Gambaran mikroskopik organ hati

50 Hasil menunjukkan adanya perbedaan warna yang cukup jelas pada kontrol negatif yaitu organ berwarna coklat muda atau cenderung kuning pucat jika dibandingkan dengan kelompok lainnya, namun tekstur organ dari setiap kelompok perlakuan semuanya tidak terdapat perbedaan yakni memiliki tekstur yang licin.

4.2.2.2 Gambaran mikroskopik organ hati

Pembuatan preparat histologi organ hati dilakukan setelah pengamatan makroskopik. Proses pembuatan preparat memakan waktu 7 hari, kemudian pengamatan mikroskopik dilakukan untuk menentukan derajat kerusakan sel-sel hepar akibat pemberian parasetamol dan efek hepatoprotektor EEKBM. Berdasarkan pengamatan histopatologi ini dapat diamati kerusakan organ pada tingkat yang tidak terlihat melalui pengamatan makroskopik. Universitas Sumatera Utara 51 Gambar 4.4Histopatologi jaringan hati mencit perbesaran 10 x 10. Keterangan: P1 = tanpa perlakuan; P2 = kontrol negatif Na CMC 0,5; P3 = kontrol positif rutin 20 mgkg bb; P4,P5,P6 = EEKBM dosis 300, 450, dan 600 mgkg bb. Tampak perdarahan yang meluas pada kelompok kontrol negatif, kemudian berkurang pada kelompok EEKBM 300 mgkg bb dan 450 mgkg bb dan akhirnya tidak tampak sama sekali pada kelompok EEKBM 600 mgkg bb. P1 P2 P3 P4 P5 P6 Universitas Sumatera Utara 52 VS P1 P2 P3 P4 P5 P6 Gambar 4.5Histopatologi jaringan hati mencit jantan perbesaran 10 x 40. Cedera hati akibat induksi parasetamol ditandai dengan pendarahan lingkaran, degenerasi hidropik panah hitam yang bersifat reversibel dan nekrosis yang bersifat ireversibel dengan ciri inti mengalami piknosis panah biru, karyolisis panah hijau dan karyoreksis panah merah.Keterangan: P1 = tanpa perlakuan; P2 = kontrol negatif Na CMC 0,5; P3 = kontrol positif rutin 20 mgkg bb; P4,P5,P6 = EEKBM dosis 300, 450, dan 600 mgkg bb; VS = vena sentral; VP = vena porta. VS VS VS VS VP Universitas Sumatera Utara 53 Nekrosis adalah tipe kematian sel yang berkaitan dengan hilangnya integritas membran dan bocornya komponen sel yang berujung pada disolusi sel, menghasilkan proses degradasi sel yang mati oleh enzim. Komponen sel yang bocor akan memicu reaksi lokal yaitu inflamasi yang berusaha mengeliminasi sel yang mati dan memulai program regenerasi sel. Nekrosis adalah tipe cedera yang bersifat ireversibel, ditandai dengan vakuolasi, pembengkakan sel, degradasi inti dan pelepasan secara masif isi dari sel yang berada dalam area toksisitas yang luas Jaeschke, 2013. Secara histopatologi, cedera hati akibat paparan parasetamol dosis toksik dapat ditandai dengan pendarahan yang luas, kongesti vena sentral yang disertai dengan rusaknya endothelium, degenerasi hidropik, nekrosis perivenular, steatosis mikrovesikular dan perubahan inti Shahid dan Subhan, 2014. Kongesti pada jaringan parenkim hati mencit bisa terjadi sebelum atau sesudah nekrosis. Studi morfologi oleh Walker, dkk. menunjukkan kongesti berasal dari akumulasi sel darah merah ke dalam vakuola endositik dan rongga Disse karena sel endotel sinusoid membengkak dan perfusinya menurun Hinson, et al., 2010. Degenerasi hidropik atau swelling merupakan tahap awal terjadinya nekrosis yang ditandai dengan hepatosit yang membengkak, di mana terdapat vakuola berbentuk bundar dan berwarna pucat yang disebabkan lumpuhnya aktivitas pompa ion di plasma membran sehingga tidak mempu mempertahankan