Gangguan Penglihatan TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Gangguan Penglihatan

2.2.1 Defenisi Gangguan Penglihatan Gangguan penglihatan adalah ganggaun penglihatan mata sejenak pada kedua mata bisa terjadi pada gangguan vaskular di korteks visual kedua sisi. Kehilangan penglihatan sejenak pada satu mata akibat serangan otak sepintas karena gangguan pada arteri karotis yang berlangsung 10 menit. Terdapatnya gangguan penglihatan dengan keluhan kesukaran melakukan pekerjaan malam hari disertai keluhan secara kualitatif melihat objek menjadi kurang terang yang biasanya berhubungan dengan kelainan mata Misbach, 2000. Lansia pada umumnya menderita presbiopi atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena elastisitas lensa mata berkurang Maryam 2008. Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan didalam bola mata, sel- sel reseptor berkurang, visus kurang tajam dibandingkan pada usia muda. Keluhan silau Foto-Fobi timbul akibat proses penuaan pada cornea dan lensa Irianto, 2004. Gangguan mata lain yang dapat menyebabkan kerusakan penglihatan seperti, katarak, glaukoma Fatimah, 2010. 2.2.2 Anatomi Struktur Mata Mata merupakan indra penglihatan dapat dijelaskan analog dengan kamera, sehingga cahaya atau sinar jatuh pada retina dan cahaya dipatahkan oleh sebuah lensa Watson, 2002. Adapun anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: Universitas Sumatera Utara 2.2.2.1 Adneksa Mata merupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari: 1. Kelopak mata terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di dalam. Kelopak mata berfungsi melindungi mata dan berkedip serta untuk melicinkan dan membasahi mata. 2. Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak dan menutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata. Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis silindris yang mengandung sel goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat longgar. 3. Sistem Saluran Air Mata Lakrimal terletak pada sudut superlateral rongga mata dan berfungsi untuk menghasilkan cairan air mata. 4. Rongga Orbita merupakan rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-tulang yang kokoh. 5. Otot-Otot Bola Mata masing-masing bola mata mempunyai enam buah otot yang berfungsi menggerakkan kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik Vaughan Asbury, 2009. 2.2.2.2 Bola Mata Dinding bola mata disusun oleh 3 tunika lapisan yaitu: 1. Tunika fibrosa lapis sklera-kornea merupakan lapisan luar bola mata yang terdiri atas sklera dan kornea. Universitas Sumatera Utara 2. Tunika vaskularis lapis uvea merupakan lapisan tengah bola mata terdiri atas khoroid, badan siliaris dan iris. 3. Tunika neuralis lapis retina merupakan lapisan dalam bola mata terdiri atas retina Watson, 2006 . 2.2.3 Fisiologi Penglihatan Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina dengan perantaraan serabut nervus optikus yang menghantarkan ransangan ini ke pusat penglihatan pada otak unutk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh kemata menimbulkan bayangan yang letaknya difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh kornea lensa badan ekueus dan vitrous. Lensa membiaskan cahaya dan mempokuskan bayangan pada retina bersatu menangkapkan sebuah titik bayangan yang difokuskan Irianto, 2004. 