7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pengobatan Mandiri
Menurut World Health Organization 1998, Pengobatan mandiri merupakan tindakan seseorang dalam memilih dan menggunakan obat-obatan
untuk mengobati gangguan kesehatan atau sakit. Salah satu keuntungan pengobatan mandiri adalah obat untuk mengatasi gangguan tersebut sering kali
memang sudah tersedia di rumah. Bagi orang yang tinggal di desa terpencil, belum adanya praktik dokter menjadi alasan masyarakat di desa untuk melakukan
pengobatan mandiri karena pengobatan mandiri akan menghemat banyak waktu dan biaya yang diperlukan untuk pergi ke kota mengunjungi seorang dokter Tan
dan Rahardja, 2010. Menurut Djunarko dan Hendrawati 2011 ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang melakukan pengobatan mandiri, antara lain sebagai berikut:
1. Mahal dan tidak terjangkaunya pelayanan kesehatan seperti biaya rumah sakit
dan berobat ke dokter, membuat masyarakat untuk mencari pengobatan yang lebih murah untuk penyakit yang relatif ringan.
2. Berkembangnya kesadaran masyarakat akan arti penting kesehatan bagi diri
sendiri dan keluarga karena mengingkatnya sistem informasi, pendidikan, dan kehidupan sosial ekonomi, sehingga meningkatkan pengetahuan untuk
melakukan swamedikasi.
8
3. Promosi obat bebas dan obat bebas terbatas yang gencar oleh pihak produsen
obat baik melalui media cetak maupun elektronik bahkan sampai beredar ke pelosok-pelosok desa.
4. Semakin tersebarnya distribusi obat melalui puskesmas dan warung obat desa
yang berperan dalam peningkatan pengenalan dan penggunaan obat, terutama obat tanpa resep dalam swamedikasi.
5. Kampanye pengobatan mandiri yang rasional di masyarakat mendukung
perkembangan farmasi komunitas. 6.
Semakin banyak obat yang dahulu termasuk obat keras dan harus diresepkan dokter, dalam perkembangan ilmu kefarmasian yang ditinjau dari khasiat dan
keamanan obat diubah menjadi obat tanpa resep seperti obat wajib apotek, obat bebas terbatas, dan obat bebas sehingga memperkaya pilihan masyarakat
terhadap obat. Menurut WHO 1998, hal-hal yang perlu diketahui sebelum melakukan
pengobatan mandiri antara lain mengetahui jenis obat yang dibutuhkan, mengetahui kegunaan dari tiap obat sehingga dapat mengevaluasi sendiri
perkembangan rasa sakitnya, menggunakan obat secara benar cara, aturan, lama pemakaian dan mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan pengobatan
mandiri yang kemudian segera minta pertolongan kepada petugas kesehatan. Pelaku pengobatan mandiri juga harus mengetahui dan memahami efek sanping
obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat serta harus
mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut terkait dengan
9
kondisi seseorang. Pelaku swamedikasi harus dapat memutuskan pilihan terapi yang tepat, perlu atau tidak diperiksakan ke dokter, perlu obat atau tidak, obat
tradisional ataukah obat tanpa resep yang akan digunakan untuk mengatasi gejala dan sebagainya Tan dan Rahardja, 2010.
B. Penggunaan Obat dalam Pengobatan Mandiri