1. Secara Teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
perkembangan ilmu hukum perdata khususnya untuk mengetahui Kedudukan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah Bank Pemerintah setelah menjadi Peseroan
Terbatas Persero. 2.
Dari segi Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pedoman bagi praktisi hukum dikalangan Perbankan, Instansi, Badan Pertanahan
Nasional BPN dan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, judul yang
penulis angkat mengenai Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Bank Pemerintah setelah menjadi PT Persero sepengetahuan penulis
belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Karena itu penelitian ini baik dari segi objek permasalahan, subtansi adalah asli dan dapat dipertanggung
jawabkan secara Akademis dan Ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan dan
pegangan teoretis. Kerangka teori merupakan susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis menjadi
Universitas Sumatera Utara
landasan, acuan dan pedoman untuk mencapai tujuan,
16
sedangkan teori adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan
suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris.
17
Teori hukum merefleksikan perjuangan hukum berada diantara tradisi dan kemajuan, stabilitas dan perubahan, kepastian dan keleluasaan. Sepanjang objek
hukum adalah menciptakan ketertiban, maka penekanannya diletakkan pada kebutuhan akan stabilitas dan kepastian. Pada umumnya teori-teori hukum dan para
ahli hukum cenderung untuk lebih menekannya pada stabilitas dari pada perubahan.
18
Pada tatanan ini jelas terlihat bahwa hukum yang mengatur pengadaan tanah mengabaikan rasa keadilan. Menandai fenomena tersebut dari segi ilmu hukum dapat
dikatakan bahwa tuntutan sosial yang dianggap pantas terisolasi oleh kekuasaan. Idealnya kepastian hukum secara fungsional merespon gagasan sosial yang memiliki
muatan keadilan, padahal hukum masyarakat satu instrumen keadilan.
19
Dilihat dari teori hukum, maka aturan-aturan hukum dan keputusan yang telah ditetapkan oleh pemerintah belum memenuhi konsepsi aturan-aturan hukum dan
keputusan, sehingga hukum terutama dalam Bidang Pengaturan Pemilikan dan Penguasaan Tanah dirasakan belum memenuhi tuntutan dari masyarakat yang hidup
pada era reformasi ini. Dengan demikian, konsep budaya hukum antara aparatur atau
16
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Adiyta Bakti, 2004, hal 72-73
17
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: CV. Mandar Maju, 1994, hal 27
18
W. Friedman, Legal Theory, Third Edition, London: Stevens dan Sons Limited, 1953, hal 37
19
Friedman, L.W., The Legal Sistem A Social Science Perspektive, New York: Russel Sage Foundation, 1975, hal 50
Universitas Sumatera Utara
pemerintah dengan masyarakat dalam rangka pengadaan tanah belum ada persepsi yang sama.
Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:
20
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta;
b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;
c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya
Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoretis, teori dalam suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman
mengenai suatu fenomena atau teori merupakan simpulan dari rangkaian sebagai fenomena menjadi sebuah penjelasan terutama tentang Kedududkan Sertipikat Hak
Milik Atas Tanah Bank Pemerintah yang telah berubah menjadi PT Persero. Adapun kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam
penelitian ini adalah teori kepastian hukum dimana teori kepastian hukum mengadung pengertian:
21
a. Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh dan perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan. b.
Berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenang-wenangan pemerintah karena adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui
apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu.
Sebuah teori harus diuji dengan menghadapkannya kepada fakta-fakta yang kemudian harus dapat menunjukkan kebenarannya. Teori kepastian hukum
20
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta:UI Press, 1981, hal 121
21
J.B Dayo Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994, hal 27
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan bahwa suatu pendaftaran tanah harus mempunyai kekuatan hukum yang pasti dengan segala akibatnya dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum.
22
Kepastian hukum adalah tujuan utama dari hukum.
23
Menurut Hans Kelsen, setiap tata kaedah hukum merupakan suatu susunan dari pada kaedah-kaedah
stufenbau. Di puncak stufenbau tersebut terdapat grundnorm atau kaedah dasar atau kaedah fundamental, yang merupakan hasil pemikiran secara yuridis.
24
Tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan recht gerechtigheid, kemanfaatan recht
sutilileit dan kepastian hukum recht szekerheid
25
. Dalam hal mewujudkan keadilan, menurut W. Friedman, suatu Undang-Undang haruslah memberikan keadilan yang
sama kepada semua walaupun terdapat perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut.
