2.2.5 Penyakit Infeksi
Staphylococcus aureus sebagai salah satu mikroflora normal yang berada di
dalam rongga mulut, bilamana dipengaruhi oleh faktor predisposisi seperti perubahan kuantitas mikroorganisme menjadi tidak seimbang dan penurunan daya tahan tubuh
host , maka mikroflora normal dapat menyebabkan penyakit infeksi. Staphylococcus
aureus yang patogen bersifat invasif, menghasilkan koagulase dan cenderung
menghasilkan pigmen kuning, bersifat hemolitik, serta mencairkan gelatin. Beberapa penyakit infeksi dalam rongga mulut dan sekitarnya yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus yaitu abses, gingivitis, angular cheilitis, parotitis,
Staphylococcal mucositis dan denture stomatitis.
3
Staphylococcus aureus sebagai agen kausatif ataupun faktor predisposisi selain menyebabkan infeksi superfisial pada
kulit dan mukosa, juga menyebabkan infeksi nosokomial, septikemia, pneumonia, osteomielitis, gastroenteritis, Toxic Shock Syndrome TSS, dan sepsis.
4,5,6
Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi
koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh
lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakteremia. Bakteremia dapat
menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru. Kontaminasi langsung Staphylococcus aureus pada luka terbuka
seperti luka pasca bedah atau infeksi setelah trauma seperti osteomielitis kronis setelah fraktur terbuka dan meningitis setelah fraktur tengkorak, merupakan
penyebab infeksi nosokomial.
6,27
2.3 Tanaman Jambu Biji
Tanaman jambu biji bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Dari berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman jambu biji berasal dari Meksiko
Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis USA, Peru, Bolivia. Di Indonesia pengembangan budi daya jambu biji masih terbatas dalam
Universitas Sumatera Utara
bentuk penanaman di pekarangan dan tidak bersifat komersial. Sebagian besar pohon jambu biji yang ditanam oleh masyarakat Indonesia varietasnya didatangkan dari
Thailand. Di Indonesia tanaman jambu biji memiliki beberapa nama daerah misalnya guawa Ende, pertukal atau jambu susu Sumatera, klutuk Jawa Barat, goyawas
Manado, jambu biji Jawa Tengah dan Jawa Timur.
28,29
2.3.1 Klasifikasi Tanaman Jambu Biji
Tanaman jambu biji Psidium guajava L. merupakan spesies dari famili Myrtaceae
.
7-10,13
Secara taksonomi jambu biji dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
9,28,29
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Tumbuhan berbiji
Subdivisi : Angiospermae Berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledonae Biji berkeping dua
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava, Linn
Gambar 4. Tanaman jambu biji buah putih
9
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Morfologi Tanaman Jambu Biji
Tanaman jambu biji berasal dari Amerika tropik,
12
tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, pada tempat terbuka, dan mengandung air yang cukup banyak.
Tanaman jambu biji ditemukan pada ketinggian 1-1.200 mdpl. Tanaman jambu biji berbunga sepanjang tahun, perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10 m, percabangan
banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, berwarna coklat kehijauan.
29
2.3.3 Morfologi Daun Jambu Biji Buah Putih
Daun jambu biji buah putih tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai Petiolus dan helaian Lamina saja yang disebut daun bertangkai. Daun
jambu biji buah putih menghasilkan aromatik jika diremas. Dilihat dari letak bagian terlebarnya pada daunnya bagian terlebar daun jambu biji buah putih berada ditengah-
tengah dan memiliki bagian jorong dengan panjang 6-14 cm dan lebar 3-6 cm. Daun jambu biji buah putih memiliki tulang daun yang menyirip yang mana daun ini
memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang ke samping, keluar tulang-tulang cabang. Tanaman
jambu biji memiliki ujung daun yang tumpul, pada umumnya warna daun bagian atas tampak lebih hijau jika dibandingkan sisi bawah daun. Tangkai daun berbentuk
selindris dan tidak menebal pada bagian tangkainya.
