infeksi tercapai, pada pasien hanya sedikit atau tidak terlihat gejalanya. Namun rasa nyeri akan timbul bila adanya saku periodontal, inflamasi dan saluran fistula.
17
c. Berdasarkan jumlah abses
1. Abses periodontal tunggal
Abses periodontal tunggal biasanya berkaitan dengan faktor-faktor lokal mengakibatkan tertutupnya drainase saku periodontal yang ada.
17
2. Abses periodontal multipel
Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus yang tidak terkontrol, pasien dengan penyakit sistemik dan pasien dengan periodontitis tidak terawat setelah terapi
antibiotik sistemik untuk masalah non oral. Abses ini juga ditemukan pada pasien multipel eksternal resopsi akar, dimana faktor lokal ditemukan pada beberapa gigi.
17
2.2 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroflora normal yang
umumnya berada pada hidung dan kulit dengan rentangan insidens 20-85, sementara pada kulit 5-25, pada rongga mulut 10-35.
19
Bakteri ini bersifat patogen yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan penyakit pada manusia
apabila dipengaruhi faktor predisposisi seperti perubahan kuantitas bakteri dan penurunan daya tahan tubuh host.
20
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang berkaitan dalam bidang ilmu kedokteran gigi yang dapat menyebabkan
infeksi yang bersifat abses lokal namun dapat juga menyebar melalui pembuluh darah dan menyebabkan abses pada organ dalam seperti paru-paru dan jantung.
21
2.2.1 Staphylococcus aureus ATCC
®
29213
™
Staphylococcus aureus ATCC
®
29213
™
merupakan kultur bakteri yang berasal dari American Type Culture Collection ATCC. Kultur ini dikhususkan
untuk digunakan dalam penelitian sehingga tidak dapat digunakan untuk tujuan terapetik dan diagnostik terhadap hewan maupun manusia. Staphylococcus aureus
ATCC
®
29213
™
tumbuh dengan cepat pada temperatur 37°C namun pembentukan pigmen terbaik pada temperatur kamar 20-35°C.
22
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Klasifikasi Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif. Jika diamati dibawah
mikroskop akan tampak dalam bentuk bulat tunggal atau berpasangan, atau berkelompok seperti buah anggur.
19,20
Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut:
19
Domain : Bacteria
Kindom : Eubacteria
Divisi : Firmicutes
Class : Cocci
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Gambar 2. Staphylococcus aureus secara mikroskopis
23
2.2.3 Morfologi Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus
bulat menyerupai bola dengan garis tengah ± 0,8-1,0 μm tersusun dalam kelompok-
kelompok tidak teratur menyerupai buah anggur. Staphylococcus aureus bersifat non-motil tidak bergerak, non-spora, anaerob fakultatif, katalase positif dan
oksidase negatif.
19,20
Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0-9,8 dengan pH optimum 7,0-7,5.
19
Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 35-37°C, tetapi membentuk
Universitas Sumatera Utara
pigmen paling baik pada suhu kamar 20-25°C. Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol dan
berkilau.
19,21
Gambar 3. Staphylococcus aureus pada media Blood Agar BA
24
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob tetapi bila sudah berpindah ke
tempat lain dapat bersifat anaerob fakultatif, mampu memfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hialurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Bakteri
ini mengandung lisostafin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Staphylococcus aureus
mempunyai dinding sel yang terdiri dari kapsul, peptidoglikan, asam teikoat, protein A, membran sitoplasma, clumping factor.
25
Kapsul merupakan lapisan terluar dinding sel Staphylococcus aureus yang diselubungi oleh kapsular polisakarida. Sebagian besar isolat klinis Staphylococcus
aureus menghasilkan kapsuler polisakarida dan 11 serotipe telah diidentifikasi. Studi
serotipe mengungkapkan bahwa isolasi klinis Staphylococcus aureus dari manusia kebanyakan Staphylococcus aureus serotipe 5 dan 8 dengan prevalensi masing-
masing 25 dan 50. Staphylococcus aureus serotipe 5 bersifat antifagositik, juga menghasilkan faktor virulensi yang lebih tinggi.
26
Komponen utama dinding sel adalah peptidoglikan yang menyusun hampir 50 dari berat dinding sel. Peptidoglikan tersusun dari polimer polisakarida asam N-
Universitas Sumatera Utara
asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramik, polipeptida L-Ala, D-Glu, L-Lys, D- Ala, D-ala dan pentaglisin. Dinding sel Staphylococcus aureus juga mengandung
asam teikoat, yaitu sekitar 40 dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung
aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
19,25
2.2.4 Mekanisme infeksi Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus memiliki beberapa mekanisme untuk menyebabkan
infeksi, diantaranya adalah:
21
a. Perlekatan pada protein sel inang
Struktur sel Staphylococcus aureus memiliki protein permukaan yang membantu penempelan bakteri pada sel inang. Protein ini adalah laminin dan
fibronektin yang membentuk matriks ekstraseluler pada permukaan epitel dan endotel. Selain itu, beberapa galur mempunyai ikatan protein fibrin atau fibrinogen
yang mampu meningkatkan penempelan bakteri pada darah dan jaringan. b.
Invasi Invasi Staphylococcus aureus terhadap jaringan inang melibatkan sejumlah
besar kelompok protein ekstraseluler. Beberapa protein yang berperan penting dalam proses invasi Staphylococcus aureus
adalah α-toksin, -toksin, -toksin, δ-toksin, leukosidin, koagulase, stafilokinase, dan beberapa enzim seperti protease, lipase,
DNAse, dan enzim pemodifikasi asam lemak. c.
Perlawanan terhadap ketahanan inang Staphylococcus aureus
memiliki kemampuan mempertahankan diri terhadap mekanisme pertahanan inang. Beberapa faktor pertahanan diri yang dimiliki
Staphylococcus aureus adalah simpai polisakarida, protein A, dan leukosidin.
d. Pelepasan beberapa jenis toksin
Pelepasan beberapa jenis toksin dari Staphylococcus aureus diantaranya adalah eksotoksin, superantigen, dan toksin eksfoliatin.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Penyakit Infeksi
Staphylococcus aureus sebagai salah satu mikroflora normal yang berada di
dalam rongga mulut, bilamana dipengaruhi oleh faktor predisposisi seperti perubahan kuantitas mikroorganisme menjadi tidak seimbang dan penurunan daya tahan tubuh
host , maka mikroflora normal dapat menyebabkan penyakit infeksi. Staphylococcus
aureus yang patogen bersifat invasif, menghasilkan koagulase dan cenderung
menghasilkan pigmen kuning, bersifat hemolitik, serta mencairkan gelatin. Beberapa penyakit infeksi dalam rongga mulut dan sekitarnya yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus yaitu abses, gingivitis, angular cheilitis, parotitis,
Staphylococcal mucositis dan denture stomatitis.
3
Staphylococcus aureus sebagai agen kausatif ataupun faktor predisposisi selain menyebabkan infeksi superfisial pada
kulit dan mukosa, juga menyebabkan infeksi nosokomial, septikemia, pneumonia, osteomielitis, gastroenteritis, Toxic Shock Syndrome TSS, dan sepsis.
4,5,6
Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi
koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh
lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakteremia. Bakteremia dapat
menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru. Kontaminasi langsung Staphylococcus aureus pada luka terbuka
seperti luka pasca bedah atau infeksi setelah trauma seperti osteomielitis kronis setelah fraktur terbuka dan meningitis setelah fraktur tengkorak, merupakan
penyebab infeksi nosokomial.
6,27
2.3 Tanaman Jambu Biji