C. Propilenglikol
Propilenglikol biasanya digunakan sebagai antimikrobial preservatif, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, agen stabilitas, dan cosolvent.
Pemerian propilenglikol adalah jernih, tidak berwarna, kental, biasanya tidak berbau, dengan rasa manis, sedikit tajam seperti gliserol. Berfungsi sebagai
humektan pada konsentrasi sekitar 15 dari formula. Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95, gliserin, dan air, kelarutannya adalah 1 bagian
dalam 6 bagian eter. Tidak bercampur dengan minyak mineral, tetapi dapat terlarut dalam beberapa minyak esensial.Secara kimia stabil ketika dicampur
dengan etanol 95, gliserin, atau air, dan larutannya dapat disterilisasi dengan autoklaf Rowe, et al., 2009.
Gambar 3. Struktur propilenglikol Rowe, et al., 2009
D. Metil Paraben
Metil paraben umumnya digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam produk makanan, kosmetik , dan sediaan farmasi. Metil paraben dapat digunakan
sendiri ataupun dikombinasikan dengan paraben lain dan antimikroba lainnya. Metil paraben efektif pada rentang pH yang luas dan memiliki spektrum aktivitas
antimikroba yang luas. Efikasi dari metil paraben dapat ditingkatkan dengan penambahan propilenglikol 2-5 Rowe, et al., 2009.
Gambar 4. Struktur metil paraben Rowe, et al., 2009
E. Tanaman Petai Cina
Petai cina merupakan tumbuhan yang memiliki batang keras, dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda.
Bunganya berjambul warna putih, sedangkan buahnya mirip dengan buah petai Parkia speciosa tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih tipis. Buahnya termasuk
buah polong, berisi biji-biji kecil dengan jumlah yang cukup banyak. Petai cina hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut.
Perkembangbiakan petai cina bisa dilakukan dengan penyebaran biji dan stek batang Thomas, 2007.
Biji petai cina biasa digunakan sebagai obat cacingan, diabetes melitus, dan meningkatkan gairah seks. Daunnya biasa digunakan sebagai obat luka,
bengkak, dan tlusuben benda-benda yang masuk ke dalam daging: kayu, bambu, dsb. Untuk obat luka dan bengkak cara pemakaiannya dengan menumbuk halus
daun petai cina atau dikunyah, kemudian ditempelkan pada bagian yang luka atau bengkak Thomas, 2007. Menurut Aye dan Adegun 2013 daun petai cina
mengandung saponin, alkaloid, dan flavonoid.
Klasifikasi tanaman petai cina yang diambil dari USDA 2013 adalah: Kingdom
: Plantae Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Leucaena Benth
Spesies : Leucaena leucocephala
Lam. de Wit.
F. Flavonoid
Flavonoid merupakan subkelas dari polifenol yang terdapat pada banyak tanaman. Ciri dari flavonoid adalah memiliki dua atau lebih cincin aromatik,
masing-masing memiliki setidaknya satu aromatik hidroksil dan terhubung dengan sebuah heterosiklik piran. Flavonoid dibagi menjadi beberapa subkelas,
yaitu flavanol, flavanon, flavon, isoflavon, flavonol, dan antosianidin. Beberapa flavonoid spesifik mempengaruhi sistem enzim yang terlibat dalam proses
peradangan, terutama tirosin dan serin-treonin protein kinase. Enzim ini terlibat dalam sinyal transduksi dan proses aktivasi sel seperti proliferasi sel T, aktivasi
limfosit B atau produksi sitokin oleh rangsangan monosit. Flavonoid juga menunjukkan efek pada proses sekresi dari sel-sel inflamasi. Beberapa flavonoid
seperti luteolin, kaempferol, apigenin, atau quercetin telah dilaporkan sebagai inhibitor dari b-glukuronidase dan pelepasan lisozim dari neutrofil. Flavonoid ini
secara signifikan menghambat pelepasan asam arakidonat dari membran, efek yang berkorelasi dengan degranulasi Lafuente, et al., 2009.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa molekul flavonoid memodulasi aktivitas enzim metabolisme asam arakidonat AA seperti
fosfolipase A2 PLA2, siklooksigenase COX dan lipoksigenase LOX serta memproduksi enzim oksida nitrat NO, oksida nitrat synthase NOS.
Penghambatan enzim ini mengurangi produksi AA, prostaglandin, leucotrienes, dan NO, yang merupakan mediator penting dari peradangan. Dengan demikian,
penghambatan enzim ini dengan flavonoids mungkin salah satu mekanisme yang paling penting dari aktivitas anti-inflamasi. Pelepasan asam arakidonat merupakan
titik awal untuk respon inflamasi umum. Asam arakidonat dilepaskan dari membran fosfolipid dalam sel oleh aksi PLA2, dan dimetabolisme oleh
siklooksigenase COX dan lipoxygenase LOX untuk jalur prostaglandin. Senyawa fenolik seperti flavonol dan polifenol yang ditemukan untuk
menghambat enzim ini, mengurangi pelepasan dan metabolisme asam arakidonat dan dengan demikian, mengurangi pembentukan mediator inflamasi Lafuente, et
al., 2009.
G. Inflamasi