Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengidentifikasi gambaran aktivitas hidup sehari-hari lansia dan gangguan penglihatan di UPT Pelayanan Sosial Lansia Binjai. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lansia Binjai berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 30 66,7 sedangkan responden laki-laki sebanyak 15 33,3 Hasil penelitian ini juga sebanding dengan hasil Susenas tahun 2009, menurut jenis kelamin jumlah lansia perempuan 10,44 juta orang atau 8,96 dari seluruh penduduk lansia. Jumlah lansia perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 8,88 juta orang atau 7,76 dari seluruh penduduk lansia, hal ini disebabkan karena usia harapan hidup lansia perempuan lebih tinggi dibandingkan lansia laki- laki. Semakin tinggi jumlah Lansia, maka semakin baik tingkat kesehatan masyarakatnya. Pertambahan penduduk lansia ini mungkin disebabkan oleh semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia harapan hidup lansia. Hasil dari penelitian menunjukkan pada kelompok lanjut usia mayoritas di UPT Pelayanan Sosial Lansia Binjai dalam rentang 60 - 74 tahun sebanyak 24 orang 53,3 sedangkan umur diatas 90 tahun lebih sedikit 1 2,2. Hasil ini sebanding dengan penelitian intan 2012 di Panti Werdha Sosial Tresna Mulia Darma kabupaten Kubu Raya dimana responden kelompok lanjut usia berusia 60- 74 tahun lebih banyak 69,80 dibanding rentang usia 75 - 90 tahun. Usia Universitas Sumatera Utara merupakan faktor intrinsik yang mempengaruhi aktivitas. Menurut Potter dan Perry 2005 Kemampuan aktifitas sehari-hari pada lanjut usia di pengaruhi dengan umur lanjut usia itu sendiri. Umur seseorang menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana seseorang bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan aktifitas sehari-hari. Pada kelompok umur 85 tahun lebih banyak membutuhkan bantuan pada satu atau lebih Aktivitas sehari - hari dasar. Menurut Komnas lansia 2005 dan Papalia 2008 dengan meningkatnya usia maka secara alamiah akan terjadi penurunan kemampuan fungsi untuk merawat diri sendiri maupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, dan akan semakin bergatung pada orang lain. Dengan bertambahnya usia akan meningkatkan berat badan karena penumpukan lemak di dalam otot sementara sel otot sendiri berkurang jumlah dan volumenya, sehingga ada kecenderungan untuk mengurangi aktifitas fisik karena obesitas. Hal ini menyebabkan kelemahan fisik yang dapat membatasi mobilitas yang berpengaruh terhadap keseimbangan karena menjadi lamban di dalam bergerak dan kurangnya reaksi antisipasi terhadap perubahan serta secara umum akan menurunkan kualitas hidup lansia Fatimah , 2010 Berdasarkan penelitian Umumnya responden di UPT Lansia Binjai memiliki pendidikan yang rendah terlihat bahwa lansia yang berpendidikan SD lebih besar yaitu 58, tidak sekolah 17 dan hanya 24 yang mampu sampai SMP keatas. hasil ini sebanding dengan Penelitian yang dilakukan oleh Najiyatul et al 2012 di UPT PSLU Pasuruan juga mengatakan bahwa lansia yang berpendidikan SD lebih besar yaitu 61 begitu juga penelitian oleh intan et al Universitas Sumatera Utara 2012 di PWST kubu raya bahwa lansia yang berpendidikan dibawah SMP yaitu 51. Dari beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia yang berada di Panti memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Komnas lansia 2009 pendidikan merupakan salah satu unsur penting untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan pendidikan yang semakin tinggi dapat menghasilkan pengetahuan yang makin baik dan kemandirian yang semakin baik. Hasil penelitian dari 45 responden diperoleh mayoritas mengalami gangguan penglihatan Low Vision berjumlah 32 orang 71,1 sedangkan Blindness hanya 13 orang 28,9. Sebanding dengan penelitian Rinajumita 2009 Wilayah Kerja Puskesmas Payakumbuh lansia yang mengalami gangguan penglihatan 