Penentuan saat mulai terjadinya diare

33 dengan cara mengamati saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare.

4.4.1 Penentuan saat mulai terjadinya diare

Hasil penentuan saat mulai terjadinya diare dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil analisis data saat mulai terjadinya diare Keterangan: OR : oleum ricini EEKBS : ekstrak etanol kulit batang sikkam Pada Tabel 4.3 dapat dilihat adanya perubahan yang nyata p 0,05 antara dosis dan rata-rata waktu mulai terjadinya diare pada hewan uji setelah pemberian EEKBS sebagai antidiare. Pada pemberian CMC diperoleh waktu saat mulai diare pada menit 56,83 ± 2,04 yang menggambarkan ada tidaknya pengaruh pembawa terhadap penginduksi, namun setelah pemberian EEKBS dengan dosis yang bervariasi terlihat adanya perubahan waktu mulai terjadinya diare. Hal ini memperlihatkan bahwa EEKBS dosis 150 mgkg bb 118,67 ± 1,50 memiliki waktu mulai terjadi diare paling lama dibandingkan dengan EEKBS dosis 100 mgkg bb 76,83 ± 13,49, dosis 75 mgkg bb 68,18 ± 14,27 dan dosis 125 mgkg bb 98,50 ± 14,03. Kel Perlakuan Saat mulai terjadinya diare menit ke- ± SD 1 OR + CMC 1 bb 56,83 ± 2,04 2 OR + loperamid HCl 1 mgkg bb 100,67 ± 13,26 3 OR + EEKBS 75 mgkg bb 68,16 ± 14,27 4 OR + EEKBS 100 mgkg bb 76,83 ± 13,49 5 OR + EEKBS 125 mgkg bb 98,50 ± 14,03 6 OR + EEKBS 150 mgkg bb 118,67 ± 1,50 Universitas Sumatera Utara 34 Gambar 4.1 Grafik saat mulai terjadi diare Pada Gambar 4.1 dapat dilihat perbedaan grafik dari masing-masing kelompok perlakuan. Pemberian loperamid HCl 1 mgkg bb menyebabkan perubahan waktu yang sangat berarti yaitu pada menit 100,67 ± 13,26, dimana waktu mulai terjadinya diare lebih lama dibanding dengan EEKBS dosis 75 dan 100 mgkg bb. Berdasarkan uji statistik, EEKBS dosis 125 mgkg bb tidak berbeda signifikan dengan loperamid HCl 1 mgkg bb, tetapi berbeda signifikan terhadap kelompok dosis 150 mgkg bb. Sampel uji dinyatakan memiliki efek antidiare, jika waktu mulai terjadi diare yang diperoleh lebih lama daripada kontrol dan semakin cepat terjadinya diare, maka efek antidiare akan semakin lemah. Hasil penentuan saat mulai terjadinya diare dapat dilihat pada analisis Duncan Lampiran 21, halaman 79. Pengujian efek antidiare pada penelitian ini menggunakan metode yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan Winda 2010, yaitu metode defekasi dengan menggunakan oleum ricini sebagai penginduksi. Perbedaanya terletak pada banyaknya oleum ricini yang diberikan pada hewan uji. 56,8 100,7 58,3 61,7 68,2 76,8 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 CMC 1 bb Lop. HCl 1 mgkg bb EEKBS 25 mgkg bb EEKBS 50 mgkg bb EEKBS 75 mgkg bb EEKBS 100 mgkg bb saat mul ai de fe ka si me n it ke - Universitas Sumatera Utara 35 Waktu mulai terjadinya diare pada penelitian Winda yang diberi oleum ricini 0,5 mlekor adalah menit ke-129,2. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian ini, yaitu pada menit ke-100,7 dengan pemberian oleum ricini 2 mlekor. Perbedaan waktu mulai terjadinya diare tersebut disebabkan pengaruh jumlah oleum ricini yang diberikan pada hewan uji. Semakin banyak penginduksi yang diberikan, maka semakin cepat diare yang ditimbulkan Tan dan Rahardja, 2002.

4.4.2 Penentuan konsistensi feses