2.2.4 Mekanisme Pembentukan Bayangan Bayangan yang jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal nervus optikus nyata, sinar yang membentuk retina membentuk potensial dalam bayangan kerucut impuls dihantarkan kedalam korteks serebri pada tempat yang menghasilkan sensasi bayangan selanjutnya mengirimkan bayangan dua dimensi ke otak untuk direkontruksikan menjadi tiga dimensi. Pembentukan bayangan abnormal jika bola mata terlalu panjang dan berbentuk elips, titik fokus jatuh di didepan retina sehingga bayangan kabur. Untuk melihat lebih jelas harus mendekatkan mata pada objek yang dilihat, dibantu lensa bikonkaf yang memberi cahaya divergen sebelum masuk mata Syaifuddin, 2006. Universitas Sumatera Utara 2.2.5 Perubahan Struktur Mata Perubahan penglihatan dimulai dengan terjadinya kehilangan kemampuan akomodatif seperti seseorang mengalami kesulitan membaca huruf - huruf kecil. Kerusakan kemampuan akomodasi terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan kendur serta lensa kristalin mengalami kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan pada penglihatan jarak dekat. Ukuran pupil menurun penuaan karena sfinkter pupil mengalami sklerosis. Miosis pupil ini dapat mempersempit lapangan pandang seseorang dan mempengaruhi penglihatan perifer Stanley, 2006. 2.2.5.1 Perubahan Struktur Kelopak Mata M. Orbicularis terjadi perubahan kedudukan palpebra yaitu terjadi entropion ektropion senilis involusional pada usia lanjut. Pada ektropion bila margo palpebra mulai eversi, konjungtiva tersalis menjadi terpapar ekspose, ini menyebabkan inflamasi sekunder dan tarsus akan menebal sehingga secara mekanik akan mempercepat ektropionnya. Retaktor Palpebra inferior mengalami kekendoran mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi berputar kearah luar sehingga memperberat terjadinya entropion. Tarsus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas lebih melengkung kedalam sehingga entropion lebih nyata. Kulit pada palpebra mengalami atropi dan kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini bisa saja terjadi Universitas Sumatera Utara pada palpebra superior maupun inferior dan disebut sebagai dermatokalasis Darmojo, 2006. 2.2.5.2 Perubahan Sistim Lakrimal Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos, kegagalan fungsi pompa pada sistem kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, eversi punctum atau malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan mata kering yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir, mata lensa kering bahkan kabur Darmojo, 2006. 2.2.5.3 Perubahan Pada Kornea Arcus senilis. Kelainan ini berupa infiltrasi bahan lemak yang bewarna keputihan bebrbentuk cincin, dibagian tepi kornea. Mula - mula timbulnya dibagian inferior diikuti bagian superior berlangsung meluas dan akhirnya membentuk cincin. 2.2.5.4 Perubahan Struktur Jaringan dalam Bola Mata Lensa Crystallina. nukleus makin membesar dan padat sehingga bagian kortex makin menipis, elastisitas lensa jadi berkurang, indeks bias berubah membias sinar jadi lemah. Lensa yang mula-mula bening transparan menjadi tampak keruh. Iris mengalami proses degenerasi menjadi kurang cemerlang dan mengalami depigmentasi tampak ada bercak bewarna muda sampai putih. Pupil kontriksi Pada usia tua terjadi 1 mm, replek direk lemah. Badan kaca vitreus Universitas Sumatera Utara berdigenerasi konsitensi lebih encer Synchisis dapat menimbulkan keluhan photopsia melihat kilatan cahaya saat ada perubahan posisi bila mata. Retina terjadi degenerasi pada gambaran pundus mata mula-mula tampak merah jingga cemerlang menjadi suram dan ada jalur-jalur berpigment Tiroid Appearance terkesan seperti kulit harimau. Jumlah sel fotoreseptor berkurang sehingga adaptasi gelap dan terang memanjang dan terjadi penyempitan lapangan pandang Darmojo, 2006. Beberapa masalah gangguan penglihatan yang sering terjadi pada lansia sebagai berikut : 1. Presbiopi Gangguan penglihatan yang terjadi karena kekakuan lensa. Menurut penelitian lensa manusia mulai terjadi kekakuan pada usia 40 tahun sehingga kemampuan akomodasi menurun. Sinar yang masuk kemata tidak dibiaskan tepat diretina dan dibutuhkan lensa kaca mata yang sesuai dengan usia Tarwoto, Aryani, Wartonah 2009. 