Table 4.5 Persentase kerusakan pada Gear Unit
No Komponen
Total downtime
menit Persentase
downtime Total
Downtime Kumulatif
Persentase Downtime
Kumulatif
1 Gear RL
330
47,82609
330 47.82609 2 Bush
138
20
468 67.82609
3 Shaft 85
12,31884
553 80.14493 4 Bearing
70
10,14493
623 90.28986 5 O-Ring
47
6,811594
670 97.10145 6 Oil
Seal 20
2,898551
690 100 Jumlah
690 100
Sumber Informasi : Hasil Pengolahan Data 2010, Lampiran C
Gambar 4.5 Diagram Pareto pada Gear Unit
4.2.2 Functional Block Diagram
Functional Block Diagram ini dibuat dengan tujuan agar lebih
memudahkan dalam mengidentifikasi kegagalan yang terjadi pada fungsi dan sistem kerja mesin. Rincian proses produksi pembuatan rak meja pada mesin
ANDI PTP-3013 sesuai dengan gambar 4.6, sebagai berikut :
particle board dalam laminasi yang dilakukan pelapisan dengan
menggunkan lem dan pemanas untuk membentuk sudut-sudut. Particle board melewati belt gardan sehingga dapat terbentuk particle board yang terlaminasi.
Particle board didalam pressing kemudian di potong serta disetting ukurannya
sesuai dengan pesanan. particle board
kemudian ditarik dengan gear unit dan melewati spacer. Setelah itu menuju ke screw untuk ditransfer ke proses berikutnya. particle board
kemudian mengalami pemotongan dari board yang panjang menjadi board yang sesuai dengan spesifikasi. Proses pemotongan menggunakan cutter mechine
sehingga kerataan pada permukaan sama. Particel board kemudian dibawa ke storage dan siap dipacking. Gambar 4.6 menunjukkan proses produksi dan sistem
kerja pembuatan rak meja pada mesin Andi PTP-3013
Pressing Saw
Unit Tromol
Cutting assembly
Boring unit Gear unit
Spacer
Storage
Laminasi
Packing Particle
board
Gambar 4.6 Functional Block Diagram Mesin Andi PTP-3013
Mesin Andi Anderson Industrial corp. PTP 3013. mesin ini didatangkan dari taiwan pada tahun 2003. dan diletakkan pada unit III kayu agar dapat
meningkatkan kinerja produksi unit III yang sebelumya hanya menggunakan mesin Holzma dan Selco. Mesin Andi terdiri dari laminasi, pressing, saw unit,
spacer, boring unit ,
End economic dari mesin andi ptp-3013 yaitu 12 tahun.
4.2.3 Failure Modes and Effects Analysis FMEA
Failure Modes and Effect Analysis digunakan untuk mengidentifikasi
functions , functional failures, failure modes dan failure effect. Yang selanjutnya
dihitung nilai RPN atau Risk Priority Number berdasarkan pada perkalian severity, occurrence
dan detection. Penyusunan tabel FMEA dilakukan berdasarkan data fungsi komponen, laporan perawatan dan hasil wawancara
dengan operator dan mekanik. FMEA sering menjadi langkah awal dalam mempelajari keandalan sistem.
Kegiatan FMEA melibatkan banyak hal-seperti me-review berbagai komponen, rakitan, dan subsistem-untuk mengidentifikasi mode-mode kegagalannya,
penyebab kegagalannya, serta dampak kegagalan yang ditimbulkan. Untuk masing-masing komponen, berbagai mode kegagalan berikut dampaknya pada
sistem ditulis pada sebuah FMEA worksheet.
Tabel 4.6 Failure Modes and Effects Analysis pada Boring unit
RCM INFORMATION WORKSHEET Function Functional
Failure Failure Modes
cause of failure Failure effect what happen if it failure
S O D
RPN
1
Memutar spindle agar mata bor ikut
berputar
A Tidak mampu
membuat lubang
1 Belt gardan Boring unit lepas
Belt gardan lepas dan boring tidak berjalan sehingga proses produksi berhenti.
Downtime untuk mengembalikan ke kondisi normal 80 menit
6 3 5 90
2 Selenoid Valve tidak sesuai
letaknya Putaran belt gardan menjadi tidak stabil dan
mengakibatkan belt gardan putus. Downtime untuk mengembalikan ke kondisi
normal 90 menit 6 3
5 90
B Tidak mampu membentuk
hole 1 Locking Ring
tidak sesuai dengan letaknya
Locking Ring lepas dan mengakibatkan belt gardan berjalan tidak teratur. Downtime
untuk mengembalikan ke kondisi normal 10 menit
6 2 6 72
Sumber Informasi : Hasil Pengolahan Data 2010, Lampiran D Keterangan :
S : Severity O : Occurrence
D : Detection
Tabel 4.6 Failure Modes and Effects Analysis ini terdiri dari : 1.
Function digunakan untuk mendeskripsikan fungsi komponen yang sedang
dianalisa. 2.
Functional failure digunakan untuk menentukan kegagalan yang terjadi pada
komponen yang dianalisa sehingga komponen tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik.
3. Failure Modes
digunakan untuk mengidentifikasi penyebab dari kegagalan yang terjadi pada komponen yang dianalisa.
4. Failure Effects
digunakan untuk mengidentifkasi efek atau dampak yang diakibatkan oleh kegagalan fungsi komponen.
5. Severity
digunakan untuk menentukan rating seberapa besar dampak atau intensitas kejadian mempengaruhi output proses.
6. Occurrence
digunakan untuk menentukan rating sesering apa penyebab kegagalan spesifik dari suatu proyek tersebut terjadi.
7. Detection
digunakan untuk menentukan rating penilaian dari kemungkinan suatu alat dapat mendeteksi penyebab terjadinya bentuk kegagalan.
8. Risk Priority Number
digunakan untuk menentukan angka prioritas resiko yang didapatkan dari perkalian severity, occurrence dan detection dengan
rumus RPN = S x O x D Untuk tabel yang selanjutnya dapat dilihat pada lampiran D
4.2.4 RCM II Decision Worksheet