26
Roscoe Pond dalam bukunya Scope and Purpose of Sociological Jurisprudence,
27
22
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rieneka Cipta, 1995, hal 49
menyebutkan ada beberapa kepentingan yang harus mendapat perlindungan atau dilindungi oleh hukum, yaitu Pertama; kepentingan terhadap
Negara sebagai suatu badan yuridis; Kedua, kepentingan Negara sebagai penjaga kepentingan sosial; Ketiga, kepentingan terhadap perseorangan terdiri dari pribadi,
hubungan-hubungan domestik, kepentingan substansi. Dari pendapat Roscoe Pond tersebut, dapat dilihat bahwa sangat diperlukannya suatu perlindungan hukum
23
J.B. Daiyo, Pengantar Ilmu Hukum, Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: PT. Prennahlindo, 2001, hal 120.
24
Ibid, .hal. 127
25
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Jakarta: PT. Gunung Agung Tbk, 2002, hal 85.
26
W. Friendman, Tori dan Filsafat Hukum dalam Buku Telaah Kritis atas Teori-Teori Hukum, diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhammad Arifin, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1993, hal 7
27
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hal 298.
Universitas Sumatera Utara
terhadap kepentingan perseorangan, karena adanya kepastian hukum akan tercipta suatu keadilan.
Menurut Satjipto Rahardjo, kepastian hukum merupakan fenomena psikologi dari pada hukum. Kepastian hukum bukan hanya berupa Pasal-Pasal dalam Undang-
Undang melainkan juga adanya konsistensi dalam Putusan Hakim yang satu dengan yang lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.
Teori kepastian hukum digunakan dalam rangka perlindungan hak-hak atas kepemilikan sertipikat tanah sehingga sangat penting hukum ditempatkan dan diakui
sebagai suatu gejala historikal, keputusan-keputusan pemerintah dalam pemberian hak atas tanah merupakan perbuatan hukum dalam rangka pembuktian dimasa yang
akan datang yang memberikan kepastian hukum terhadap subyek hukum yang berhak atas kepemilikan tanah yang dengan memiliki alat bukti yang kuat seperti yang
dinyatakan dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c, dan Pasal 23 ayat 2 UUPA serta Pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
“Seripikat merupakan tanda bukti yang kuat dalam arti bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum didalamnya
harus diterima sebagai data yang benar. Sudah tentu data fisik maupun data yuridis yang tercantum dalam bahasa sertipikat harus sesuai dengan data yang
tercantum dalam buku tanah dan surat ukur yang bersangkutan, karena data itu diambil dari buku tanah dan surat ukur tersebut.”
Menurut Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, menyebutkan Hak Atas Tanah adalah hak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada dua macam sertipikat yaitu:
a. Sertipikat hak atas tanah, dan
Universitas Sumatera Utara
b. Sertipikat yang ada hubungan dengan hak atas tanah yakni sertipikat Hak Pengelolaan, Tanah Wakaf, Hak Tanggungan, dan Hak Milik atas Satuan Rumah
Susun. Secara garis besar menurut Soedjono Dirdjosisworo fungsi hukum dapat
diklasifikasikan dalam empat tahap, yaitu:
28
a. Fungsi hukum sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hal ini
dimungkinkan karena sifat dan watak hukum yang memberi pedoman dan petunjuk tentang bagaimana prilaku dalam masyarakat. Menunjukkan mana yang
baik dan mana yang tercela melalui norma-normanya yang mengatur perintah- perintah ataupun larangan-larangan, sedemikian rupa sehingga warga masyarakat
diberi petunjuk untuk bertingkah laku.
b. Fungsi hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir bathin.
Hukum dengan sifat watak yang antara lain saling mengikat baik Fisik maupun Psikologis. Daya mengikat dan bila perlu memaksa ini adalah watak hukum yang
menangani kasus-kasus nyata dan memberi keadilan dan menghukum yang bersalah.
c. Fungsi hukum sebagai sarana penggerak pembangunan. Salah satu daya mengikat
dan memaksa dari hukum juga dapat dimanfaatkan dan didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan. Hukum sebagai sarana pembangunan merupakan
alat bagi otoritas untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih maju.
d. Fungsi kritis dari hukum, dewasa ini sedang berkembang suatu pandangan bahwa
hukum mempunyai fungsi kritis, yaitu daya kerja hukum tidak semata-mata melakukan pengawasan pada aparatur pengawasan, pada aparatur pemerintah
petugas dan aparatur penegak hukum termasuk didalamnya.
e. Fungsi hukum untuk mewujudkan kepastian hukum atas hak kepemilikan.
Hak milik adalah hak turun temurun yang dapat dipunyai seseorang atas tanah, dengan kewenangan yang luas bagi pemilik tersebut untuk menguasai,
mengelola dan memilikinya, dengan batasan ketentuan fungsi sosial dari kepemilikan tanah tersebut. Melalui keleluasaan kewenangan dan kekuasaan pemilik hak tersebut,
28
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, hal 154-155
Universitas Sumatera Utara
maka hak milik atas tanah dapat beralih dan dialihkan serta dijadikan tanggunganjaminan utang kepada pihak lain.
29
Konsep hak atas tanah yang terdapat dalam hukum Agrarian Nasional membagi hak-hak atas tanah dalam dua bentuk:
30
a. Hak-hak atas tanah yang bersifat Primer yaitu hak-hak atas tanah yang dapat
dimiliki atau dikuasai Negara secara langsung oleh seorang atau Badan Hukum yang mempunyai waktu lama dan dapat dipindah tangankan kepada orang lain atau
ahli warisnya seperti Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai.
b. Hak-hak atas tanah yang bersifat Sekunder yaitu hak-hak atas tanah yang bersifat
sementara seperti Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, dan Hak Menyewa atas tanah.
Dari berbagai macam hak atas tanah tersebut, hak milik merupakan satu- satunya hak primer yang mempunyai kedudukan paling kuat dibanding dengan hak
lainnya. Hal ini dipertegas dalam ketentuan Pasal 20 ayat 1 UUPA yang berbunyi : “ Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat, terpenuh, yang dapat dipunyai orang
atas tanah dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6 UUPA.” Turun Temurun artinya hak milik atas tanah dapat berlangsung terus selama
pemiliknya masih hidup dan abila pemiliknya meninggal dunia, maka hak miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya sepanjang memenuhi syarat sebagai subjek hak
milik. Terkuat artinya hak milik atas tanah lebih kuat dibandingkan hak atas tanah lainnya, tidak mempunyai batas waktu tertentu, mudah dipertahankan, dari gangguan
pihak lain dan tidak mudah hapus. Terpenuhi artinya hak milik atas tanah memberikan wewenang kepada pemiliknya lebih luas dibanding dengan hak atas
29
Eko Yulian Isnur, Tata cara Mengurus Segala Macam Surat Rumah dan Tanah, Jakarta: Buku Seru, 2012, hal 9
30
Supriadi, Hukum Agraria, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hal 64
Universitas Sumatera Utara
tanah lainnya, dapat menjadi induk bagi hak atas tanah yang lain, dan penggunaan tanahnya lebih luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain.
31
Mengenai keabsahan dan kehalalan hak milik, telah dikenal dua asas yang Pertama asas Nemo Plus Juris Transfere Potest Ipse Habel yang artinya tidak
seorangpun dapat mengalihkan atau memberikan sesuatu kepada orang lain melebihi hak miliknya atau apa yang dia punyai. Kedua, asas Nemo Sibi Ipse Causam
Possessionis Mutare Potest, artinya tidak seorangpun mengubah bagi dirinya atau kepentingan pihak sendiri, tujuan dari penggunaan objek.
32
Kedua asas itu semakin mengukuhkan kekuatan sifat terkuat dan terpenuh hak milik atas tanah, kewenangan yang luas dari pemiliknya untuk mengadakan tindakan-
tindakan di atas tanah hak miliknya, kekuatan pemiliknya untuk selalu dapat mempertahankan hak miliknya dari gangguan pihak lain dan segala keistimewaan
dari hak milik mempunyai nilai keabsahan dan kehalalan yang dijamin kedua asas itu. Dan mengenai jaminan perlindungan kepastian hukumnya bagi pemiliknya terdapat
penegasan dalam mekanisme yang dinamakan pendaftaran tanah atau Recht Kadaster, karena melalui mekanisme ini akan dapat dibuktikan jenis hak atas tanah,
pemegang hak, keterangan fisik tentang tanah, beban diatas tanah, peristiwa hukum yang terjadi atas tanah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN, terhadap Perusahaan Perseroan berlaku segala ketentuan dan
31
Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak atas Tanah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal 10
32
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal 8
Universitas Sumatera Utara
prinsip-prinsip yang berlaku bagi Perseroan Terbatas, sedangkan Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang hanya dapat mempunyai tanah dengan Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan, atau Hak Pakai. Jadi dengan berubahnya bentuk Badan Hukum Bank Pemerintah menjadi PT persero berdasarkan Akta Pendirian yang dibuat oleh
dan di hadapan Notaris mempunyai konsekuensi logis bahwa PT pesero dimaksud harus tunduk kepada ketentuan yang mengatur tentang perseroan.
