Simpulan Tinjauan Pustaka Perubahan Nilai Budaya Etnis Tionghoa di Kota Medan Dalam Studi Kasus Kerusuhan Mei 1998

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dalam menjalani kehidupan sehari- hari, masyarakat tentunya dapat mengalami perubahan.Perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang tidak mencolok dalam arti berjalan dengan lambat dan ada pula perubahan yang mencolok dalam arti berjalan dengan cepat.Perubahan- perubahan dapat dipengaruhi oleh konflik yang terjadi di sekitar masyarakat dan hal tersebut merubah nilai-nila sosial, norma-norma sosial, pola perilaku, lapisan-lapisan dalam masyarakat, interaksi sosial dan lain sebagainya. Perubahan juga terjadi di masyarakat Tionghoa di kota Medan, terutama perubahan nilai budaya mereka yaitu perubahan perilaku. Perubahan perilaku masyarakat Tionghoa di Kota Medan terhadap masyarakat dipengaruhi oleh konflik yang pernah terjadi di Kota Medan.Salah satunya adalah Kerusuhan Mei 1998. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan melalui wawancara dan observasi, dapat diketahui bahwa perubahan perilaku masyarakat Tionghoa sangat dipegaruhi oleh konflik-konflik yang pernah terjadi di antara masyarakat Tionghoa dan masyarakat Pribumi. Kerusuhan Mei 1998 merupakan salah satu penyebab perubahan perilaku masyarakat Tionghoa di kota Medan. Kerusuhan Universitas Sumatera Utara rasial tersebut meninggalkan trauma yang sangat besar terhadap masyarakat Tionghoa. Akibat dari kerusuhan tersebut masyarakat Tionghoa di kota Medan mengalami perubahan perilaku yang sangat signifikan. Mereka tidak mau bersosialisasi atau bertegur sapa dengan sekitar, adanya rasa curiga, tidak mudah percaya dan hanya berinteraksi dengan sesama etnis Tionghoa saja. Disamping itu, kerusuhan Mei 1998 juga mengakibatkan adanya sikap individual etnis Tionghoa di kota Medan. Mereka lebih suka bekerja sama hanya dengan sesama etnis mereka, tinggal di daerah yang lebih mendominan etnis Tionghoa. Bahkan banyak dari mereka yang menyekolahkan anak mereka di sekolah Tionghoa.Kerusuhan Mei 1998 membawa dampak yang sangat besar dan merugikan banyak pihak, terutama masyarakat Tionghoa.

6.2 Saran

Berikut saran penulis: 1. Sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa kita harus saling menghargai dan menghormati, hilangkan anggapan negatif dan perbedaan etnis yang dapat memecah belah persatuan. Jangan sampai Kerusuhan tersebut terulang lagi di masa depan karena dapat menimbulkan kerugian yang besar, minggalkan trauma dan dapat merusak kesatuan Bangsa dan Negara.

2. Sebagai manusia, kita tidak boleh beranggapan langsung bahwa etnis

Tionghoa di Medan itu sombong atau tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat pribumi tanpa mengetahui alasannya, karena hal tersebut pasti ada yang melatarbelakangi. Universitas Sumatera Utara 3. Dalam kehidupan bermasyarakat, perubahan tentu terjadi, tetapi buatlah perubahan tersebut menjadi suatu kemajuan bukan kemunduran.

