18
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental berdasarkan Rancangan Acak Lengkap RAL, meliputi pengumpulan sampel, identifikasi sampel,
pengolahan sampel, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, penyiapan hewan percobaan, dan pengujian efek antidiare secara oral
pada tikus. Data hasil penelitian dianalisis secara ANAVA analisis variansi dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan menggunakan program SPSS versi
17.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Alat-alat gelas, pisau, lemari pengering, seperangkat alat maserasi, alat destilasi, oven listrik Fischer scientific, neraca hewan Presica Geniweigher
GW-1500, neraca listrik Vibra AJ, ayakan, pipet tetes, desikator Fischer Scientific, mortir dan stamper, krus porselin, kaca objek object glass, kaca
penutup deck glass, rotary evaporator, freeze dryer Edward, blender National, cawan porselen, cawan porselen berdasar rata, alumunium foil, kertas
saring, spatula, stopwatch, kandang hewan, oral sonde, pot plastik, wadah pengamatan.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang sikkam, minyak jarak, CMC, loperamid HCl tablet imodium®, toluen, kloroform, asam
klorida 2N, besi III klorida, natrium hidroksida, timbal II asetat, asam asetat
Universitas Sumatera Utara
19
anhidrat, asam sulfat pekat, natrium klorida, kalium iodida, iodium, α-naftol, asam
nitrat, bismuth nitrat, etil asetat, isopropanol, natrium sulfat anhidrat, serbuk seng, serbuk magnesium, metanol, eter, etanol 96 , air suling.
3.2 Pembuatan Pereaksi 3.2.1 Pereaksi Mayer
Dilarutkan 1,36 g raksa II klorida P dalam 60 ml air, tambahkan pada larutan 5 g larutan kalium iodida P dalam 10 ml air, encerkan dengan air
seluruhnya hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.2.2 Pereaksi Dragendroff
Dilarutkan 8 g bismuth nitrat P dilarutkan dalam asam nitrat 20 ml kemudian dicampur dengan larutan kalium iodida 27,2 g dalam 50 ml air suling.
Campuran didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan jernih diambil dan diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.2.3 Pereaksi Bouchardat
Dilarutkan 2 g iodium P dan 4 g kalium iodida P dalam air secukupnya hingga diperoleh 100 ml larutan Ditjen POM, 1995.
3.2.4 Pereaksi Molish
Dilarutkan 3 g α-naftol dalam asam nitrat 0,5 N secukupnya hingga diperoleh 100 ml larutan Ditjen POM, 1995.
3.2.5 Larutan pereaksi besi III klorida 1
Dilarutkan 1 g besi III klorida dalam air suling hingga diperoleh 100 ml larutan kemudian disaring Ditjen POM, 1995.
3.2.6 Larutan pereaksi timbal II asetat 0,4 M
Universitas Sumatera Utara
20
Dilarutkan 15,17 g timbal II asetat dengan air suling bebas CO
2
hingga diperoleh 100 ml larutan Ditjen POM, 1995.
3.2.7 Larutan pereaksi natrium hidroksida 2 N
Dilarutkan 8,001 g natrium hidroksida dalam air suling hingga diperoleh 100 ml larutan Ditjen POM, 1995.
3.2.8 Larutan pereaksi asam sulfat 2 N
Sebanyak 10 ml asam sulfat pekat diencerkan dengan air suling hingga diperoleh 100 ml larutan Ditjen POM, 1979.
3.2.9 Larutan pereaksi asam klorida 2 N
Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling hingga diperoleh 100 ml larutan Ditjen POM. 1979.
3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.3.1 Pengumpulan sampel