34
PAD yang cukup besar bagi kota Yogyakarta dibandingkan dengan kota Surakarta.
Berdasarkan Price Competitiveness Indicator PCI menunjukkan bahwa indeks PPP lebih tinggi di kota Yogyakarta dibandingkan dengan kota Surakarta.
Berdasarkan Infrastructure Development Indicator IDI menunjukkan bahwa pendapatan perkapita di kedua destinasi tersebut adaalh tidak berbeda secara
nyata, tetapi pertumbuhan pendapatan perkapita Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan kota Surakarta.
Berdasarkan Environtment Indicator EI menunjukkan bahwa tingkat kepadatan penduduk di kedua destinasi tersebut tidak berbeda secara nyata.
Berdasarkan Technology Advancement Indicator TAI menunjukkan bahwa indeks tehnologi di daerah destinasi Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan dengan
destinasi Surakarta. Berdasarkan Human Resourseces Indicator HRI menunjukkan bahwa indeks pendidikan di destinasi Yogyakarta lebih tinggi
dibandingkan Surakarta. Berdasarkan Openess Indicator OI daya saing pariwisata destinasi
Yogyakarta juga menunjukkan angka lebih tinggi dibandingkan dengan dengan Surtakarta. Berdasarkan Social Development Indicator SDI menunjukkan bahwa
rata-rata masa tinggal turis di Yogyakarta lebih lama dibandingkan di Surakarta.
2.7 Kerangka Konseptual
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai untuk menerangkan atau mengukur prestasi pembangunan suatu daerahwilayah
dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan
Universitas Sumatera Utara
35
tingkat perubahan ekonomi. Adanya pertumbuhan ekonomi suatu daerah menjadi indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang terus menerus akan meyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur perekonomian wilayah. Transformasi struktur berarti
suatu proses perubahan struktur perekonomian dari sektor primer ke sektor sekunder atau bahkan ke sektor tersier, dimana tiap-tiap sektor akan mengalami
proses transformasi yang berbeda-beda. Dewasa ini sektor pariwisata terbukti mampu memberikan kontribusi
penting dalam penerimaan devisa negara. Hal ini merupakan sektor yang potensial dari struktur ekonomi yang ada. Sektor pariwisata terus mengalami peningkatan,
ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki potensi yang besar. Untuk itu perlu dikaji secara mendalam daya saing sektor pariwisata Kota Medan dimana
potensi dan pengembangan sektor ini dapat memberikan kontribusi selain penerimaan devisa negara, sektor ini juga berdampak pada penyerapan tenaga
kerja, peningkatan pendapatan daerah dan pembangunan daerah. Alur kerangka pemikiran konseptual penelitian ini dapat dilhat pada
gambar di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
36
Gambar 1.2 Kerangka Pikir Konseptual Keterangan:
= dampak
Universitas Sumatera Utara
37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah merupakan analisis untuk melihat variabel dari objek penelitian atau apa yang menjadi titik suatu penelitian. Adapun
variabel atau tolak ukur dalam analisis daya saing sektor pariwisata kota Medan ini yakni, data sekunder berupa PDRB kota Medan menurut lapangan usaha atas
dasar harga konstan dan PDRB Sumatera Utara menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan.
3.2 Lokasi Penelitan
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis daya saing sektor pariwisata kota Medan dan kawasan wilayah kota Medan yang berhubungan dan berkaitan
dengan objek penelitian akan menjadi lokasi penelitain.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan mencataat teori-teori dari buku-buku
literature, bacaan-bacaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data-data yang digunakan berasal dari Badan Pusat Statistik Kota Medan dan
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pariwisata Kota Medan serta Dinas Pariwisata Propinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini periode waktu yang
digunakan berkisar pada tahun 2006-2010.
37
Universitas Sumatera Utara