78,8. Mayoritas lansia tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata yaitu 26 orang 57,8. Menurut teori Tamher 2008 pada lansia terjadi perubahan pada sistem penglihatan lensa kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah ketajaman dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang. respon terhadap sinar dan lapang pandang menurun. Penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat membantu lansia dalam melakukan aktivitas sehari – hari . Hasil penelitian dari 45 responden diperoleh kemampuan aktivitas sehari- yang di ukur dari indeks barthel. untuk kemampuan kontinen mayoritas mengontrol rangsangan BAB terkendali teratur 19 orang 42, terkendali BAK teratur sebanyak 28 orang 62 sedangkan mengontrol BAB tidak terkendali 14 orang 4,4. Menurut teori Maryam 2011 pada sistem pencernaan esofagus Universitas Sumatera Utara melebar, asam lambung serta peristaltik menurun, sehingga daya absorpsi menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ menurun menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan biasanya menimbulkan konstipasi. Begitu pula dengan sistem perkemihan banyak mengalami kemunduran, seperti laju filtrasi ekresi dan reabsorpsi ginjal. Hal ini akan memberikan efek dalam pemberian obat pada lansia. Pola berkemih tidak normal seperti banyak berkemih dimalam hari sehingga mengharuskan mereka pergi ketoilet sepanjang malam hal ini menunjukkan inkotenensia meningkat Ma’rifatul, 2011. Kemampuan membersihkan diri mayoritas secara mandiri 42 orang 93, toileting mayoritas secara mandiri 26 58, mayoritas makan secara mandiri 34 76, berpakaian secara mandiri 38 orang 84, mandi secara mandiri 41 orang 91 mayoritas aktivitas naik turun tangga mayoritas 19 orang 42, mayoritas mandiri ketika pindah posisi dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya 24 orang 53, mayoritas mobilitas mandiri 22 responden 49. Penurunan fungsi tubuh pada lansia akan mengakibatkan permasalahan gangguan gerak dan fungsi lansia. Lansia mengalami penurunan fungsi jalan, penurunan fungsi keseimbangan, penurunan kemampuan fungsional, penurunan kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari Irianto,2004. Hal ini sebanding dengan penelitian dari Rahmawati 2010 di UPT sosial lansia Binjai Hasil penelitian diperoleh bahwa kemampuan fungsional lansia untuk mandi di panti Binjai mayoritas mandiri yaitu 38 orang 80,9, untuk berpakaian mayoritas mandiri yaitu 40 orang 85,1. pergi ke toilet mayoritas mandiri yaitu 36 orang 76,6, untuk berpindah jalan Universitas Sumatera Utara mayoritas mandiri yaitu 36 orang 76,6, untuk mengontrol BAK dan BAB mayoritas yang mandiri yaitu 44 orang 93,6 dan untuk makan mayoritas mandiri yaitu 44 orang 93,6. Berdasarkan tabel 5.1.2 hasil Penelitian ini menemukan bahwa mayoritas responden mandiri 19 orang 66,7, sedangkan total ketergantungan 2 orang 4. lansia yang tinggal di panti mayoritas memiliki tingkat kemampuan aktivitas mandiri dalam melakukan aktifitas fisik sehari-hari yang di ukur memakai Indeks Barthel. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian dari Inta et al 2012 di PSWT Kubu Raya dengan mengukur aktivitas fisik lansia sehari- hari dengan indeks barthel didapatkan hasil responden mayoritas dengan ketergantungan ringan 27 62, ketergantungan sedang 25,6, berat 7 dan total 5 . Menurut teori Budi Darmodjo 2004 menua suatu proses perubahan dimana batas kemampuan beradaptasi menjadi berkurang geriatric giant dimana lansia akan mengalami imobilisasi, demensia, depresi, komunikasi, gangguan pada penglihatan, pendengaran dan malnutrisi. Tingkat kemandirian ini berbeda-beda setiap lansia mungkin ini dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi oleh setiap lansia. Mayoritas lansia yang tinggal di UPT layanan sosial wilayah Binjai mayoritas lansia sebanyak 28 responden 62,2 telah tinggal 3 tahun. Manusia