146
B. Pembahasan
Model pembelajaran kooperatif adalah model yang menekankan pada aktifitas diskusi kelompok, sedangkan tipe Two Stay Two Stray TSTS atau
Dua Tinggal Dua Bertamu lebih khusus lagi dengan adanya diskusi antar kelompok. Penelitian yang dilaksanakan sudah sesuai dengan prosedur dan
penggunaan model pembelajaran juga sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif TSTS.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu menguji validitas dan relibialitas soal tes materi prasyarat dan tes prestasi belajar. Uji
coba tersebut dilakukan di kelas IX SMP N 1 Botodayaan pada tanggal yang telah ditentukan. Hasil validitas untuk tes materi prasyarat dan tes prestasi
belajar akhir sesuai analisis data menunjukkan bahwa soal tes tersebut valid. Setelah dinyatakan valid, soal tersebut di uji reliabilitasnya, dan sesuai dengan
analisis data soal tersebut dinyatakan reliabel, sehingga soal-soal tersebut dapat langsung diberikan kepada subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP
N 1 Botodayaan. Langkah selanjutnya adalah pemberian tes materi prasyarat. Tes ini
diberikan di awal penelitian. Kemudian nilai tes materi prasyarat ini digunakan sebagai salah satu pedoman dalam pembagian kelompok.
Berdasarkan analisis nilai tes tersebut disimpulkan nilai rata-rata kelas adalah 76,03 dan masuk dalam kriteria Baik. Sehingga dapat disimpulkan tingkat
pemahaman siswa terhadap materi prasyarat memenuhi kriteria Baik.
147
Pada pertemuan berikutnya, peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray TSTS yang
sudah dipersiapkan. Meskipun dijumpai beberapa kendala pada saat penelitian, namun secara keseluruhan penelitian ini sudah berjalan dengan
baik dan lancar. Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam 4 kali pertemuan sesuai dengan yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam setiap pertemuan
tersebut peneliti mengambil data berupa nilai kelompok dan skor keaktifan masing-masing siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan
analisis data, nilai rata-rata masing-masing kelompok memenuhi kriteria Cukup, Baik dan Sangat Baik. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran TSTS berlangsung dengan baik. Sedangkan untuk keaktifan siswa sesuai dengan analisis data pada
pertemuan I dan II, kriteria keaktifan skor rata-rata keaktifan siswa hanya memenuhi Rendah dan Sangat Rendah. Berdasarkan pengakuan beberapa
siswa, hal ini disebabkan karena mereka belum terlalu mengenal model pembelajaran semacam ini, sehingga masih membutuhkan adaptasi untuk
membiasakan diri dengan model pembelajaran TSTS ini. Namun kemudian skor keaktifan rata-rata yang diperoleh pada pertemuan III sudah lebih baik,
dan memenuhi kriteria Cukup. Kemudian pada pertemuan IV, rata-rata skor keaktifan siswa sudah memenuhi kriteria Tinggi. Hal ini membuktikan bahwa
siswa kelas VIII di SMP N 1 Botodayaan ini membutuhkan waktu untuk membiasakan diri dengan model pembelajaran lain selain model pembelajaran
ceramah. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran TSTS mampu
148
mengaktifkan siswa kelas VIII SMP N 1 Botodayaan, Gunungkidul, Yogyakarta.
Di akhir penelitian, peneliti mengadakan tes prestasi belajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
yang telah disampaikan oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran TSTS ini. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam tes ini
adalah 79,71 dan memenuhi kriteria Sangat Baik. Sedangkan berdasarkan KKM untuk mata pelajaran Matematika di SMP N 1 Botodayaan, 31 siswa
atau 91,18 dari jumlah siswa lulus KKM. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah memahami materi yang diajarkan oleh peneliti
selama penelitian berlangsung. Disamping itu, peneliti juga membandingkan hasil belajar siswa dengan hasil belajar siswa kelas VIII tahun ajaran
sebelumnya. Kelas VIII tahun ajaran sebelumnya mempunyai nilai rata-rata 67,4 dan memenuhi kriteria Baik. Sedangkan berdasarkan KKM, hanya ada 20
siswa saja yang lulus KKM. Hal ini semakin meyakinkan peneliti bahwa model pembelajaran kooperatif TSTS benar-benar berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Setelah penelitian berakhir, peneliti mengadakan wawancara singkat
dengan guru mata pelajaran Matematika di SMP N 1 Botodayaan, untuk mengetahui respon dan pendapat guru mengenai model pembelajaran TSTS
yang digunakan peneliti dalam menyampaikan materi Relasi. Sesuai dengan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa respon guru sangat positif.
149
Selain wawancara dengan guru, peneliti juga ingin mengetahui respon siswa dengan cara membagikan angket kepada siswa. Angket tersebut juga
berisi tentang respon siswa terhadap model pembelajaran TSTS. Analisis data angket menunjukkan bahwa respon siswa memenuhi kriteria Positif dan
Sangat Positif.
C. Kelemahan Penelitian