22 ketiga sampai kelima. Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa dosis
loading dengan manfaat cepat, sedangkan dosis pemeliharaan berkaitan degan toksisitas obat Hakim, 2013.
2.6 Penyakit Hipertensi pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik
Tujuan dari pengobatan hipertensi pada penyakit GGK adalah untuk menurunkan tekanan darah, untuk menurunkan resiko terjadinya Cardio Vaskular
Disease pada pasien hipertensi dan memperlambat progresi penyakit ginjal pada pasien dengan atau tanpa hipertensi NKF, 2004. Berkembangnya penyakit GGK
dapat diatasi dengan pengobatan hipertensi. Diuretik , β-blocker, ACE-I, dan
antagonis kalsium semuanya efektif pada pasien dengan gagal ginjal dini. ACE-I dan Calsium Channel blocker CCB tidak mengubah metabolisme glukosa atau
lipid, memiliki efek yang diinginkan pada hipertrofi ventrikel kiri dan memiliki efek nefroprotektif potensial dengan mengurangi peningkatan resistensi vaskular
ginjal. ACE-I memiliki manfaat tambahan berupa berkurangnya proteinuria pada pasien baik dengan penyakit diabetik maupun nondiabetik. Obat ini harus
diberikan dengan hati-hati karena bisa menurunkan aliran darah ginjal dan memicu gagal ginjal akut, khususnya bila ada stenosis arteri renalis Suwitra,
2006.
2.6.1 Obat-obat yang Perlu Penyesuaian Dosis pada Pasien GGK
Sebagian besar obat yang larut air diekskresikan dalam jumlah tertentu dalam bentuk utuh melalui ginjal. Dosis obat
– obat tersebut butuh penyesuaian yang hati
– hati apabila obat tersebut diresepkan pada pasien dengan fungsi ginjal yang telah menurun. Akumulasi dan toksisitas dapat meningkat dengan cepat
apabila dosis tidak disesuaikan pada pasien yang mengalami penurunan fungsi
Universitas Sumatera Utara
23 ginjal. Sebagian besar obat juga memiliki efek samping nefrotik, sehingga dosis
juga harus disesuaikan pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal Sukandar, 2006.
Strategi untuk menyesuaikan dosis pada pasien gagal ginjal dapat membantu dalam terapi obat individu dan membantu meningkatkan keamanan obat. Metode
yang direkomendasikan dalam mengatur penyesuaian dosis adalah dengan mengurangi dosis, memperpanjang interval dosis atau kombinasi keduanya
Munar dan Singh, 2007. Pengetahuan penyesuaian dosis obat untuk pasien dengan insufisiensi ginjal sangat penting untuk mencegah dan mengurangi
akumulasi obat tersebut dalam tubuh. Angka kejadian efek samping obat pada pasien GGK ternyata lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang mempunyai
faal ginjal normal Sukandar, 2006. Bila kreatinin klirens dibawah 60 mLmenit maka perlu penyesuaian dosis
obat yang dikonsumsi. Penyesuaian dapat dengan cara mengurangi dosis obat atau memperpanjang interval minum obat. Penyesuaian ini bertujuan untuk mendapat
efek terapeutik maksimal tanpa efek samping. Berikut beberapa macam obat –
obat yang perlu penyesuaian dosis saat diberikan pada pasien dengan gangguan ginjal, yaitu:
a. antibiotikantifungi: aminoglikosida gentamisin carbapenems meropenem b. antikoagulan: low molecular weight heparins enoxaparin
c. obat jantung: digoksin dan atenolol d. diuretik: bila klirens kreatinin kurang dari 30 mLmenit maka hindari
penggunaan obat diuretik yang menahan kalium, obat thiazide akan berkurang efektifitasnya
Universitas Sumatera Utara
24 e. psikotropikaantikejang: lithium dan topiramate
f. obat hipoglikemik: metformin, glibenklamid dan insulin g. obat lain: methotrexate dan penicillamine Ashley dan Currie, 2004.
2.6.2 Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik