahun 1998 bagi Perubahan Nilai Budaya Etnis Tionghoa di kota Medan.