Latar Belakang ``Menanam Air`` sebagai satu bentuk kegiatan Pastoral Lingkungan Hidup di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri.

5 tidak hanya ditujukan kepada manusia tetapi kepada semua makhluk yang telah Ia ciptakan. Solidaritas dan kepedulian Allah terhadap ciptaan-Nya dalam peristiwa penjelmaan, menjadi pegangan manusia untuk memperlakukan ciptaan yang lain secara baik. Sehubungan dengan hal itu, manusia harus melepaskan diri dari berbagai kelekatan seperti kekayaan dan kekuasaan bdk. Mat 6:19-21, yang sering dicapai dengan mengorbankan sesamanya atau makhluk ciptaan Tuhan yang lain” Nota Pastoral KWI, 2012: no 11. Melihat keprihatinan yang terjadi pada alam sekitar, sudah ada beberapa Gereja yang telah melakukan berbagai gerakan bagi kelestarian lingkungan hidup. Ditambah saat ini sudah muncul berbagai macam ajakan dari Gereja seperti adanya Nota Pastoral KWI, Arah Dasar KAS tahun 2011-2015 yang salah satu pilarnya berisikan tentang lingkungan hidup, serta seruan Bapa Paus Fransiskus yang mengeluarkan Ensiklik Laudato Si. Salah satu paroki yang mengupayakan gerakan untuk lingkungan hidup ialah Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri. Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri merupakan salah satu paroki yang ada di Keuskupan Agung Semarang KAS dan terletak di wilayah selatan Kabupaten Wonogiri. Keadaan alam di wilayah paroki ini merupakan bukit-bukit berbatu yang sangat tandus pada saat kemarau, sedangkan pada musim penghujan terdapat cukup air untuk bercocok tanam. Daerah Wonogiri akan terasa hijau saat musim penghujan karena banyak orang yang akan menanam padi, namun pada saat musim kemarau datang beberapa daerah di Wonogiri mengalami krisis air bersih sehingga air yang ada di sana tidak mampu mencukupi kebutuhan warga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Melihat keprihatinan tersebut, umat Paroki Baturetno mulai meningkatkan kepeduliannya akan lingkungan hidup khususnya mengenai masalah air sejak lima tahun yang lalu. Gerakan ini mulai muncul saat salah seorang umat yang baru pulang dari pertemuan di Klaten, mensharingkan mengenai krisis air yang terjadi. Beliau mengungkapkan bahwa untuk bisa memanen air maka kita harus menanam air. Cara yang digunakan untuk menanam air ialah dengan menanam pohon-pohon besar yang akarnya mampu mengikat air tanah yang cukup dalam dan membawanya ke permukaan. Jenis-jenis pohon yang diusulkan untuk ditaman adalah pohon yang serumpun dengan beringin seperti gayam, bereh dan tanaman-tanaman kuat yang mampu bertahan pada kondisi alam Wonogiri yang berbatu-batu. Gerakan menanam pohon ini dinamakan dengan gerakan “menanam air” karena manfaat yang didapatkan dari gerakan ini tidak langsung kita rasakan, namun baru kita rasakan setelah beberapa puluh tahun lagi. Beberapa usaha pastoral yang sudah dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran umat dan masyarakat ialah dengan pemutaran video mengenai sumber air dan lingkungan di daerah Wonogiri, bekerjasama dengan perangkat desa untuk saling memberi informasi dan mensosialisasikan gerakan “menanam air”, membuat tema-tema perayaan natal, paskah dan HUT paroki yang bernafaskan lingkungan hidup, serta mencari orang tua asuh untuk bibit pohon-pohon beringin yang akan ditanam. Usaha-usaha yang dilakukan mengalami banyak sekali kendala sehingga gerakan ini tidak bisa berjalan mulus. Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya: kurangnya pemahaman dan kesadaran umat akan pentingnya pohon 7 dalam kehidupan, ada beberapa bibit yang malah dijadikan bonsai, terbakar atau mungkin sengaja dibakar dan belum adanya data untuk orang tua asuh. Dari uraian yang telah disampaikan di atas mengenai keprihatinan akan keadaan saudara bersama kita yang sedang sakit yaitu bumi ini dan dengan dikeluarkannya ensiklik dari Paus Fransiskus serta menanggapi gerakan yang sedang dilakukan oleh umat di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri maka penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi sebagai berikut: “MENANAM AIR” SEBAGAI SATU BENTUK KEGIATAN PASTORAL LINGKUNGAN HIDUP DI PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO WONOGIRI. Penulis ingin mengajak pembaca untuk lebih peduli dengan alam sekitar dengan gerakan-gerakan peduli lingkungan yang dapat meringankan beban bumi kita yang semakin tua serta mampu menjaganya untuk anak cucu kita.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini akan dirumuskan sebagai berikut: 1. Sejauh mana kepedulian umat di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri terhadap keberadaan air bersih? 2. Kegiatan pastoral lingkungan hidup seperti apa yang tepat sasaran bagi gerakan “mananam air”? 3. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran umat akan pentingnya gerakan “menanam air? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam karya tulis ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengetahui tingkat kepedulian umat di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri akan keberadaan air bersih. 2. Mengetahui kegiatan pastoral lingkungan hidup yang tepat sasaran guna semakin mend ukung gerakan “menanam air” di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri. 3. Mengetahui cara meningkatkan kesadaran umat akan pentingnya gerakan “menanam air”.

D. Manfaat Penulisan

Melihat berbagai permasalahan yang terjadi sehubungan dengan lingkungan hidup, maka tulisan ini memberikan sedikit sumbangan bagi pihak- pihak yang terkait. Adapun manfaat penulisan karya tulis ini bagi pihak-pihak yang tekait ialah:

1. Bagi Penulis

Melalui karya tulis ini penulis belajar untuk semakin menyadari akan keadaan alam yang semakin memprihatinkan dan mengajak penulis untuk semakin menyadari akan pentingnya menghargai, mencintai, menjaga serta melestarikan lingkungan hidup yang ada di sekitar. Melalui tulisan ini penulis juga belajar untuk mencari bentuk-bentuk pastoral lingkungan hidup yang sesuai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 dengan keadaan yang ada di lapangan dan mengaplikasikannya di dalam tugas pastoral saya nantinya.

2. Bagi Umat di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri

Diharapkan dengan adanya karya tulis ini, umat semakin sadar akan lingkungannya dan mau terlibat aktif untuk mendukung gerakan “menanam air” serta memahami dan menghayati peran serta mereka dalam gerakan tersebut, sehingga mereka semakin menyadari pentingnya menghargai, mencintai, menjaga dan melestarikan alam sebagai sesama ciptaan Allah.

3. Bagi Pembaca

Diharapkan pembaca dapat mengetahui mengenai kerusakan dan betapa menderitanya alam sekitar kita. Mampu mengerakkan pembaca untuk berani melakukan suatu gerakan bagi pelestarian lingkungan hidup. Diharapkan pula pembaca dapat mengetahui mengenai gerakan pastoral lingkungan hidup “menanam air” dan semakin terinspirasi untuk membuat gerakan yang serupa. Selain itu agar pembaca semakin menghargai keberadaan alam ciptaan sebagai sesama ciptaan Allah.

E. Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan metode penelitian deskripsi analisis berdasarkan penelitian empirik dan kajian pustaka yang didukung dengan data penelitian kualitatif. Data diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pastor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 paroki, penggagas gerakan, orang tua asuh penanggungjawab penanaman dan perawatan pohon beringin, serta tokoh masyarakat yang terlibat dalam gerakan ini. Melalui data yang diperoleh, penulis akan menganalisis dan merumuskan sumbangan pemikiran pastoral yang sesuai untuk mendukung gerakan ini.

F. Sistematika Penulisan

Demi memperoleh gambaran yang jelas, penulis membagi pokok-pokok sistematika penulisan sebagai berikut: Pada bab I, penulis akan menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II akan membahas mengenai gerakan pastoral “menanam air” sebagai upaya pelestarian lingkungan dengan membahas dua pokok besar mengenai pastoral dan lingkungan hidup. Bab III terdiri dari tiga bagian yaitu gambaran umum mengenai Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri. Bagian kedua membahas mengenai penelitian yang dilakukan. Bagian ketiga berisi mengenai laporan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan. Bab IV membahas mengenai usulan program yang mampu mendukung kegiatan pastoral lingkungan hidup di paroki Santo Yusup Baturetno dan diharapkan agar program yang diusulkan semakin mampu mengajak umat untuk peduli akan gerakan “menanam air”. 11 Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian yaitu mengenai kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah dengan didukung data hasil penelitian dan bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada petugas pastoral di paroki.