24 e. psikotropikaantikejang: lithium dan topiramate
f. obat hipoglikemik: metformin, glibenklamid dan insulin g. obat lain: methotrexate dan penicillamine Ashley dan Currie, 2004.
2.6.2 Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik
Pasien dengan hipertensi kronis akan terjadi perubahan pada arteriol ginjal temasuk arteriol aferen yang mengakibatkan kehilangan refleks miogeniknya
sehingga tekanan intraglomerular menjadi bervariasi menyesuaikan dengan tekanan arteri rerata. Gangguan pada autoregulasi ginjal menjelaskan mengapa
pada pasien dengan hipertensi dan penyakit ginjal kronik lebih cenderung terjadi peningkatan kadar serum kreatinin ketika tekanan darah menurun Williams,
2005. Terdapat banyak kelas atau golongan obat antihipertensi yang dapat
digunakan, tetapi beberapa obat yang sering digunakan dan direkomendasikan sebagai first-line therapy, yaitu ACE-inhibitor
, β-blocker, CCB dan diuretik. Penggunaan obat-obat ini harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Pemilihan
obat awal pada pasien harus mempertimbangkan banyak faktor antara lain: umur, riwayat perjalanan penyakit, faktor risiko, kerusakan target organ, diabetes,
indikasi dan kontraindikasi. Indikasi spesifik dan target dalam strategi pemilihan obat antihipertensi tergantung dari profil faktor risiko, penyakit penyerta seperti
diabetes, penyakit ginjal, dan pembesaran atau disfungsi ventrikel kiri Sutter, 2007.
a. Golongan Diuretik
Salah satu contoh obat yang termasuk dalam golongan diuretik kuat adalah furosemid. Furosemid biasanya digunakan pada penderita hipertensi dengan
Universitas Sumatera Utara
25 gangguan fungsi ginjal dengan kadar kreatinin serum lebih dari 2,3 mgdl Lim,
2009. Secara farmakokinetik furosemid memiliki volume distribusi sebesar 0,07- 0,2 Lkg, terikat oleh protein plasma sebesar 91-99 dan 80-90 diekskresikan
dalam bentuk tidak berubah. Selain diuretik kuat juga terdapat diuretik tiazid yang dapat mengurangi tekanan sebesar 10-15 mmHg. Diantara obat tiazid,
hidroklortiazid merupakan obat yang paling sering digunakan. Secara farmakokinetik diabsorbsi dengan baik dalam traktus gastrointestinal GI.
Hidroklortiazid memiliki kekuatan ikat protein yang lebih lemah dibandingkan dengan furosemid. Waktu paruh tiazid lebih panjang daripada diuretik kuat. Maka
untuk alasan ini tiazid harus diberikan pada pagi hari untuk menghindari nokturia Ashley dan Currie, 2009.
Furosemid lebih efektif daripada tiazid, bekerja dengan cepat, dan memiliki lama kerja yang lebih pendek daripada tiazid kerja pendek, dan diekskresi lebih
cepat Sukandar, 2006. Jenis obat diuretik lainnya yang sering digunakan adalah spironolakton. Spironolakton mengalami metabolisme yang cepat dan luas.
Sebagian besar pemberian peroral diubah menjadi metabolit aktif Raharjo, 2008. Penggunaan diuretik dapat efektif untuk mencegah hiperkalemi, tetapi
penggunaan diuretik tiazid hanya dapat diberikan pada kadar kreatinin di bawah 1,8 mgdL. Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik dapat dilakukan
pemantauan kadar kalium setiap 1-2 minggu pada awal terapi Williams, 2005.
b. Golongan ACE-Inhibitor
Obat golongan ACE-I yang sering digunakan adalah kaptopril. Setelah pemberian secara oral kaptopril secara cepat diabsorpsi dan mencapai kadar
puncak dalam 1 jam, adanya makanan dalam saluran gastrointestinal akan
Universitas Sumatera Utara
26 menurunkan absorpsi sebesar 30-40. Dalam distribusinya sekitar 25-30 terikat
oleh protein, 90 diekskresikan melalui ginjal, dan waktu paruhnya sekitar 3 jam, serta 40-50nya dieksresikan dalam bentuk tidak berubah Ashley dan Currie,
2009. Oleh karena itu golongan ACE-I seperti kaptopril, benazapril dan ramipril diperlukan penyesuaian dosis yaitu penurunan dosis berdasarkan nilai LFG dan
diberikan tunggal lampiran 6.
c. Golongan β – blocker