Pada prinsipnya hanya Warga Negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik, namun oleh pemerintah badan-badan hukum tertentu dapat mempunyai hak
milik atas tanahatau rumah beserta persyaratannya. Sertipikat bukti kepemilikan hak atas tanah diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional BPN, melalaui proses
pendaftaran tanah yang sebelumnya sudah dilaksanakan, dengan demikian untuk mendapatkan bukti hak atas tanah maka harus melalaui proses pendaftaran tanah di
BPN yang secara hierarkis di tingkat Kabupaten atau Kota lebih dikenal dengan Kantor Pertanahan. Penerbitan bukti kepemilikan hak atas tanah merupakan bagian
dari proses pendaftaran tanah, yang dijalankan oleh Kantor Pertanahan dimana tanah yang dimohonkan atau didaftarkan itu berada dalam keadaan baik dan tidak ada
sengketa. Tanah hak mengandung unsur keperdataan, aspek yang menonjol adalah
aspek hubungan hukum orang dengan tanah. Secara Inplisit Undang-Undang Pokok Agraria UUPA membedakan dua kelompok Hak atas tanah, kelompok pertama
Universitas Sumatera Utara
adalah Hak Milik, sedangkan kedua Hak Guna Usaha HGU, Hak Guna Bangunan HGB, Hak Pakai HP.
33
Undang-Undang Pokok Agraria mengandung prinsip Nasionalitas yang dituangkan dalam Pasal 21 yang menyebutkan:
a. Hanya warga Negara Indonesia dapat mempunyai hak milik.
b. Oleh Pemerintah ditetapkan Badan-Badan Hukum yang dapat mempunyai hak
milik dengan syarat-syarat. c.
Orang asing yang sesudah berlakunya Undang-Undang ini memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan,
demikian pula Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah berlakunya undang-undang ini kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan
hak itu didalam jangka waktu 1 satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegaraan itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau hak
milik itu tidak dilepas maka hak tersebut hapus karena hukum dan tanahnya jatuh pada negara dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya
tetap berlangsung. d.
Selama seseorang disamping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan Asing, maka ia tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik
dan baginya berlaku ketentuan dalam ayat 3 dalam Pasal ini. Menurut Soedikno Mertukusumo, wewenang yang dipunyai oleh pemegang
hak atas tanah terhadap tanahnya dibagi menjadi 2 yaitu:
34
33
Ibid hal 146
Universitas Sumatera Utara
a. Wewenang Umum
Wewenang yang bersifat umum, yaitu pemegang hak atas tanah yang mempunayai wewenang untuk menggunakan tanahnya, termasuk juga tubuh bumi, air dan ruang
yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang lagsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA dan peraturan-peraturan hukum yang lebih tinggi
b. Wewenang Khusus
Wewenang yang bersifat khusus yaitu pemegang hak atas tanah memiliki wewenang untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan macam hak atas tanahnya,
misalnya wewenang pada tanah hak milik adalah dapat untuk kepentingan pertanian danatau mendirikan bangunan atas tanah yang bukan miliknya,
wewenang pada tanah hak guna usaha adalah menggunakan haknya untuk kepentingan usaha dibidang pertanian, peternakan, dan perkebunan.
Badan hukum yang boleh memiliki hak atas tanah yang berstatus Hak Milik
adalah Badan-Badan Hukum perbankan, kenegaraan, perkumpulan koperasi, badan hukum sosial dan keagamaan. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang hanya
dapat mempunyai tanah dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, atau Hak Pakai. Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur terjadinya Hak Guna
Bangunan atau Hak Pakai atas tanah hak milik adalah: a.
Pasal 37 huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA yang berbunyi mengenai tanah milik karena perjanjian yang berbentuk otentik antara pemilik
tanah yang bersangkutan dengan pihak yang akan memperoleh hak guna bangunan itu, bermaksud menimbulkan hak tersebut.
b. Pasal 41 ayat 1 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 1960 UUPA yang berbunyi
Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan danatau tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain yang memberi wewenang dan kewajiban
yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan
perjanjian sewa meyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan undang-undang ini.
34
Soedikno Mertukusumo, Hukum dan Politik Agraria, Jakarta: Karunika- Universitas Terbuka, 1988, hal 445
Universitas Sumatera Utara
c. Pasal 24 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 yang berbunyi Hak
Guna Bangunan atas Tanah Hak Milik terjadi dengan pemberian oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah.
d. Pasal 44 ayat 1 Peraturan Pemerntah Nomor 40 Tahun 1996 yang berbunyi Hak
Pakai atas tanah Hak Milik terjadi dengan pemberian tanah oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT.
e. Pasal 44 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang berbunyi
pembebasan hak tangungan pada hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, pembebanan hak guna bangunan, hak pakai dan hak sewa untuk banguanan
atas hak milik, dan pembebasan lain pada hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang ditentukan dengan peraturan perundang-undangan, dapat
didaftar jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Konsepsi