9
2.3 Uraian Golongan Senyawa Kimia Sikkam
Senyawa kimia yang terdapat pada sikkam meliputi flavonoida, glikosida, tanin dan steroidatriterpenoida.
2.3.1 Flavonoida
Flavonoid mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya mempunyai struktur C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga atom
karbon yang merupakan rantai alifatik. Menurut perkiraan, kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau
senyawa yang berkaitan erat dengannya. Sebagian besar tanin berasal dari flavonoid sehingga merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar
Markham, 1988. Flavonoid mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia
tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Beberapa fungsi flavonoid untuk tumbuhan yaitu pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja
antimikroba dan antivirus dan anti serangga Robinson, 1995. Mekanisme kerja flavonoid dalam menghentikan diare yaitu dengan
menghambat motilitas usus sehingga mengurangi sekresi cairan dan elektrolit Di Carlo, et al., 1993. Aktivitas flavonoid yang lain adalah dengan menghambat
pelepasan asetilkolin di saluran cerna sehingga akan menyebabkan berkurangnya aktivasi reseptor asetilkolin nikotinik yang memperantarai terjadinya kontraksi
otot polos dan teraktivasinya reseptor asetilkolin muskarinik khususnya Ach-M3 yang mengatur motilitas gastrointestinal dan kontraksi otot polos Ikawati, 2008;
Lutterodt, 1989.
Universitas Sumatera Utara
10
2.3.2 Glikosida
Glikosida adalah suatu senyawa, bila dihidrolisis akan terurai menjadi gula glikon dan senyawa lain aglikon atau genin. Pembagian glikosida paling
banyak berdasarkan aglikonnya, umumnya mudah terhidrolisis oleh asam mineral atau enzim. Hidrolisis oleh asam memerlukan panas sedangkan oleh enzim tidak
memerlukan panas Farnsworth, 1966.
2.3.3 Tanin
Tanin terdapat luas pada tumbuhan berpembuluh. Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang tak larut dalam air. Sebagian besar
tumbuhan banyak mengandung tanin rasanya sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan Robinson, 1995.
Berdasarkan identitas inti fenolit dan cara pembentukannya, tanin dibagi menjadi tiga yaitu tanin yang terhidrolisis, tanin yang terkondensasi dan tanin
kompleks Trease dan Evans, 1983. a.
Tanin terhidrolisis Hydrosable Tannin Tanin jenis ini biasanya berikatan pada karbohidrat dengan membentuk
jembatan oksigen dan dapat dihidrolisis menggunakan asam sulfat atau asam klorida ataupun dengan enzim. Prekursor pembentukan tanin ini adalah asam
fenolit asam galat, asam elagit, residu glukosa, serta antara asam fenolit dan glukosa ada ikatan ester.
b. Tanin terkondensasi Condesed Tannins
Tanin terkondensasi biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi terkondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer
flavanoida yang merupakan senyawa fenol. Nama lain dari tanin ini adalah
Universitas Sumatera Utara
11
Proanthocyanidin yang merupakan polimer dari flavanoida yang dihubungkan melalui C8 dengan C4. Prekursor pembentukan tanin ini adalah flavanoida,
catechin, flavonol -3-4-diol. c.
Tanin kompleks Complex Tannin Tanin kompleks merupakan campuran antara tanin terhidrolisis dan tanin
terkondensasi. Contoh tumbuhan yang mengandung tanin kompleks adalah teh, kuercus, dan castanea. Ada dua tipe dari tanin kompleks, yaitu true tannin berat
molekul 1000-5000 dan pseudo tannin berat molekul kurang dari 1000. Tanin dapat mengurangi intensitas diare dengan cara menciutkan selaput
lendir usus dan mengecilkan pori sehingga akan menghambat sekresi cairan dan elektrolit Tan dan Rahardja, 2002. Sifat adstringen tanin akan membuat usus
halus lebih tahan resisten terhadap rangsangan bakteri Escherichia coli, Shigella sp, Salmonella sp, virus, amuba, dan toksin bakteri seperti Staphylococcus aureus,
Clostridium welchii yang mengakibatkan diare Kumar, 2001.
2.3.4 Steroidtriterpenoid