2. Katarak Katarak adalah kekeruhan lensa atau kapsul lensa mata yang disebabkan oleh proses penuaan, diabetes militus dan pemberian obat kortison dalam waktu lama. Katarak merupakan penyakit yang paling banyak terjadi pada lansia katarak senile terutama pada usia diatas 70 tahun. Perubahan biokimiawi yang ditemukan adalah meningkatnya jumlah protein insoluble dan ion kalcium dalam Universitas Sumatera Utara lensa. Gejala yang dirasakan lansia adalah kehilangan secara bertahap, tidak nyeri, penglihatan buruk saat membaca, pandangan silau, pupil bewarna putih susu Fatimah, 2008. 3. Glaukoma Adanya peningkatan tekanan intraokular yang muncul ketika tekanan intraokuler mencapai tingkat patologi yaitu 60-70 mm Hg. Tingkat tekanan sebesar 20-30 mm Hg dalam waktu yang lama bisa mengakibatkan hilangnya penglihatan. Pada glaukoma akut tekanan yang ekstrim bisa mengakibatkan kebutaan dalam beberapa jam Charlene. Tekanan intraokuler normal kurang lebih 15 mmHg dengan rentangan 12-20 mm Hg guyton, 1991. Ditimbulkan oleh adanya cairan dalam bilik anterior yang belum sempat disalurkan keluar, sehingga peningkatan tegangan dapat menimbulkan tekanan pada saraf optik yang lama-kelamaan menghilangkan daya penglihatan pada mata. Pengobatan dengan obat-obatan yang mengkontriksikan otot-otot sfingter pupil dan oto-otot siliaris atau operasi membuat lubang pada iris Irianto, 2004. 2.2.6 Klasifikasi Ketajaman Penglihatan Menurut Ilyas, Sidarta 2009 sebagai berikut : 1. penglihatan normal pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dengan snelen chart dengan jarak 6 meter 63 hingga 67 atau dengan snellen chart 20 kaki 2010 hingga 2025. Penglihatan hampir normal tidak menimbulkan masalah yang gawat akan tetapi perlu diketahui penyebab mungkin suatu Universitas Sumatera Utara penyakit yang masih dapat diperbaiki dengan snellen jarak 20 kaki 2030- hingga 20-70 atau 69 hingga 621 untuk snellen jarak 6 meter. 2. Low Vision Penglihatan Kurang Terdapat gangguan penglihatan dengan tajam penglihatan kurang 618 jarak 6 meter atau 2070 jarak 20 kaki - 660 jarak meter atau 20200 jarak 20 kaki. Orang lanjut usia dengan kacamata atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat, tidak menimbulkan masalah yang gawat, tetapi perlu diketahui penyebab mungkin suatu penyakit yang masih dapat diperbaiki. penglihatan Low vision masih dapat berorientasi dan melakukan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesulitan pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar sehingga membaca jadi melambat dengan efisiensi penglihatan 20-70. 2. Blindness kebutaan terdapat gangguan penglihatan dengan tajam penglihatan 20400 kaki. Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat untuk mengenal lingkungannya. Pada buta total tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Penglihatan akan memberikan hambatan tertentu. Pada setiap hambatan diperlukan alat bantu sehingga terdapat kemudahan dalam penyesuaian dengan kehidupan normal. Low vision dibagi 2 kelompok : ringan dan berat. Universitas Sumatera Utara 1. Low vision ringan dimana terdapat gangguan penglihatan ringan dengan tajam penglihatan kurang 0,3 515, 618 atau 620, 2080 atau 2070. 2. Low vision berat yaitu terdapat gangguan penglihatan berat yang pada negara tertentu dimasukkan kedalam golongan buta. Tajam penglihatan kurang dari 0,12 540, 648 atau 20160. Tabel 2.1 Kategori gangguan penglihatan diadaptasi dari WHO Low Vision Kategori gangguan penglihatan Ketajaman penglihatan 1 618 meter atau 2070kaki 2 660 meter atau 20200 kaki Blindness 3 360 menghitung jari pada jarak 3 m 20400 kaki 4 160 menghitung jari pada jarak 1 m 5300 5 Tidak ada persepsi cahaya 2.2.7 Pengukuran Visus pada Gangguan Penglihatan Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan mata untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya ketajaman penglihatan. Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu snellen dan bila kurang penglihatan Low vision maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari, lambaian tangan ataupun proyeksi Universitas Sumatera Utara sinar Ilyas, 2009. Pengukuran dilakukan menggunakan Snelen Chart yang sudah dikenal terdiri atas deretan huruf acak yang tersusun mengecil untuk menguji penglihatan jauh. Visus normal adalah 2020 ukuran feet, atau 66 dengan satuan ukuran meter. Penghitungan Visus menggunakan rumus: V= dD yaitu V = visus atau ketajaman penglihatan, d= jarak antara kartu Snelen dengan mata orang yang sedang diukur D = jarak baca penglihatan normal Vaughan, 2010. Dengan kartu snelen chart standart ini ditentukan tajam penglihatan seseorang seperti : 1. Bila tajam penglihatan 66 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter visus normal. 2. Bila tajam penglihatan 630 maka lansia dapat melihat huruf pada baris yang menunjukkan angka 30 3. Bila lansia hanya dapat membaca huruf baris menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan lansia 650. 4. Bila tajam penglihatan 660 berarti hanya dapat melihat jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter. 5. Dengan uji lambaian tangan maka tajam penglihatan pasien 1300. 6. Bila sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut tajam penglihatan 1-. Bila seseorang diragukan penglihatan berkurang akibat kelainan refraksi miopia, astigmatisme maka dilakukan uji pinhole yang dapat dikoreksi dengan kaca mata. Bila pinhole diletakkan didepan mata penglihatan Universitas Sumatera Utara menjadi kabur berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media penglihatan. Gambar 2.1 Snellen chart 2.2.8 Prosedur Pemeriksaan Mata dengan menggunakan Kartu Snellen Menurut Depkes RI 2007 prosedur pemeriksaan sebagai berikut : Tahap I. Pengamatan: Pemeriksa memegang senter perhatikan: 1. Posisi bola mata: apakah ada juling Universitas Sumatera Utara 2. Konjungtiva: ada pterigium atau tidak 3. Kornea: ada parut atau tidak 4. Lensa: jernih atau keruh warna putih Tahap II. Pemeriksaan Tajam Penglihatan Tanpa Pinhole: 1. Pemeriksaan dilakukan di pekarangan rumah tempat yang cukup terang, responden tidak boleh menentang sinar matahari. 2. Gantungkan kartu Snellen sejajar mata responden dengan jarak 6 meter. 3. Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan dan Mata kiri responden ditutup dengan telapak tangannya tanpa menekan bola mata. 4. Responden disuruh baca huruf dari kiri-ke kanan setiap baris kartu Snellen atau dimulai baris teratas atau huruf yang paling besar sampai huruf terkecil baris yang tertera angka 2020. 5. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf kurang dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya. 6. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf setengah baris atau lebih maka yang dicatat ialah yang tertera diangka tersebut Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan hitung jari: 1. Bila responden belum dapat melihat huruf terbesar dari kartu Snellen maka mulai hitung pada jarak 3 meter tulis 360. 2. Bila belum bisa terlihat maka maju 2 meter tulis 260, bila belum terlihat maju 1 meter tulis 160. Bila belum juga terlihat maka lakukan lambaikan tangan pada jarak 1 meter tulis 1300. Universitas Sumatera Utara 3. Lambaian tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah responden dapat melihat sinar senter tulis 1-.

2.3 Aktivitas Hidup

Dokumen yang terkait

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

5 63 86

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

9 80 88

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 12

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 4

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 2 25

2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia - Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 22

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia - Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 25

GAMBARAN AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI DAN GANGGUAN PENGLIHATAN PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANSIA DAN ANAK BALITA WILAYAH BINJAI DAN MEDAN

0 0 10