keseimbangan ion dan cairan Kumar, et al., 2013. Dilatasi RE merupakan konsekuensi dari meningkatnya aktivitas CYP P450 yang juga menghasilkan spesies oksigen reaktif ROS yang nantinya mempengaruhi permeabilitas membran plasma dan menyebabkan swelling. Steatosis mikrovesikular fatty change merupakan gangguan Universitas Sumatera Utara 54 metabolisme lemak akibat hepatosit yang rusak, dengan ciri pernumpukan lemak dengan ukuran yang kecil, bulat, dan jernih di sitoplasma Featherstone, 2008. Baik degenerasi hidropik maupun steatosis merupakan perubahan morfologi yang bersifat nonletal dan reversibel, namun dapat berubah menjadi ireversibel apabila disfungsi mitokondria tidak dapat dikoreksi dan gangguan fungsi membran terjadi. Nekrosis perivenular adalah bentuk kematian sel yang terjadi di sekeliling vena, baik vena sentral maupun vena porta. Hal ini dapat terjadi jika dosis obat yang menginduksi nekrosis cukup tinggi, seperti pada penelitian ini di mana dosis parasetamol yang diberikan sebesar 1 gkg bb. Pemilihan dosis pemberian parasetamol 1 gkg bb untuk mencit didasarkan pada penelitian oleh Jaeschke, et al., yang menyimpulkan dosis ≥ 200 mg untuk mencit yang dipuasakan dan ≥ 400 mg untuk mencit yang tidak dipuasakan mampu menginduksi toksisitas hati yang signifikan. Konversi dosis menunjukkan dosis 1 gkg bb untuk mencit dengan bb 20 g setara dengan 7,758 g untuk manusia dengan berat 70 kg. Hal ini sesuai dengan data klinis di Amerika Serikat di mana dosis tunggal ≥ 7,5 -10 g untuk orang dewasa menyebabkan hepatotoksitas dan harus segera dievaluasi dan diberikan intervensi medis Bunchorntavakul and Reddy, 2013. Perubahan inti merupakan hasil akhir dari kerusakan sel, yaitu pemecahan DNA dan kromatin yang ditandai inti sel menjadi samar karyolisis, mengecil dan berwarna kehitaman piknotik, kemudian pecah karyoreksis Kumar, et al., 2013. Berdasarkan Gambar 4.4 dan 4.5, gambaran histopatologi EEKBM 300 mgkg bb dan EEKBM 450 mgkg bb masih menunjukkan ciri nekrosis jika dibandingkan dengan kontrol negatif, walaupun begitu peningkatan dosis ekstrak nyatanya menunjukkan perbedaan. Gambaran histopatologi EEKBM 300 mgkg Universitas Sumatera Utara 55 bb menunjukkan pendarahan yang cukup luas yang berawal dari vena sentral kemudian melebar secara radial. Perbesaran 40 x 10 memperlihatkan ekstravasasi eritrosit di sepanjang sinusoid. Steatosis fatty change dan degenerasi hidropik juga tersebar di jaringan parenkim hati. Pada gambaran histopatologi EEKBM 450 mgkg bb area sentrilobular dan periportal menunjukkan penurunan luas pendarahan dan degenerasi hidropik. Gambaran histopatologi EEKBM 600 mgkg bb menunjukkan perbaikan yang signifikan, ditandai dengan degenerasi hidropik yang cukup luas dan vena sentral yang normal dan tidak dijumpai pendarahan.. Gambaran yang bersifat reversibel ini menunjukkan bahwa EEKBM 600 mgkg bb mampu menurunkan stres oksidatif sehingga tidak sampai menimbulkan nekrosis perivenular seperti pada kontrol negatif. Evaluasi kerusakan jaringan hati dari setiap kelompok perlakuan dirangkum dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4 Evaluasi histopatologi hati mencit akibat induksi parasetamol pada tiap kelompok perlakuan Kelompok Degenerasi Hidropik Nekrosis Pendarahan P1 - - - P2 +++ +++ +++ P3 + + - P4 ++ ++ +++ P5 + ++ ++ P6 +++ + - Tingkat keparahan