Penentuan frekuensi diare Penentuan lama terjadinya diare

39 bb, feses berlendir mulai terbentuk pada menit ke-57 - 125, lembek 148 - 291dan terbentuknya feses normal dimulai pada menit 321 - 331. Konsistensi feses yang terjadi pada pemberian EEKBS 100 mgkg bb, berlendir pada menit 59 - 138, lembek 156 - 234 dan normal terjadi pada menit 248 - 274. Pada kelompok dosis 125, feses berlendir mulai terbentuk di menit 89 - 119, lembek 122 - 233, dan feses normal menit 235 - 253 sedangkan pada kelompok dosis 150 mgkg bb, terbentuknya feses berlendir terjadi pada menit 89 - 119, lembek 144 - 198 dan normal 204 - 230. EEKBS dosis 125 mgkg bb dapat membentuk konsistensi feses normal yang tidak berbeda signifikan p 0,05 dengan kelompok pembanding. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin cepat terbentuk konsistensi feses normal, maka semakin kuat efek anti diare yang dimilikinya.

4.4.3 Penentuan frekuensi diare

Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.3, terlihat hubungan antara dosis dengan frekuensi diare pada hewan uji setelah pemberian EEKBS seperti yang terlihat pada Lampiran 17, halaman 70. Tabel 4.7 Hasil analisis data frekuensi diare Keterangan: OR : oleum ricini EEKBS : ekstrak etanol kulit batang sikkam Kel Perlakuan frekuensi ± SD 1 OR + CMC 1 bb 7,00 ± 0,00 2 OR + lop. HCl 1 mgkg bb 3,16 ± 0,75 3 OR + EEKBS 75 mgkg bb 5,50 ± 0,83 4 OR + EEKBS 100 mgkg bb 4,16 ± 0,40 5 OR + EEKBS 125 mgkg bb 3,16 ± 0,40 6 OR + EEKBS 150 mgkg bb 2,50 ± 0,54 Universitas Sumatera Utara 40 Hasil pengujian EEKBS terhadap antidiare terlihat adanya perubahan yang nyata p0,05 terhadap frekuensi diare bila dibandingkan dengan frekuensi yang dihasilkan oleh kelompok kontrol 7,0 ± 0,00 kali. Pemberian dosis 125 mgkg bb menyebabkan penurunan frekuensi diare 3,16 ± 0,40 kali yang sebanding dengan kelompok pembanding 3,16 ± 0,75 kali lebih kecil daripada kelompok dosis 75 mgkg bb 5,5 ± 0,83 kali dan 100 mgkg bb 4,16 ± 0,40 kali, tetapi dengan pemberian dosis 150 mgkg bb frekuensi diare yang ditimbulkan lebih sedikit daripada kelompok pembanding yaitu 2,50 ± 0,54. Gambar 4.3 Grafik frekuensi diare Berdasarkan hasil analisis statistik ANAVA p0,05 dilanjutkan uji beda rata-rata Duncan frekuensi diare menunjukkan bahwa kelompok kontrol, dosis 75 dan 100 mgkg bb berbeda signifikan terhadap masing-masing kelompok saedangkan antara kelompok pembanding, dosis 125 dan 150 mgkg bb tidak berbeda secara signifikan. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi terjadinya diare, maka efek antidiare akan semakin lemah. Hasil penentuan saat mulai terjadinya diare dapat dilihat pada analisis Duncan Lampiran 21, halaman 79. 7,0 3,2 5,5 4,2 3,2 2,5 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 CMC 1 bb Lop. HCl 1 mgkg bb EEKBS 75 mgkg bb EEKBS 100 mgkg bb EEKBS 125 mgkg bb EEKBS 150 mgkg bb fr ekue n si di a re Universitas Sumatera Utara 41

