Penulisan Faktor Psikologis dalam Karya Sastra

21

G. Penulisan Faktor Psikologis dalam Karya Sastra

Nobel 2006: 33-41 memaparkan beberapa hal tentang cara membangun aksi dan ketegangan dalam karya sastra. Pertama, situasi diungkapkan menggunakan kalimat aktif sehingga cerita lebih berisi dan hidup. Kalimat aktif mengikat perhatian pembaca dengan kata kerjanya yang langsung dan lugas. Kalimat aktif diperlukan untuk menggerakkan situasi agar tempo cerita tidak jatuh. Kalimat pasif digunakan untuk mengubah tempo, mengulur dan memperpanjang narasi, atau untuk mengurangi penekanan pada aksi dan ketegangan. Kedua, untuk mempercepat situasi diperlukan kalimat yang pendek- pendek dan mengalir cepat, paragraf yang ringkas dan transisi atau peralihan yang tajam. Kalimat yang panjang dan paragraf yang tidak terputus menimbulkan gaya yang lebih santai. Dalam situasi tegang, apabila menggunakan kalimat dan paragraf yang panjang, maka akan cenderung mengurangi unsur ketegangannya. Ketiga, peralihan sudut pandang yang cepat sangat berguna dalam menata konflik karena ketegangan cerita dapat diceritakan dalam beberapa baris, kalimat, atau bahkan beberapa kata saja. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa kalimat yang pendek diperlukan dalam menggambarkan situasi tegang. Setiap peralihan sudut pandang akan menghadirkan persepsi baru. Dan, persepsi baru tersebut dapat digunakan untuk menciptakan konflik dengan persepsi yang terdapat dalam adegan atau bab sebelumnya. Dan keempat, bentuk dialog digunakan untuk mengucapkan kata-kata yang mengandung bahaya yang dekat, dampak menjadi lebih besar. Penggunaan 22 bentuk dialog dapat menjadikan lebih dramatis, khususnya jika digunakan untuk melukiskan emosi tertentu. Bukan berarti, narasi tidak dapat mencapai efek tersebut. Dengan narasi, diperlukan tulisan yang lebih panjang untuk memunculkan dampak serupa. Permasalahan emosi biasanya menggunakan bentuk dialog. Emosi merupakan bagian dari faktor psikologis. Dan, faktor psikologis merupakan salah satu cara untuk menentukan perwatakan tokoh cerita. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Padmopuspito 1980: 15 bahwa perwatakan adalah lukisan image seseorang yang dapat dipandang dari segi fisik, psikis, dan sosiologis. Perwatakan tokoh melalui segi psikis psikologis dijelaskan Padmopuspito 1980: 15 yaitu dengan cara pengarang melukiskan watak pelaku melalui gejala-gejala pikiran, perasaan, dan kemauan pelaku. Kajian psikologi sastra meneliti perwatakan tokoh secara psikologis Endraswara, 2013: 96. Selanjutnya, karya fiksi psikologis menurut Minderop 2010: 53 merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu novel yang bergumul secara spiritual, emosional dan mental para tokoh dengan cara lebih banyak mengkaji perwatakan daripada mengkaji alur atau peristiwa. Salah satu unsur dalam karya psikologis yaitu emosi, dan dapat dikaji melalui perwatakan tokoh cerita. Maka penelitian ini difokuskan untuk mengkaji perwatakan tokoh utama dalam novel Kembang Kan ṭil karya Senggono. Hal tersebut dilakukan untuk mendeskripsikan lebih lanjut mengenai kecerdasan emosi tokoh utamanya, yaitu Hardjita. 23 Padmopuspito 1980: 16 menguraikan bahwa pengarang dapat melukiskan perwatakan tokoh dengan metode langsung, metode tidak langsung atau campuran keduanya. Metode langsung juga disebut metode analitik, yaitu pengarang secara langsung melukiskan watak tokoh dalam ceritanya. Sedangkan, metode tidak langsung juga disebut metode dramatik, yaitu pengarang melukiskan watak pelaku secara tidak langsung. Selanjutnya, Padmopuspito 1980: 16 juga menambahkan bahwa terdapat lima cara dramatik pelukisan watak tokoh secara tidak langsung. Cara dramatik pengarang yang dimaksudkan, yaitu: melukiskan keadaan tempat atau lingkungan pelaku, melukiskan jalan pikiran pelaku atau apa yang terlintas dalam ingatannya, dengan demikian memberi penerangan tentang diri pelaku, melukiskan perbuatan dan reaksi pelaku utama terhadap sekitarnya, melukiskan reaksi pelaku lain terhadap pelaku utama, dan menyajikan percakapan pelaku-pelaku lain terhadap pelaku utama. Faktor psikologis dapat digambarkan melalui teknik-teknik perwatakan secara umum seperti di atas, meskipun teknik tersebut seringkali berhubungan dengan segi fisik dan sosiologis. Selanjutnya, teknik langsung dan teknik tidak langsung dapat diterapkan dalam penelitian ini untuk menemukan data sesuai fokus permasalahan yang telah ditentukan. Permasalahan tersebut yaitu kecerdasan emosi tokoh utama dalam novel Kembang Kan ṭil karya Senggono. 24

H. Penelitian yang Relevan