Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Batang Sikkam EKKBS Analisis Data

26 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan satu tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin Ditjen POM, 1995.

3.5.6 Pemeriksaan steroidtriterpenoid

Sebanyak 1 g serbuk simplisia dan ekstrak etanol kulit batang sikkam dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada sisanya ditambahkan 2 tetes pereaksi Lieberman- Bourchard. Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroidtriterpenoid Ditjen POM, 1995.

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Batang Sikkam EKKBS

Pembuatan ekstrak sikkam dilakukan secara maserasi menggunakan etanol 80 Depkes, 1979. Cara kerja: Sebanyak 1200 g serbuk simplisia sikkam dimasukkan ke dalam wadah kaca berwarna gelap, kemudian dituangi dengan 9000 ml etanol 80. Ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai dan diperas. Ampas dicuci dengan 3000 ml etanol 80, dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, selanjutnya disaring. Maserat etanol yang diperoleh diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada temperatur ±40 o C sampai diperoleh ekstrak kental kemudian dikeringkan menggunakan freeze dryer. Universitas Sumatera Utara 27

3.7 Percobaan Efek Antidiare Percobaan efek antidiare meliputi penyiapan hewan percobaan, penyiapan

bahan uji, kontrol, loperamid HCl sebagai obat pembanding, oleum ricini sebagai induktor diare dan pengujian efek antidiare.

3.7.1 Penyiapan hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus jantan putih dengan berat badan 160-210 g sebanyak 36 ekor, dibagi dalam 6 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Dua minggu sebelum pengujian dilakukan hewan percobaan harus dipelihara dan dirawat dengan sebaik-baiknya pada kandang yang mempunyai ventilasi baik dan selalu dijaga kebersihannya. Hewan yang sehat ditandai dengan pertumbuhan dan suhu badan yang normal Depkes, 1979.

3.7.2 Penyiapan bahan

Bahan yang digunakan meliputi suspensi CMC sebagai kontrol, suspensi loperamid HCl imodium® sebagai pembanding, suspensi ekstrak kulit batang sikkam sebagai bahan uji dan oleum ricini sebagai induktor diare. Pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi bertujuan untuk mendispersikan zat-zat yang tidak larut dalam air seperti bahan tambahan pada tablet imodium® dan golongan senyawa non polar yang terkandung di dalam ekstrak.

3.7.2.1 Pembuatan suspensi CMC 1 bv

Sebanyak 1 g CMC ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Anief, 1999. Universitas Sumatera Utara 28

3.7.2.2 Pembuatan suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb

Tablet imodium mengandung 2 mg loperamid HCl, ditimbang sebanyak 20 tablet kemudian digerus dan diambil sebanyak 900 mg dimasukkan ke dalam lumpang. Selanjutnya ditambahkan suspensi CMC 1 sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen lalu dicukupkan dengan suspensi CMC 1 hingga 50 ml.

3.7.2.3 Pembuatan suspensi EEKBS konsentrasi 2,25; 3; 3,75; 4,5 bv

Sebanyak 2250 mg dimasukkan ke dalam lumpang, lalu ditambahkan sedikit suspensi CMC 1 digerus samapi homogen, selanjutnya dicukupkan dengan CMC 1 sampai 50 ml 4,5. Pembuatan EEKBS dengan variasi konsentrasi 2,25; 3; 3,75 dilakukan dengan mengambil 5; 6,7; 8,3 ml larutan suspensi EEKBS 4,5 masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan suspensi CMC 1.

3.7.3 Pengujian efek antidiare

Dosis EEKBS ditentukan berdasarkan orientasi pada hewan percobaan terhadap parameternya, yaitu 25, 50, 75, 100, 125, 150 mgkg bb. Hasil orientasi menunjukkan bahwa dosis yang memberikan efek antidiare paling baik adalah dosis 75 mgkg bb 2,25, 100 mgkg bb 3, 125 mgkg bb 3,75 dan 150 mgkg bb 4,5 sedangkan dosis 25 dan 50 mgkg bb tidak memiliki efek yang signifikan. Larutan suspensi dibuat bervariasi agar pemberian dosis ekstrak terhadap setiap tikus pada masing-masing kelompok seragam yaitu sebesar 0,667 mltikus, sebagai pembanding suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb konsentrasi 0,03 dengan pemberian 0,667mltikus dan kontrol suspensi CMC 1. Tikus diaklitimasi 18 jam sebelum penelitian, dikelompokkan menjadi 6 kelompok dan kemudian diberikan oleum ricini sebanyak 2 mlkg bb setiap Universitas Sumatera Utara 29 ekornya. Satu jam setelah pemberian oleum ricini masing-masing kelompok diberi perlakuan yaitu kelompok kontrol diberikan suspensi CMC 1 bb, kelompok pembanding diberikan suspensi loperamid HCl 1 mgkg bb dan kelompok bahan uji diberikan suspensi EEKBS yang terdiri dari empat dosis yaitu 75, 100, 125 dan 150 mgkg bb, lalu tikus ditempatkan dalam wadah pengamatan. Pengamatan dimulai 30 menit setelah pemberian oleum ricini dilakukan selama 6 jam. Parameter yang diamati meliputi saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan frekuensi defekasi Sundari, dkk., 2005.

3.8 Analisis Data

Data hasil pengamatan terhadap saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare dianalisis secara statistik berdasarkan rata-rata masing-masing kelompok dengan metode analisis variansi ANAVA pada tingkat kepercayaan 95, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok perlakuan. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS Statistical Product and Service Solution versi 17. Universitas Sumatera Utara 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor. Hasilnya menunjukkan sampel yang digunakan adalah benar kulit batang sikkam Bischofia javanica Blume. Terlihat Lampiran 1, halaman 49. 4.2 Hasil Karakterisasi 4.2.1 Pemeriksaan makroskopik Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia kulit batang sikkam merupakan potongan-potongan kulit yang lebar dengan permukaan luar berwarna coklat tua sedang bagian dalam berserat berwarna coklat kemerahan dengan rasa kelat. Gambar simplisia sikkam dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 50.

4.2.2 Pemeriksaan karakteristik

Karakteristik serbuk simplisia dan ekstrak etanol kulit batang sikkam EEKBS yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia dan EEKBS No. Characteristic Hasil Serbuk simplisia Ekstrak etanol 1. 2. 3. 4. 5. Kadar air Kadar sari larut air Kadar sari larut etanol Kadar abu total Kadar abu tidak larut asam 5,99 17,49 11,84 4,07 6,06 7,32 32,97 23,26 0,48 0,01 Universitas Sumatera Utara