4.4.4 Penentuan lama terjadinya diare

Pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.4, terlihat hubungan antara dosis dengan lama terjadinya diare pada hewan uji setelah pemberian EEKBS seperti yang terlihat pada Lampiran 18, halaman 71. Tabel 4.8 Hasil analisis lama terjadinya diare Keterangan: OR : oleum ricini EEKBS : ekstrak etanol kulit batang sikkam Pemberian oleum ricini dan CMC menghasilkan lama terjadi diare 291 ± 14,26 menit, namun setelah pemberian EEKBS dengan dosis yang bervariasi mengakibatkan waktu lama terjadinya diare menjadi berkurang. EEKBS dosis 150 mgkg bb 97 ± 9,94 menit memiliki waktu lama terjadi diare tersingkat jika dibandingkan kelompok dosis 75 mgkg bb 263 ± 19,92 menit, dosis 100 mgkg bb 185 ± 14,22 menit, dosis 125 mgkg bb 141 ± 18,59 menit dan kelompok pembanding 138 ±17,52 menit. Gambar 4.4 Grafik lama terjadi diare 308,2 138,8 263,3 184,2 141,3 97,2 0,0 100,0 200,0 300,0 400,0 CMC 1 bb Lop. HCl 1 mgkg bb EEKBS 75 mgkg bb EEKBS 100 mgkg bb EEKBS 125 mgkg bb EEKBS 150 mgkg bb w ak tu m e n it Kel Perlakuan Lama terjadi diare menit ± SD 1 OR + CMC 1 bb 291 ± 14,26 2 OR + loperamid HCl 1 mgkg bb 138 ± 17,52 3 OR + EEKBS 75 mgkg bb 263 ± 19,92 4 OR + EEKBS 100 mgkg bb 185 ± 14,22 5 OR + EEKBS 125 mgkg bb 141 ± 18,59 6 OR + EEKBS 150 mgkg bb 97 ± 9,94 Universitas Sumatera Utara 42 Dari hasil analisis statistik ANAVA p0,05 dilanjutkan uji beda rata-rata Duncan lama terjadinya diare menunjukkan bahwa kelompok kontrol, dosis 75, 100 dan 150 mgkg bb berbeda secara signifikan terhadap masing-masing kelompok sedangkan efek yang tidak berbeda secara signifikan P0,05 dihasilkan oleh kelompok dosis 125 mgkg bb dengan pembanding. Hasil penentuan saat mulai terjadinya diare dapat dilihat pada analisis Duncan Lampiran 21, halaman 79. Dari parameter yang telah diamati, efek antidiare dapat dikategorikan berdasarkan tingkat efektivitasnya dalam menekan diare sebagai berikut: 1. lemah, bila efek antidiare diatas efek kelompok kontrol dan dibawah efek kelompok pembanding. 2. sebanding sama, bila efek antidiare sama dengan efek kelompok pembanding. 3. kuat, bila efek antidiare diatas efek kelompok pembanding. Berdasarkan kategori diatas, efek antidiare dari masing-masing kelompok bahan uji dapat dikategorikan sebagai berikut: dosis 75 dan 100 mgkg bb mempunyai efektivitas yang lemah; dosis 125 mgkg bb mempunyai efektivitas yang sebanding atau sama dan dosis 150 mgkg bb mempunyai efektivitas yang kuat. Hasil penelitian terdahulu melaporkan bahwa kandungan senyawa aktif dari beberapa tanaman obat seperti golongan tanin, flavonoid, alkaloid, saponin dan steroidtriterpenoid memiliki khasiat antidiare. Beberapa senyawa turunan tanin dan flavonoid memiliki aktivitas sebagai antimotilitas, antisekretori dan antibakteri Otshudi, et.al., 2000. Berdasarkan skrining fitokimia yang dilakukan Universitas Sumatera Utara 43 menunjukkan bahwa kulit batang sikkam mengandung tanin. Diduga tanin di dalam sampel inilah yang memberikan aktivitas antidiare. Tanin dapat mengurangi intensitas diare dengan cara menciutkan selaput lendir usus dan mengecilkan pori sehingga akan menghambat sekresi cairan dan elektrolit Tan dan Rahardja, 2002. Selain itu, sifat adstringen tanin akan membuat usus halus lebih tahan resisten terhadap rangsangan senyawa kimia toksin bakteri dan castor oil yang mengakibatkan diare Kumar, 2001. Beberapa penelitian juga telah melaporkan mengenai flavonoid sebagai antidiare. Mekanisme flavonoid dalam menghentikan diare yang diinduksi oleh castor oil adalah dengan menghambat motilitas usus sehingga mengurangi sekresi cairan dan elektrolit Di Carlo, et al., 1993. Aktivitas flavonoid yang lain adalah dengan menghambat pelepasan asetilkolin di saluran cerna Lutterodt, 1989. Penghambatan pelepasan asetilkolin akan menyebabkan berkurangnya aktivasi reseptor asetilkolin nikotinik yang memperantarai terjadinya kontraksi otot polos dan teraktivasinya reseptor asetilkolin muskarinik khususnya Ach-M3 yang mengatur motilitas gastrointestinal dan kontraksi otot polos Ikawati, 2008. Efek antisekretori EEKBS kemungkinan juga disebabkan oleh peranan senyawa aktif golongan steroidtriterpenoid yang ada dalam kulit batang sikkam. Senyawa ini dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit dalam usus, sehingga mengakibatkan absorbsi air dan elektolit dalam usus normal kembali Goodman dan Gilman, 1996. Universitas Sumatera Utara 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia kulit batang sikkam meliput i kadar air 5,99, kadar sari larut air 17,49, kadar sari larut etanol 11,84, kadar abu total 4,07 dan kadar abu tidak larut asam 6,06 sedangkan hasil pemeriksaan karakterisasi ekstrak etanol kulit batang sikkam adalah kadar air 7,32, kadar sari larut air 32,97, kadar sari larut etanol 23,26, kadar abu total 0,48, kadar abu tidak larut asam 0,01. 2. Hasil skrining fitokimia menunjukkan serbuk simplisia dan ekstrak etanol kulit batang sikkam mengandung senyawa kimia golongan flavanoida, glikosida, tanin, steroidatriterpenoida. 3. Ekstrak etanol kulit batang sikkam dosis 75, 100, 125 dan 150 mgkg bb mempunyai efek sebagai antidiare yang diberikan pada tikus yang diinduksi dengan oleum ricini menggunakan metode defekasi. Pemberian dosis 125 mgkg bb menunjukkan efek yang tidak berbeda secara signifikan p 0,05 dengan obat pembanding loperamid HCl 1 mgkg bb.

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk mengisolasi senyawa aktif kulit batang sikkam yang berkhasiat sebagai antidiare. Universitas Sumatera Utara