29
Gambar 5. Daun jambu biji buah putih
30
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Kandungan Kimia Tanaman Jambu Biji
Dari hasil screening secara kualitatif, didapatkan kandungan fitokimia dalam tanaman jambu biji adalah:
Tabel 1. Fitokimia Dari Jambu Biji
15
Bagian Tanaman Senyawa Kimia
Buah Karbohidrat 13,2, Lemak 0,53, Protein 0,88,
Kadar air 84,9, Makronutrisi seperti Mn, Fe, P dan Ca, S, Vitamin
Daun Sitokinin seperti Zeatin, Zeatin Riboside, Zeatinnukleotida,
Flavonoid, Saponin, Asam Oleanolic, Nerolidiol, Asam Ursolic, Asam Crategolic, Asam Guayavolic, Minyak
esensial seperti ß-caryophyllene, a-pinene, 1,8-cineole, Tanin, Asam Guavanoic, 2 asam ursolat-a-hidroksi, Ileletifol,
Asam Isoneriucoumaric, Guajadial, asam 2a- hydroxyoleanolic, Morin-3-OAL-arabopyranoside,
Quercetin, Hyperin, Myricetin 3-O-ß-Dglucoside, Quercetin- 3-O-ß-D-glucurunopyranoside, 1-O-galloyl-ß -D-glukosa,
Diguajadial Kulit Buah
Asam ascorbic Kulit Pohon
Tanins, Resin, Kristal dari Kalsium oxalate. Akar
Tanin, Leucocyanidin, Sterol, Asam Galic, Karbohidrat dan Garam
Benih Protein, Minyak Pati, Fenolik dan senyawa Flavonoid, Asam
Linoleic Kuncup Bunga
Quercetin, Myricetin, Luteolin, Kaempferol dan Apigenin Ranting
Kalsium, Magnesium, Fosfor, Kalium, Natrium, Fluoride, Tembaga, Besi, Seng, Mangan, Flavonoid,
Alkohol Sesquiterpen dan Asam Triterpenoid
Universitas Sumatera Utara
Senyawa tanin yang terkandung dalam daun jambu biji dapat diperkirakan sebanyak 9
–12.
9,14
Tanin dapat menimbulkan rasa sepat pada buah dan daun jambu biji, tetapi berfungsi memperlancar sistem pencernaan, dan sirkulasi darah. Tanin
mempunyai sifat sebagai pengelat berefek spasmolitik yang mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus berkurang.
14
Daun jambu biji memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di
dunia tumbuhan. Quercetin adalah zat sejenis flavonoid yang ditemukan dalam buah- buahan, sayuran, daun dan biji-bijian. Hal ini juga dapat digunakan sebagai bahan
dalam suplemen, minuman atau makanan. Quercetin memiliki aktivitas anti inflamasi, anti viral, aktivitas anti tumor, dan antioksidan.
30
2.3.5 Aktivitas Antibakteri Daun Jambu Biji Buah Putih
Berdasarkan efektif kerjanya, senyawa antibakteri dibagi dua yaitu, senyawa antibakteri berspektrum luas dan berspektrum sempit. Senyawa antibakteri
berspektrum luas efektif terhadap bakteri yang bersifat gram positif dan gram negatif, sedangkan senyawa antibakteri berspektrum sempit hanya efektif untuk bakteri gram
positif atau gram negatif saja. Dari hasil beberapa penelitian, senyawa antibakteri pada ekstrak daun jambu biji berspektrum luas, karena selain mampu menghambat
pertumbuhan bakteri gram negatif, juga mampu menghambat bakteri gram positif, seperti Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis,
Mycobacterium phlei dan Shigella dysenteria.
15
Tanin merupakan komponen utama dari daun jambu biji, bersifat antibakteri dengan cara mempresipitasi protein. Tanin senyawa polifenol yang mengikat protein
kaya prolin yang mengganggu sintesis protein dan telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri. Mekanisme tanin sebagai antibakteri dengan mengkerutkan dinding sel
dan membran sel, inaktivasi enzim, merusak atau inaktivasi fungsi materi genetik. Selain tanin senyawa yang bersifat antibakteri pada daun jambu biji adalah flavonoid
dan saponin.
Universitas Sumatera Utara
Ekstrak daun jambu biji muda mengandung senyawa fenol yang cukup banyak diantaranya flavonoid, sehingga daun jambu biji memiliki aktivitas antimikroba.
Flavonoid merupakan salah satu antiseptik tertua dengan khasiat bakteriosidal. Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri adalah meracuni protoplasma, merusak dan
menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim esensial di dalam sel bakteri
meskipun dalam konsentrasi sangat rendah. Flavonoid dapat menyebabkan kerusakan sel bakteri, denaturasi protein, inaktivasi enzim dan menyebabkan kebocoran sel.
