5.6. Pengaruh Empat Perlakuan Modifikasi Ovitrap Air Rendaman Jerami,
Cabai Merah, Gula dan Ragi Roti terhadap Container Index CI, House
Index HI, dan Angka Bebas Jentik ABJ
Penelitian modifikasi ovitrap dilakukan menggunakan atraktan. Atraktan adalah sesuatu yang memiliki daya tarik terhadap serangga nyamuk baik secara
kimiawi maupun visual fisik. Atraktan dari bahan kimia dapat berupa senyawa ammonia, CO2, asam laktat, octenol, dan asam lemak. Zat atau senyawa tersebut
berasal dari bahan organik atau merupakan hasil proses metabolisme mahluk hidup, termasuk manusia. Atraktan fisika dapat berupa getaran suara dan warna, baik warna
tempat atau cahaya. Atraktan dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku, memonitor atau menurunkan populasi nyamuk secara langsung, tanpa menyebabkan
cedera bagi binatang lain dan manusia, dan tidak meninggalkan residu pada makanan atau bahan pangan. Efektifitas penggunaannya membutuhkan pengetahuan prinsip-
prinsip dasar biologi serangga. Serangga menggunakan petanda kimia semiochemicals yang berbeda untuk mengirim pesan.
Hasil analisis untuk melihat perbedaan Container Index CI, House index HI dan Angka Bebas Jentik ABJ antara 4 empat kelompok setelah perlakuan
menunjukkan bahwa nilai p 0.0001 p 0.05 artinya Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai Container Index CI, House index HI dan
Angka Bebas Jentik ABJ antara 4 empat kelompok setelah perlakuan modifikasi ovitrap. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil Uji Anova
semua modifikasi ovitrap menggunakan atraktan air rendaman jerami, air rendaman cabai merah, air gula dan ragi roti serta ovitrap tanpa aktraktan memiliki perbedaan
Universitas Sumatera Utara
yang signifikan dalam menurunkan Container Index CI dan House index HI demikian juga dengan Angka Bebas jentik ABJ yang memiliki perbedaan
peningkatan yang signifikan Dalam penelitian ini modifikasi ovitrap dengan perlakuan menggunakan
atraktan air rendaman jerami, air rendaman cabai merah, air gula dan ragi roti serta tanpa aktraktan ini dirancang untuk menjadi tempat perindukan yang menarik bagi
nyamuk Aedes aegypti betina yang akan bertelur. Penggunaan Ovitrap dengan atraktan secara rutin dan berturut-turut dapat menyebabkan proses regenerasi nyamuk
Aedes aegypti akan terputus karena telur nyamuk yang diletakkan pada ovitrap tidak dapat berkembang biak karena diakhir setiap perlakuan air rendaman akan di buang
ke paritriol pembuangan air limbah rumah tangga dan sudah tentu telur nyamuk tidak bisa berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Air rendaman yang berasal dari bahan-bahan tersebut mengandung kadar CO2 dan Amonia yang cukup tinggi sehingga dapat menarik penciuman dan
mempengaruhi nyamuk dalam memilih tempat bertelur. Senyawa tersebut dihasilkan dari proses fermentasi zat organic atau merupakan hasil ekskresi proses metabolisme.
