0,225 p 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak adanya perbedaan nilai House Index HI pada kelompok tanpa atraktan. Terjadi kenaikan Angka Bebas Jentik
ABJ sebesar 3,30 dengan nilai nilai p 0,225 p 0,05 sehingga tidak adanya perbedaan nilai ABJ pada kelompok tanpa atraktan kontrol.
Hal ini disebabkan dengan memakai ovitrap pengendalian terhadap nyamuk Aedes aegypti dapat membantu dalam menurunkan container yang positif ada jentik.
Keadaan ini sesuai dengan pendapat Sayono 2008 yaitu salah satu cara pengendalian nyamuk Aedes aegypti yang berhasil menurunkan densitas vektor
adalah penggunaan perangkap telur ovitrap. Tetapi ovitrap tanpa atraktan hanya bias menurunkan Container Index CI saja tetapi tidak untuk House Index HI dan
Angka Bebas jentik ABJ. Hal ini memungkinkan kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti akan bertambah. Hal ini sesuai dengan Sari 2012 yang mengutip dari WHO,
kepadatan nyamuk dikatakan tinggi dan berisiko tinggi untuk penularan DBD jika HI dan CI
≥5 serta nilai BI ≥20. Sedangkan ABJ menurut standar nasional adalah ≥ 95. Tingginya kepadatan populasi nyamuk akan mempengaruhi distribusi
penyebaran penyakit DBD.
5.3 Pengaruh Modifikasi Ovitrap Air Rendaman Jerami terhadap Kepadatan
Nyamuk Aedes aegypti pada Container Index CI, House Index HI dan
Angka Bebas Jentik ABJ
Pada pengamatan sebelum dilakukan perlakuan modifikasi ovitrap air rendaman jerami rata-rata kepadatan nyamuk Aedes aegypti pada Container Index
CI sebesar 20,33 , House Index HI sebesar 57,80 , dan Angka Bebas Jentik
Universitas Sumatera Utara
ABJ ditemukan sebesar 42,20 . Kontainer yang paling banyak ditemukan adalah ember dan bak mandi. Jenis kontainer tersebut paling banyak ditemukan karena rata-
rata responden menggunakan ember dan bak mandi untuk menampung air sebagai tempat persediaan air bersih. Beberapa responden juga menggunakan ember untuk
menampung air hujan sebagai persediaan air jika dari PDAM mati. Di pekarangan beberapa rumah responden juga ditemukan ember bekas yang sudah tidak terpakai
lagi. Menurut Supartha dalam Auda 2010 nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat- tempat penampungan air bersih tidak beralaskan tanah.
Kontainer tersebut menjadi tempat perindukan nyamuk karena bak mandi dan ember yang digunakan responden sebagai tempat untuk menampung air dan letaknya
di kamar mandi yang kelembabannya sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk karena suhu optimum pertumbuhan nyamuk adalah 25
C-27 C Suroso, 2000. Hal
ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang jarang menguras dan membersihkan bak mandi dan ember yang digunakan sebagai wadah penampung air
bersih. Hasil pengamatan setelah perlakuan modifikasi ovitrap air rendaman jerami
didapatkan rata-rata kepadatan nyamuk Aedes aegypti pada Container index CI sebesar 60,3, House Index HI sebesar 34,43 serta Angka Bebas Jentik ABJ
sebesar 65,56. Pada perlakuan ini nilai HI dan ABJ ini belum mencapai target yang telah
ditetapkan Depkes RI melalui Ditjen PPPL yang menunjukkan bahwa target ABJ sebesar 95 dan HI sebesar 5 Ditjen PPPL, 2009. Hal ini dimungkinkan karena
Universitas Sumatera Utara
singkatnya waktu pemberian perlakuan yaitu hanya 3 minggu sehingga tidak terjadi pemutusan siklus perkembangan nyamuk. Menurut Foster 2002 penggunaan ovitrap
selama empat minggu berturut-turut menyebabkan proses regenerasi nyamuk Aedes sp selama dua kali siklus terputus. Hal ini terjadi karena satu siklus regenerasi
nyamuk dari telur menjadi larva, lalu pupa dan muncul nyamuk muda membutuhkan waktu sekitar 14 hari atau dua minggu Seekor nyamuk betina dapat bertahan hidup
hingga 8 minggu, dan mengalami 4 – 6 kali masa bertelur. Berdasarkan uji perbedaan diperoleh bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata
pada Container Index CI, House Index HI, dan Angka Bebas Jentik ABJ. Hasil yang didapat terjadi penurunan Container Index CI pada kelompok air rendaman
jerami sebesar 14,3 dengan nilai p 0,006 p 0,05 sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh pemberian modifikasi ovitrap air rendaman jerami terhadap nilai
Container Index CI. Hasil yang didapat terjadi penurunan House Index HI sebesar 23,36 dengan nilai p 0,007 p 0,05 sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh
pemberian modifikasi ovitrap air rendaman jerami terhadap House Index HI. Kenaikan Angka Bebas Jentik ABJ sebesar 23,36 dengan nilai p 0,007 p 0,05
sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh pemberian modifikasi ovitrap air rendaman jerami terhadap nilai Angka Bebas Jentik ABJ.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayono 2008 yang menyatakan untuk menarik penciuman nyamuk datang ke ovitrap yang telah
dimodifikasi digunakan atraktan yaitu air rendaman jerami 10 . Hasil ini sesuai dengan penelitian Polson 2002 dan Santos 2003 menyimpulkan bahwa konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
10 menghasilkan telur terperangkap paling banyak daripada air biasa tap water. Air rendaman jerami menghasilkan senyawa-senyawa CO2, ammonia, dan octenol
yang mudah dikenali dan merangsang saraf penciuman nyamuk dan dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku, memonitor atau menurunkan populasi nyamuk secara
langsung Sayono, 2008. CO2 dan Ammonia suatu senyawa yang terbukti mempengaruhi saraf penciuman nyamuk Aedes aegypti.
5.4. Pengaruh Modifikasi Ovitrap Air Rendaman Cabai Merah terhadap