Pastoral ``Menanam Air`` sebagai satu bentuk kegiatan Pastoral Lingkungan Hidup di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri.

16 kita dalam menjalankan pelayanan pastoral di tengah-tengah masyarakat. Dengan mengingat kedua sumber tersebut, maka dapat diartikan berpastoral merupakan tindakan dan komitmen untuk bekerjasama dengan Allah dan Yesus Kristus guna mewujudkan kehadiran Kerajaan Allah di tengah masyarakat sebagai komitmen yang mengalir dari perjumpaan secara personal dan intim dengan Allah dalam Yesus Kristus.

3. Gerakan Pastoral

Dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang tahun 2011-2015 disebutkan bahwa langkah pastoral yang akan ditempuh ialah pengembangan umat Allah terutama optimalisasi peran kaum awam, secara berkesinambungan dan terpadu dalam perwujudan iman di tengah masyarakat, pemberdayaan Kaum Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel KLMTD, serta pelestarian keutuhan ciptaan. Pada bagian pertama alinea ketiga dari arah dasar Keuskupan Agung Semarang telah dijabarkan mengenai fokus pelestarian lingkungan seperti berikut: Fokus pelestarian menunjuk pada keutuhan ciptaan. Ardas menegaskan komitmen umat Allah untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang mencakup pemulihan keadaan alam semesta sehingga terciptalah langit baru dan bumi baru ARDAS KAS, 2011-2015: alinea 3 Dalam hal ini, Keuskupan Agung Semarang tidak hanya ingin mengajak umat Allah untuk menghargai sesama, namun juga ingin mengajak umat agar lebih peduli pada alam ciptaan, sehingga gerakan pastoral yang ada tidak hanya terbatas pada sesama manusia namun juga pada sesama ciptaan Allah yaitu alam semesta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 Gerakan Pastoral di Keuskupan Agung Semarang tersebut sudah banyak diikuti oleh Gereja-Gereja yang ada di KAS. Beberapa paroki telah melakukan gerakan hijau di parokinya masing-masing seperti di Paroki Salam yang mulai memanfaatkan air hujan sebagai air minum, Paroki Kelor yang sedang giat- giatnya membudidayakan tanaman kelor dan membuat lahan di sekitar paroki menjadi lahan hijau. Paroki Baturetno juga telah melakukan gerakan pastoral lingkungan hidup dengan menanam pohon beringin yang merupakan sumber penyerap air tanah. Gerakan yang dilakukan oleh umat di Paroki Baturetno berawal dari keprihatinan mereka akan air bersih yang semakin berkurang dan semakin sulit didapatkan. Umat akhirnya mengusulkan kepada romo paroki untuk membuat suatu gerakan “menanam air”. Dalam gerakan ini umat terlibat aktif dan ikut berpartisipasi menjadi orang tua asuh bagi pohon beringin yang mereka bawa pulang. Melihat gerakan ini berasal dari umat, oleh umat dan untuk umat serta masyarakat maka penulis ingin mengupas lebih dalam mengenai gerakan “menanam air” dari narasumber sehingga semakin memahami kesulitan yang mereka hadapi serta mampu mengusahakan solusi bagi permasalahan yang ada. Gerakan-gerakan pastoral yang dilakukan di setiap paroki selain untuk mendukung gerakan ARDAS KAS 2011-2015 juga untuk ikut serta menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah umat dan masyarakat. Sekecil apapun gerakan pastoral yang berpusat pada lingkungan menjadi sarana untuk mewujudnyatakan Kerajaan Allah di tengah-tengah kita. Gerakan-gerakan itu mampu membuat sekitar kita menjadi tempat yang asri, aman dan nyaman untuk ditempati. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18

B. Lingkungan Hidup

Uraian yang kedua berisi mengenai pengertian lingkungan hidup, ruang lingkup lingkungan hidup, masalah lingkungan hidup dan pelestarian lingkungan hidup.

1. Pengertian Lingkungan Hidup

Menurut Piet Go pengertian lingkungan hidup secara umum ialah keseluruhan persyaratan kehidupan, khususnya bagi manusia, tetapi dilihat pula dari keterjalinan serta ketergantungan timbal balik antara makhluk-makhluk yang lain dengan ruang hidupnya. Untuk mengungkapkan lingkungan hidup yang dipahami sebagai pem ukiman itu dipakailah istilah Yunani “oikos” yang berarti rumah atau rumah tangga dan untuk ilmu yang membahas mengenai lingkungan hidup dipakailah istilah “ekologi”, yang merupakan ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan makhluk-makhluk terhadap lingkungannya Piet Go, 1989: 1. Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 2009, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain UU Lingkungan Hidup, 2009: pasal 1 ayat 1. Merujuk pada definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkungan hidup Indonesia merupakan kawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 dengan peranan strategis yang tinggi nilainya tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya Wikipedia, 18 Agustus 2015. Lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup, termasuk manusia, berupa benda, daya dan keadaan yang mempengaruhi kelangsungan makhluk hidup, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem yaitu unsur-unsur lingkungan hidup, baik yang hidup biotik seperti manusia, tumbuhan, hewan, maupun yang tidak hidup abiotik seperti tanah, air dan udara yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Manusia bersama dengan ciptaan yang lain merupakan bagian dari lingkungan hidup dan keduanya mempunyai hubungan timbal balik yang amat erat Nota Pastoral KWI, 2013: alinea 4. Dari beberapa pernyataan mengenai lingkungan hidup di atas bisa kita simpulkan bahwa lingkungan hidup merupakan semua aspek kehidupan yang ada di sekitar kita baik berupa benda hidup dan tidak hidup, keadaan alam yang mempengaruhi kelangsungan hidup secara langsung maupun tidak langsung.

