orbit yang bebas. Radikal bebas tersebut dapat berupa reactive oxygen spesies ROS dan reactive nitrogen species RNS, reactive oxygen nitrogen spesies RONS,
berperan dalam patogenesis dari beberapa penyakit saluran cerna, termasuk penyakit refluks gastroesofageal GERD, gastritis dan idiopatik inflammatory bowel disease
IBD.
2.10.1 Pengaruh Agar-agar pada Pengobatan Konstipasi fungsional
26,27
Agar-agar adalah makanan yang berbahan dasar rumput laut mengandung banyak serat. Setelah agar-agar mencapai saluran cerna, makanan tersebut tidak menyerap air
lagi karena sudah tercapainya keseimbangan ketika dalam suhu kamar dalam pembuatannya agar-agar dilarutkan dalam air panas kemudian didinginkan dalam suhu
kamar. Dalam perjalanannya di saluran cerna, agar-agar dapat menyerap lemak jenuh yang kemudian terbuang bersama ampas makanan.
28
Serat makanan didalam saluran cerna akan memperpanjang waktu pengosongan lambung sehingga menyebabkan makanan untuk tetap tinggal di perut lebih lama dari
biasanya. Dalam usus kecil, serat mempunyai efek yang bervariasi dalam hal lama waktu yang dibutuhkan pada saat makanan melewati usus, dimana penyerapan nutrisi
terjadi di usus kecil, absorbsi yang tertunda akan menurunkan waktu transit gastrointestinal sehingga dapat mempengaruhi waktu transit di kolon. Di dalam usus
besar, serat terbukti dapat melunakkan tinja dan memperpendek waktu transit tinja di usus besar.
Dari beberapa penelitian terbukti bahwa serat sangat efektif dan dapat dijadikan sebagai pengobatan non farmakologi konstipasi fungsional pada anak.
29-31
32,33
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gemma dkk di Spanyol pada tahun 2006 membuktikan
manfaat dari mengkonsumsi serat tinggi dalam pengobatan konstipasi fungsional kronik pada anak.
11
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 75 tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia, kebutuhan serat
berdasarkan usia dan jenis kelamin telah ditetapkan sebagai berikut : untuk usia 7-9 tahun: 26 gramhari, laki-laki usia 10-12 tahun: 30 gramhari, usia 13-15 tahun: 35
gramhari , usia 16-18 tahun: 37 gramhari, perempuan usia 10-12 tahun : 28 gramhari, usia 13-15 tahun : 30 gramhari, usia 16—18 tahun : 30 gramhari.
34
Pada konstipasi terjadinya perubahan pada permeabilitas usus yang dapat menyebabkan
terjadinya stress oksidatif. Stress oksidatif terjadi akibat ketidakseimbangan homeostasis antara pro oksidan dengan anti oksidan sehingga
terjadi kelebihan ROS dan atau penurunan kadar antioksidan. Pada tipe slow transit constipation STC terjadi gangguan motilitas total di kolon.
Dalam sebuah studi histologi, kolon dengan STC akan mengalami perubahan tidak hanya dalam struktur sistem saraf enterik, seperti adrenergik dan saraf kolinergik, tetapi
juga isi dan reseptor neurotransmitter. Beberapa penulis melaporkan penurunan aktivitas saraf kolinergik dan peningkatan nonadrenergik noncholinergik NANC pada aktivitas
saraf inhibitor memegang peranan penting dalam dismotilitas kolon dengan STC.
26,35
Anak-anak dengan konstipasi kronis mengalami penyerapan usus yang berulang karena adanya gangguan transit di kolon yang memanjang menyebabkan
ketidakseimbangan pada flora usus. Akibatnya kadar antioksidan didalam tubuh superperoksida dismutase SOD, catalase CAT, vitamin C dan vitamin E menurun
secara significant pada konstipasi. Radikal bebas dan ROS yang berlebihan serta penurunan kadar vitamin E akan menyebabkan peningkatan lipoperoksida pada anak
dengan konstipasi kronik.
36
37
Rumput laut sebagai bahan dasar agar-agar terbukti mengandung banyak anti oksidan yang bermanfaat bagi kesehatan.
26
Universitas Sumatera Utara
2.11. Kerangka konseptual