14,15
Triterpenoid meskipun terutama digunakan untuk kualitas aromatik, juga telah ditemukan sebagai agen yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri dengan
cara menghambat sintesis enzim dan merusak struktur membran sel. Saponin termasuk senyawa triterpenoid telah ditemukan memiliki efek penghambatan pada
bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus dengan cara merusak struktur membran sel. Saponin dapat sebagai antimikroba, berdasarkan sifat racunnya bagi
hewan berdarah dingin dapat menghemolisis sel darah merah.
8,14,15
Dalam penelitian Aponno dkk 2014 di Manado membuktikan bahwa ekstrak daun jambu biji dalam bentuk sedian gel memiliki efektivitas terhadap penyembuhan
luka pada kelinci yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Didalam gel ekstrak daun jambu biji mengandung zat aktif yang mampu meningkatkan aliran darah ke
daerah luka dan juga dapat menstimulasi fibrolast sebagai respon untuk penyembuhan luka. Penyembuhan luka terinfeksi dilihat berdasarkan adanya pembekuan darah,
terbentuknya keropeng scab, hilangnya nanah.
31
Sejalan dengan itu, penelitian Penelitian Richard dkk 2013 di Nigeria membuktikan bahwa ekstrak daun dan batang jambu biji dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur antara lain Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis
, Microsporum gypseum, Trichophyton mentagrophytes.
10
Penelitian Anas dkk 2008 di India juga membuktikan perbandingan ekstrak daun jambu biji dengan menggunakan pelarut metanol dan air, memiliki antibakteri
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian diperoleh kadar hambat minimum KHM masing-masing sebesar 625 µgml dan 75 µl sedangkan kadar
Universitas Sumatera Utara
bunuh minimum KBM masing-masing sebesar 100 µl dan 125 µl. Adanya senyawa aktif tanin yang terkandung dalam ekstrak daun jambu biji menyebabkan denaturasi
protein sehingga dapat menghambat dan membunuh bakteri.
32
Penelitian Sanches dkk 2005 di Brazil juga membuktikan ekstrak daun, batang dan akar dari jambu biji dengan pelarut etanol memiliki antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa
. Adanya senyawa aktif flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun jambu biji sehingga dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan Staphylococcus
aureus dengan kadar hambat minimum KHM dan kadar bunuh minimum KBM
sebesar 125 µgml dan 250 µgml, 62,5 µgml dan 125 µgml, 125 µgml dan 250 µgml.
13
2.4 Uji Sensitivitas Bakteri dengan Menggunakan Prosedur Kadar Hambat Minimum KHM dan Kadar Bunuh Minimum KBM
Uji sensitivitas bakteri dengan menggunakan prosedur Kadar Hambat Minimum KHM adalah suatu metode yang mengukur secara tepat berapa
konsentrasi bahan antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang sudah diinokulasi dengan standard yang sudah ditetapkan. Metode dilusi cair
digunakan pada prosedur ini, dimana banyaknya bahan antibakteri yang sudah ditentukan diencerkan dengan media yang sudah ditentukan dan diinokulasi dengan
suspensi bakteri yang sudah terstandard. Hasil akhirnya, KHM, didapat dengan melihat tabung reaksi terakhir tabung reaksi dengan konsentrasi bahan antibakteri
yang paling sedikit yang jernih, artinya bebas dari pertumbuhan bakteri. Prosedur KHM ini dapat memberi perkiraan yang lebih baik untuk kemungkinan banyaknya
dosis yang diperlukan dalam menghambat pertumbuhan bakteri secara in vivo dan juga membantu mengukur dosis obat yang diperlukan oleh pasien.
33
Selain prosedur KHM, ada prosedur lain untuk menilai efektivitas perawatan antibakteri. Efek bakteriosidal dapat diperkirakan dengan melakukan subkultur
tabung reaksi yang terlihat jernih ke media padat yang bebas dari bahan antibakteri.
Universitas Sumatera Utara
Hasilnya, misal terlihat penurunan koloni bakteri sebanyak ± 99,9, selain dari percobaan kelompok kontrol, disebut Kadar Bunuh Minimum KBM.
33
2.5 Landasan Teori