ACE, 2003. Sistem reseptor yang mengabaikan atau menyaring pesan pesan kimia yang tidak relevan disisi lain dapat mendeteksi pembawa zat dalam konsentrasi yang
sangat rendah. Deteksi suatu pesan kimia merangsang perilaku perilaku tak teramati yang sangat spesifik atau proses perkembangan. Weinzierl R, et al, 2005
Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam perkembangannya penggunaan ovitrap meningkat menjadi salah satu metode pengendalian vektor Aedes. Berbagai
Universitas Sumatera Utara
modifikasi dilakukan untuk meningkatkan produktifitas ovitrap. Salah satunya adalah memodifikasi ovitrap dengan diisi zat penarik penciuman atraktan yang dapat
mempengaruhi perilaku nyamuk dalam memilih tempat bertelur Sayono, 2008. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi, dkk
1998 yang menyatakan bahwa pemasangan ovitrap yang telah dimodifikasi dengan pemberian abate temephos dapat menurunkan angka Container Index CI sebesar
5,33 dan angka House Index HI sebesar 7,74 Sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas
modifikasi ovitrap dalam penurunan Container Index CI, House Index HI dan menaikkan Angka Bebas Jentik ABJ maka dilakukan tahapan uji statistik yang
dilakukan yaitu Uji ANOVA digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penurunan nilai Container Index CI, House Index HI, dan ada tidaknya perbedaan
peningkatan Angka Bebas Jentik ABJ dengan menggunakan beberapa jenis ovitrap dengan atraktan air rendaman jerami, air rendaman cabai merah, air gula dan ragi roti
serta tanpa aktraktan. Pada keempat perlakuan didapatkan nilai perbedaan Container Index CI
pada kelompok atraktan dengan kelompok modifikasi ovitrap air rendaman jerami dengan perbedaan rerata sebesar 11,17, pada kelompok tanpa atraktan dengan
kelompok modifikasi ovitrap air rendaman cabai merah perbedaan rerata sebesar 13,27, dan kelompok tanpa atraktan dengan kelompok modifikasi ovitrap air gula
dan ragi roti perbedaan rerata sebesar 11,13. Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa penurunan rata-rata pada modifikasi ovitrap air rendaman cabai pada Container Index
Universitas Sumatera Utara
CI lebih besar dibandingkan dengan pemberian perlakuan modifikasi ovitrap air rendaman jerami dan air gula dan ragi roti. Perbedaan rerata Container Index CI
menunjukkan perbedaan secara nyata dengan nilai p = 0,000 0,05 Pada keempat perlakuan didapatkan nilai perbedaan House Index HI pada
kelompok modifikasi ovitrap dengan atraktan air rendaman jerami dengan perbedaan rerata sebesar 23,36, pada kelompok tanpa atraktan dengan kelompok
modifikasi ovitrap air rendaman cabai merah perbedaan rerata sebesar 33,36, dan kelompok tanpa atraktan dengan kelompok modifikasi ovitrap air gula dan ragi roti
perbedaan rerata sebesar 18,9. Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa penurunan rata-rata House Index HI pada kelompok modifikasi ovitrap air rendaman cabai
merah lebih besar dibandingkan dengan perlakuan modifikasi ovitrap rendaman jerami dan air gula dan ragi roti. Perbedaan rerata House Index HI menunjukkan
perbedaan secara nyata dengan nilai p 0,000 p 0,05 Pada keempat perlakuan didapatkan nilai perbedaan terhadap peningkatan
Angka Bebas Jentik ABJ pada kelompok tanpa atraktan dengan kelompok modifikasi ovitrap air rendaman jerami dengan perbedaan rerata sebesar 23,36,
pada kelompok tanpa atraktan dengan kelompok modifikasi ovitrap air rendaman cabai merah perbedaan rerata sebesar 33,36, dan kelompok tanpa atraktan dengan
kelompok modifikasi ovitrap air gula dan ragi roti perbedaan rerata sebesar 18,9. Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan rata-rata pada kelompok
modifikasi ovitrap air rendaman cabai merah terhadap Angka Bebas Jentik ABJ lebih besar dibandingkan dengan pemberian perlakuan modifikasi ovitrap air
Universitas Sumatera Utara
rendaman jerami dan air gula dan ragi roti. Perbedaan rerata Angka Bebas Jentik ABJ menunjukkan perbedaan secara nyata dengan nilai p 0,000 p 0,05
Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa air rendaman cabai merah lebih efektif terhadap penurunan Container Index CI dan House Index HI serta
menaikkan nilai Angka Bebas Jentik ABJ dibandingkan atraktan lainnya dapat disebabkan karena kandungan CO
2,
dan asam laktat yang dihasilkan dari air rendaman cabai mampu menarik reseptor sensoris nyamuk Aedes aegypti lebih kuat
dibandingkan atraktan lain sehingga nyamuk betina Aedes aegypti tertarik untuk meletakkan telurnya pada ovitrap. Dari tiga perlakuan yang dilakukan, air rendaman
cabai merah terlihat lebih cepat membusuk, proses pembusukan ini menghasilkan gas Methan CH
4
. Yang akan segera teroksidasi menjadi CO
2
jika terkena cahaya matahari. Gas CO
2
yang terlepas akan mampu memengaruhi reseptor sensoris nyamuk Aedes aegypti. Hal ini sesuai dengan pendapat Weinzierl 2005 bahwa pada
jarak 7 – 30 meter nyamuk akan datang jika mencium gas CO2.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN