Pengukuran ALT dan AST Analisis data

39 gkg bb 6 jam setelah pemberian ekstrak pada hari ke-14. . Makanan dan minuman diberikan secara ad libitum. e. kelompok V : hewan uji diberikan EEKBM dosis 450 mgkg bb sekali sehari selama 14 hari berturut-turut diikuti pemberian parasetamol dosis tunggal 1 gkg bb 6 jam setelah pemberian ekstrak pada hari ke-14. . Makanan dan minuman diberikan secara ad libitum. f. kelompok VI: hewan uji diberikan EEKBM dosis 600 mgkg bb sekali sehari selama 14 hari berturut-turut diikuti pemberian parasetamol dosis tunggal 1 gkg bb 6 jam setelah pemberian ekstrak pada hari ke-14. . Makanan dan minuman diberikan secara ad libitum.

3.11.7 Pengukuran ALT dan AST

Pengambilan darah dilakukan 24 jam setelah pemberian parasetamol. Mencit didislokasi di leher kemudian dibedah dan darah diambil menggunakan jarum suntik langsung dari jantung mencit sebanyak 0,5 mL, setelah itu dimasukkan ke dalam microtube dan didiamkan ± 20 menit. Darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit untuk mendapatkan serum darah mencit. Pengukuran ALT dan AST berdasarkan reaksi enzimatik menggunakan reagen kit Dialab ® R1 dan R2. Larutan sampel berisi campuran reagen 1 dan reagen 2 dengan perbandingan 4:1. Sebanyak 1000µL reagen kit ALT dan AST masing- masing direaksikan dengan 100µL sampel, divortex dan diinkubasi pada suhu kamar selama 1 menit selanjutnya absorban sampel dibaca setelah 1,2 dan 3 menit menggunakan Microlet 3000 pada panjang gelombang 340 nm dan suhu 37 o C. Prosedur penetapan aktivitas katalisator ALT dan AST berdasarkan prosedur kerja dari Dialab ® . Kemudian dibandingkan rata-rata ALT dan AST antar kelompok. Universitas Sumatera Utara 40 Dikatakan adanya aktivitas hepatoprotektor apabila ALT dan AST dari EEKBM lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif Na CMC 0,5 + parasetamol. Pemeriksaan ALT dan AST dilakukan di Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 3.11.8 Pemeriksaan kerusakan organ hati mencit 3.11.8.1 Pemeriksaan makroskopik Mencit dibedah kemudian diambil organ hati dan dicuci dengan larutan NaCl 0,9 untuk membersihkan sisa darah yang menempel. Pengamatan dilakukan dengan mengamati warna dan tekstur permukaan hepar mencit.

3.11.8.2 Pembuatan preparat histologi tissue processing dan pemeriksaan mikroskopik

Jaringan yang akan dibuat preparat histologi difiksasi dalam larutan buffer formalin 10 minimal 4 jam hingga mengeras matang. Sampel organ yang terfiksasi dengan sempurna ditrimming setebal ± 0,5 cm. Potongan kemudian dimasukkan dalam tissue cassette untuk dimasukkan dalam automatic tissue processor. Di dalam tissue processor jaringan melalui beberapa tahap pemrosesan preparat. Jaringan yang dipilih akan direndam secara berurutan ke dalam 12 tabung berisi berbagai reagen sebagai berikut: a. tabung I dan II berisi formalin 10 masing-masing selama 2 jam. Proses ini dinamakan fiksasi fixation, tujuannya untuk mengurangi efek penyusutan sel selama proses dehidrasi. b. tabung III berisi alkohol 70 selama 1 jam, tabung IV berisi alkohol 96 selama 1 jam dan tabung V, VI dan VII berisi etanol absolut, masing-masing selama 1 jam. Proses ini disebut dehidrasi dehydration yang bertujuan untuk menarik cairan yang berasal dari jaringan yang telah difiksasi. Universitas Sumatera Utara 41 c. tabung VIII, IX dan X berisi xylene, masing –masing selama 1,5 jam. Proses ini disebut pembeningan clearing, bertujuan mengeluarkan alkohol sehingga parafin bisa masuk ke dalam jaringan. d. tabung XI dan XII berisi paraffin masing-masing selama 2 jam. Proses pengisian paraffin ke dalam pori-pori jaringan ini dinamakan infiltrasi, bertujuan mengeraskan jaringan agar mudah dipotong dengan microtome. Tissue cassette berisi jaringan dikeluarkan dan dilakukan proses embedding, yaitu jaringan diletakkan di mould dan ditambahkan paraffin bersuhu 56 o C dan dibiarkan membeku di cold area dari embedding centre. Penyayatan jaringan sectioning dilakukan setelah sebelumnya dibentuk trimming menggunakan microtome dengan ketebalan 3-4 μm, hasil sayatan dipindahkan ke kaca objek dan dipindahkan ke penangas air agar ukuran sayatan mendekati ukuran sebenarnya dengan bantuan air hangat. Jaringan diwarnai dengan metode Hematoxylin-Eosin sebagai berikut : a. xylol I selama 5 menit b. xylol II selama 5 menit c. etanol I selama 5 menit d. etanol II selama 5 menit e. alkohol 96 selama 5 menit f. alkohol 80 selama 5 menit g. alkohol 70 selama 5 menit h. air mengalir selama 5 menit i. hematoxylin 5 menit j. air mengalir selama 1-2 menit Universitas Sumatera Utara 42 k. HCl 0,1 selama 2 menit l. eosin selama 5 menit m. air mengalir selama 5 menit Jaringan yang sudah diwarnai ditutup dengan kaca penutup dengan penambahan Entellan sebagai perekat. Pembuatan preparat histologi dilakukan di laboratorium patologi anatomi RS Murni Teguh Medan. Hasil kemudian diamati di bawah mikroskop.

3.11.9 Analisis data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS 22.0.Data hasil penelitian ditentukan homogenitas dan normalitasnya untuk menentukan analisis statistik yang digunakan. Data dianalisis menggunakan uji One WayANOVA untuk menentukan perbedaan rata-rata di antara kelompok dengan uji Post Hoc Tukey untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Universitas Sumatera Utara 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Kulit Bawang Merah 4.1.1 Pemeriksaan makroskopik dan karakterisasi simplisia dan ekstrak Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Herbarium Medanense Universitas Sumatera Utara terhadap sampel yang diteliti adalah tumbuhan bawang merah Allium cepa L. suku Liliaceae Lampiran 1. Hasil pemeriksaan secara makroskopik yang dilakukan terhadap kulit tumbuhan bawang merah Allium cepa L. yaitu berwarna merah, berbentuk tidak beraturan dan lembaran tipis, panjang ± 6 cm dan lebar ± 5 cm, mempunyai bau dan rasa yang lebih lemah dari umbi bawang merah Lampiran 2. Hasil pemeriksaan secara mikroskopik yang dilakukan terhadap serbuk simplisia kulit bawang merah yaitu terlihat serabut skelerenkim, parenkim dengan sel berisi tetesan minyak, kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan trakea dengan penebalan tangga Lampiran 5. Hasil karakterisasi serbuk simplisia kulit bawang merah dapat dilihat pada Tabel 4.1.dan Lampiran 6. Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia dan EEKBM No Karakteristik serbuk simplisia Kadar Simplisia Ekstrak 1 Kadar air 4,00 1,67 2 Kadar sari larut dalam air 6,63 - 3 Kadar sari larut dalam etanol 12,80 - 4 Kadar abu total 12,66 3,47 5 Kadar abu tidak larut dalam asam 3,25 0,24 Universitas Sumatera Utara