4. Setiap manusia memiliki masa lalu, baik itu masa lalu yang indah atau

masa lalu yang kurang baik, namun buatlah masa lalu tersebut menjadi acuan untuk masa depan yang lebih baik. Kita hidup di masa kini bukan di masa lalu, jadi kita tidak boleh terus menerus menoleh ke masa lalu. 5. Dengan adanya tulisan ini, penulis berharap anggapan negatif terhadap etnis Tionghoa dapat hilang sepenuhnya agar tidak terjadinya perpecahan antar manusia, karena kita semua berharga. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah pandangan atau pendapat sesudah melakukan penyelidikan atau mempelajarinya KBBI, 2003:1998.Pustaka adalah kitab-kitab; buku KBBI, 2003:912.Jadi, tinjauan pustaka adalah hasil meninjau atau hasil pandangan terhadap buku-buku maupun jurnal-jurnal yang sudah diselidiki atau dipelajari sebelumnya. Penulis menemukan beberapa buku, skripsi, jurnal yang isinya relevan dengan judul penelitian ini. Leo Suryadinata dalam Dilema Minoritas Tionghoa 1984 membicarakan pandangan pribumi tentangkebangsaan Indonesia dan minoritas Tionghoa, kemudian membahas perekonomiandan masyarakat Tionghoa Indonesia.Selain itu buku ini juga membahaskebijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah Indonesia terhadap minoritas Tionghoa danterhadap RRC. Sebuah buku yang tentunya akan sangat membantu penulis terutamakajian tentang kebangsaan dan kebijakan pemerintah terhadap etnik Tionghoa. Bimo Walgito dalam Psikologi Sosial 1994 membahas tentang perilaku individu dan perubahan perilaku individu akibat adanya stimulus yang diterima oleh individu baik stimulus eksternal maupun stimulus internal serta factor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku manusia. I. Wibowo dalamHarga yang Harus Dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis Cina di Indonesia2000, mengungkapkan kegalauan dan kecemasan yanghampir Universitas Sumatera Utara seluruhnya tersimpan di dalam batin orang Tionghoa namun secara fisikpergulatan itu tidak kelihatan. Berbagai topik seperti kegalauan orang Tionghoamencari sejarahnya, kegalauan mencari identitas , kagalauan dalam pergaulan danberbagai kegalauan lainnya yang tidak pernah diijinkan atau jarang ditampilkan keluar oleh etnis Tionghoa. Melalui buku ini penulis berharap bisa untuk melihatpermasalahan Tionghoa dari sudut pandang etnis Tionghoa itu sendiri. Jemma Purdey dalam Kekerasan Anti-Tionghoa di Indonesia 1966-1999 2006, menjelaskan kekerasan anti-Tionghoa di Indonesiaselama masa transisi sosial, politik dan ekonomi.Dalam buku ini terlihat jelassentimen anti-Tionghoa yang berujung pada aksi kekerasan.Beliau melihat kondisi minoritas Tionghoa ditengah situasipolitik, sosial, ekonomi pemerintahan Orde Baru. Pujiwiyana dalam Perubahan Perilaku Masyarakat Ditinjau dari Sudut Budaya 2010 menjelaskan tentang Semua objek dan kejadian yang terjadi di alam ini sebagai akibat sebagai ulah manusia adalah kebudayaan. Wujudnya mulai dari proses dan dasar manusia berulah sampai dengan produk ulahnya itu, yaitu mulai dari bagaimana cara berpikir, bersikap, dan cara berperilaku, sampai dengan perwujudan cara berpikir dan berperilaku mereka. Fri Yanti dalam Kerusuhan di Kota Medan pada Mei 1998 2010skripsi menjelaskan kerusuhan yang berawal dari unjuk rasa yang berujung pada aksi anarkis massa. Gerakan aksi tersebut disinyalir oleh rasa ketidakpuasan terhadap pemerintah yang dianggap kurang mampu mengatasi krisis moneter. Tappil Ramber dalam Dampak Peristiwan Kerusuhan Mei 1998 di Kota Medan 2011skripsimerujuk pada aksi kolektif yang spontan, tidak Universitas Sumatera Utara terorganisasi, tidak bertujuan, dan menggnakan kekerasan, baik untuk menghancurkan, menyerang orang lain, atau menjarah barang. Nasrul Hamdani dalam Komunitas Cina di Medan dalam Lintasan Tiga Kekuasaan 1930-1960 2013, menjelaskan tentang berbagai problematika dan tantangan yang di hadapi oleh etnis Tionghoa di Medan baik dari segi ekonomi, sosial maupun politik yang dihadapi dari berbagai periode pemerintahan. Dari aspek sejarah buku ini juga membahas tentang kehidupan sosial etnis tionghoa sejak awal kedatangannya. Noviani Soraya dalam Dampak Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 terhadap Masyarakat di Kelurahan Perdagangan 2014 skripsimenjelaskan tentang penyebab krisis moneter yang terjadi di Kelurahan Perdagangan yang menyebabkan kerusuhan pada tanggal 6 mei 1998 yang membawa dampak psikologi dan sosial bagi masyarakat Tionghoa. Farid Muzakky dalam Interaksi Sosial Etnis Tionghoa dengan Masyarakat Pribumi di Kota Yogyakarta 2016skripsi menjelaskan tentang sejarah kedatangan Etnis Tionghoa di Indonesia, kondisi sosial Etnis Tionghoa di Yogyakarta serta pembauran kebudayaan yang melibatkan etnis Tionghoa dengan masyarakat Pribumi di kota Yogyakarta.

2.2 Konsep