yang telah terbiasa mandiri selama rentang bertahun-tahun akan terus berusaha mempertahankan kemandirian itu dalam beraktivitas sehari-hari selama mungkin Putri 2011. Dalam rentang waktu lebih dari satu tahun dapat memungkinkan lansia untuk beradaptasi sehingga lansia tersebut dapat mengoptimalkan Universitas Sumatera Utara kemandiriannya menurut Pratikwo, et al 2006. sebanyak 13 responden menunjukkan tingkat ketergantungan ringan sebanyak 57,8 dengan ketergantungan sedang sebanyak 7 responden 28,9. Dari kuesioner menunjukkan sebanyak 31 tidak mampu mengontrol BAB dan sebagian lansia yang membutuhkan bantuan untuk naik turun tangga sebanyak 58. Faktor yang mempengaruhi tingkat ketergantungan responden salah satunya adalah menurunnya ketajaman penglihatan mayoritas 32 orang 71,1 mengalami Low vision . Adanya penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah serta menurunnya sensivitas terhadap warna. Lansia pada umumnya menderita presbiopi atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena elastisitas lensa mata berkurang Maryam, 2008. proses degenerasi dialami oleh jaringan didalam bola mata, sel-sel reseptor berkurang, visus kurang tajam dibandingkan pada usia muda. Keluhan silau timbul akibat proses penuaan pada cornea dan lensa Irianto, 2004. Perubahan penuaan normal dan masalah kesehatan yang sering tercermin dalam penurunan dalam kemampuan fisik para lansia, yang dapat membuat mereka kurang mandiri, kurang aman dan dapat membuat tugas-tugas sehari-hari jauh lebih sulit bagi mereka. Hal tersebut tentunya juga akan berpengaruh pada aktivitas hidup sehari-hari sehingga dapat menurunkan kualitas hidup lansia yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari Nugroho 2008. Lansia yang tidak mandiri akan selalu memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitasnya. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Karakteristik usia responden di UPT Pelayanan Sosial Lansia Binjai dengan aktivitas hidup sehari-hari mandiri mayoritas berada pada usia 60 - 74 tahun berjenis kelamin wanita, dengan pendidikan SD, lama tinggal dipanti lebih dari tiga tahun, tidak memakai kaca mata dan mengalami gangguan penglihatan kategori low vision. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa lansia melakukan aktivitas hidup sehari hari dengan mandiri dan sebagian memerlukan aktivitas dengan ketergantungan ringan, ketergantungan sedang dan hanya sedikit responden yang melakukan aktivitas ketergantungan berat dan total. Adapun hal-hal yang mempengaruhi aktivitas kemandirian seperti usia, kesehatan fisiologis seperti gangguan penglihatan low vision, jenis kelamin dan lama tinggal dipanti. Lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas melakukan sendiri aktivitas dasar sehari-hari dengan dibantu oleh 1 orang petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan. pada lansia yang mengalami ketergantungan berat dan total ditempatkan di 2 wisma yaitu Anyelir dan Asoka yang merupakan wisma dengan lansia yang memiliki penyakit gangguan penglihatan dan penyakit lainnya. Dalam hal ini perawat memberikan pelayanan kesehatan untuk memelihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

5 63 86

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

9 80 88

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 12

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 4

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 2 25

2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia - Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 22

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia - Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 25

GAMBARAN AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI DAN GANGGUAN PENGLIHATAN PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANSIA DAN ANAK BALITA WILAYAH BINJAI DAN MEDAN

0 0 10