2. Ruang Lingkup Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup memiliki ruang lingkup tersendiri yang terdiri dalam ekosistem yaitu unsur-unsur lingkungan hidup, baik yang hidup biotik seperti manusia, tumbuhan, hewan, maupun yang tidak hidup abiotik seperti tanah, air dan udara yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 1997, ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Menurut Piet Go satuan lingkungan hidup disebut “ekosistem”. Ekosistem manusia bukanlah melulu “alam murni”, melainkan sudah diolah menjadi kebudayaan dan peradaban. Ekosistem manusia dibagi dalam dua lingkup yaitu lingkungan primer biosper yang terdiri dari udara, air, gas, mineral, flora dan fauna. Sedangakan lingkungan sekunder technosphere terdiri dari bangunan, mesin, industri, sistem informasi, lalu lintas dan sebagainya Piet Go, 1989: 15.

3. Masalah Lingkungan Hidup

Kerusakan dan masalah lingkungan hidup dapat terjadi karena adanya bencana alam gunung meletus, gempa bumi, tsunami ataupun akibat dari ulah manusia yang dapat menyebabkan kerusakan ekologis yang tidak dapat dipulihkan oleh alam serta dapat membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Masalah lingkungan hidup atau krisis ekologi sebenarnya lebih banyak disebabkan karena adanya kehancuran, kerusakan dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia yang ingin menguasai alam semesta Sonny Keraf, 2010: 26. 21 Menurut Sonny Keraf krisis dan bencana lingkungan hidup global dapat dibedakan ke dalam empat macam krisis dan bencana yaitu: pencemaran, kerusakan, kepunahan dan kekacauan iklim global. Maka untuk memperjelasnya kita akan membahasnya satu persatu.

a. Kerusakan Lingkungan Hidup

Yang termasuk dalam kerusakan lingkungan hidup ialah kerusakan hutan, kerusakan lapisan tanah, kerusakan terumbu karang dan kerusakan lapisan ozon. Kerusakan hutan yang terjadi di dunia awal abad ke-20 mencapai 5 milyar ha. Namun karena semakin luas hamparan hutan yang dirusak di berbagai belahan dunia maka diperkirakan luas hamparan hutan hanya tinggal 5 milyar ha, dengan perkiraan laju kerusakan mencapai 7 juta ha per tahun. Di Indonesia laju kerusakan hutan berkisar antara 2-3 juta ha per tahun yang disebabkan karena pembukaan hutan baik secara legal maupun ilegal yang terus meningkat sejak 20 tahun terakhir. Kerusakan hutan menyebabkan rusaknya lapisan tanah yang subur, hilang dan punahnya flora dan fauna, munculnya bencana banjir dan tanah longsor, hilangnya sumber mata air, serta kerusakan dan ganggunan ekosistem. Kerusakan terumbu karang juga meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan karena praktek pengeboman ikan, sedimentasi, pencemaran akibat limbah dari daratan, penambangan karang dan pencemaran laut oleh tumpahan minyak dari kapal. Ancaman terhadap terumbu karang juga terjadi akibat dari semakin tingginya suhu atau temperatur permukaan air laut yang merupakan gejala perubahan iklim global. Berdasar laporan Loke Ming Chou sekitar 40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan dan mengalami penurunan kualitas terumbu karang. Henning Steffen, tahun 2001 menyatakan terumbu karang Indonesia mengalami kerusakan hingga 90 dalam 5 tahun terakhir akibat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Dampak utama kerusakan terumbu karang adalah menurunnya populasi biota laut, menurunnya daya tarik wilayah objek wisata bahari, berkurangnya sumber mata pencaharian penduduk, hilangnya habitat ikan terumbu karang, selain itu hilangnya terumbu karang juga menyebabkan hilangnya peredam peningkatan suhu. Kerusakan lahan terjadi akibat rusaknya permukaan tanah, hal ini terjadi karena pola pertanian intensif dengan menggunakan pupuk kimia yang merusak lapisan tanah. Degradasi tanah yang terjadi di dunia mengalami peningkatan yang sangat pesat setiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan akan mengalami penggurunan di beberapa wilayah di Sumatra dan Jawa apabila degradasi tanah, penggunaan pupuk kimia semakin meningkat pesat. Sumatra dan Jawa merupakan dua pulau yang mengalami krisis lahan yang cukup tinggi akibat dari pertambangan dan pembukaan lahan yang dibiarkan begitu saja tanpa adanya pengembalian lahan seperti semula. Kerusakan lapisan ozon disebabkan oleh zat perusak berupa bahan kimia CFC dari media pendingin dan pendorong spray aerosol, bromin halocarbon, dan nitrogen oksida dari pupuk kimia. Rusaknya lapisan ozon menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, kerusakan flora dan fauna, gagal panen dan ancaman terhadap terhadap plankton sebagai makanan berbagai biota laut.