kerusakan hati dievaluasi berdasarkan skor berikut: - = normal; + = ringan; ++ = sedang; +++ = berat. Keterangan: P1 = tanpa perlakuan; P2 = kontrol negatif Na CMC 0,5; P3 = kontrol positif rutin 20 mgkg bb; P4,5,6 = EEKBM dosis 300, 450, dan 600 mgkg bb. Terdapat hipotesis bahwa stres oksidatif atau keadaan di mana ROS reactive oxygen species berlebih dianggap lebih tepat sebagai konsekuensi dibandingkan penyebab kerusakan sel, namun begitu produksinya terjadi segera Universitas Sumatera Utara 56 setelah deplesi glutation GSH dan menjadi titik awal proses kematian sel dalam beberapa jam Jaeschke and Bajt, 2005. Terlebih lagi, toksisitas berkembang hanya setelah onset stres oksidatif tercapai dan mitokondria mengalami disfungsi, sehingga dengan mencegah fenomena ini akan melindungi sel dari kematian karena induksi parasetamol. Pengikatan NAPQI-protein di mitokondria sel dianggap sebagai pemicu meningkatnya stres oksidatif. Umumnya ROS yang dihasilkan dalam mekanisme toksisitas ini adalah superoksida O 2 − , yang berdismutasi dengan katalisator superoxide dismutase SOD menjadi hidrogen peroksida H 2 O 2 yang berubah menjadi HO - melalui reaksi Fenton. Superoksida juga bereaksi dengan nitrit oksida NO - membentuk peroksinitrit yang selanjutnya menitrasi protein menjadi nitrotirosin dan melangsungkan rangkaian tahap kematian sel Jaeschke et al., 2012. Selain hepatosit, sel non-parenkim seperti sel Kupffer dan sel endotel sinusoid juga terlibat dalam produksi ROS dan RNS Christ dan Bruckne, 2012. Studi oleh Wiczkowski, et al., menunjukkan bahwa kandungan kuersetin dalam kulit bawang merah berkisar antara 25-35 mgg, sedangkan dalam lapisan umbinya 4-7 mgg. Melimpahnya bentuk aglikon di kulit bawang merah berhubungan dengan fungsinya sebagai proteksi terhadap sinar UV B matahari Wiczkowski et al, 2003. Durgo, et al., dalam penelitiannya menunjukkan kemampuan utama kuersetin sebagai antioksidan melalui pengikatan radikal bebas O 2- dan H 2 O 2 yang ditandai penurunan kadar malondialdehid MDA dalam darah dan urin. Kadar MDA adalah hasil dari peroksidasi lipid yang diperantarai O 2- dan H 2 O 2 . Selain itu kuersetin dapat meningkatkan kadar GSH dalam sel CK2 dan sel HEp2. Aktivitas GSH glutation dalam keadaan normal akan mendetoksifikasi Universitas Sumatera Utara 57 NAPQI melalui 3 cara: i konjugasi yang dikatalisis GST glutation-S- transferase, ii reaksi kimia dengan NAPQI untuk membentuk konjugat, dan iii donasi proton atau hidrogen ke NAPQI atau agen radikal yang bersifat elektrofilik Durgo, et al., 2007. Menurut Jaeschke dan Bajt, pengikatan NAPQI ke protein mitokondria berkorelasi dengan potensinya sebagai penyebab kerusakan sel namun dibutuhkan beberapa peran lain yang dapat meningkatkan toksisitas agar dapat menyebabkan kematian sel. Hal tersebut juga didukung oleh data banyaknya intervensi farmakologi yang dapat melindungi seperti aktivitas antioksidan dan pencegahan terhadap kerusakan mitokondria, namun tidak mempengaruhi pembentukan NAPQI dan pengikatannya dengan protein.Oleh karena itu, intervensi terhadap ikatan NAPQI -protein lewat inhibisi metabolisme parasetamol maupun pengikatan NAPQI akan meningkatkan protektivitas terhadap kerusakan sel yang diinduksi parasetamol Jaeschke dan Bajt, 2005. Universitas Sumatera Utara 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN