44
dari beberapa suku yakni Jawa, China, dan sebagian kecil Batak serta Flores. Situasi budaya yang sangat kuat adalah budaya Jawa.
Meskipun masyarakat yang ada di sekitar lingkungan St. Yohanes Pemandi ini kebanyakan pendatang yang terdiri dari berbagai macam suku juga
agama, hal ini tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk hidup bersama dengan baik. Mereka terlihat saling menyapa satu sama lain bahkan ibu-ibu dari macam-
macam suku, agama, dan budaya terlibat dalam PKK, arisan dan saling mengunjungi jika merayakan hari raya Idul Fitri maupun Natal. Ada rasa solider,
peka dan tenggang rasa diantara mereka. Masyarakat yang tinggal di lingkungan St. Yohanes Pemandi ini termasuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Profesi
masyarakat di lingkungan St. Yohanes Pemandi sebagian besar adalah wiraswasta dan sebagian kecil guru, pedagang, buruh dan pensiunan.
Masyarakat di sekitar lingkungan St. Yohanes Pemandi ini mempunyai karakter spontan, terus terang, ramah dan terbuka serta humoris. Mereka memakai
bahasa Indonesia dan Jawa dengan dialek Yogyakarta. Selain itu mereka juga mempunyai rasa kekeluargaan yang tinggi misalnya saja kerja bakti membersihkan
lingkungan dan saling menjenguk bila ada tetangga yang sakit. Demikianlah gambaran sekilas tentang situasi masyarakat yang ada di sekitar lingkungan St.
Yohanes Pemandi.
2. Letak dan Batas-Batas Geografis Paroki St. Albertus Agung Jetis
Paroki St Albertus Agung Jetis adalah salah satu Paroki di Kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta dan termasuk paroki yang berada di kota Daerah
Istimewa Yogyakarta. Paroki St. Albertus Agung Jetis terletak di Jalan AM. Sangaji
45
20 Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km
2.
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian Selatan Pulau Jawa. Bagian tengah berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Selain itu, wilayah
kecamatan Jetis sendiri Utara, Kecamatan Sewon, Timur, Kecamatan Imogiri, Selatan, Kecamatan Pundong, dan Barat Kecamatan Bantul. Lokasinya cukup aman
walaupun padat lalu-lintas tidak mengganggu umat melakukan kegiatan peribadatan.
3. Lingkungan St. Yohanes Pemandi
Lingkungan St. Yohanes Pemandi adalah daerah yang cukup padat penduduknya, dibandingkan dengan lingkungan yang lainnya. Jarak lingkungan ini
tidak terlalu jauh dari paroki St. Albertus Agung Jetis, sehingga umat dapat berjalan kaki menuju paroki jika tidak memiliki kendaraan atau transportasi. Jalan menuju
lingkungan ini cukup sempit, penuh dengan gang-gang, serta tembok-tembok bangunan sehingga kalau kendaraan lewat harus pelan-pelan atau turun dari
kendaraan guna tidak mengganggu warga yang lainnya. Umat lingkungan St. Yohanes Pemandi berada di tengah-tengah Mesjid dan mayoritas umat Islam.
Rumah-rumah di lingkungan St. Yohanes Pemandi sebagian cukup bagus, namun sebagian lagi sangat memprihatinkan, serta umat di lingkungan ini
belum sepenuhnya memiliki kamar mandi. Sejauh saya mendengar dari sharing beberapa umat, bahwa lingkungan ini dulu disebut sebagai lingkungan
”maling” yang sangat eksis di mata masyarakat, tetapi sekarang tidak ada lagi. Kebersihan
kurang diperhatikan oleh beberapa orang, sehingga masih terdapat sampah di sana- sini, namun ketertiban di daerah ini menjadi bagian dari kedua lingkungan yang
46
selalu diperhatikan karena adanya kesadaran dan tanggung jawab dari masyarakat atau warga setempat.
B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesetiaan ibu-ibu baik suka maupun duka dalam hidup berkeluarga dengan meneladani kesetiaan
Maria lewat hidup sehari-hari.
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilaksanakan di lingkungan St. Yohanes Pemandi paroki St. Albertus Agung Jetis, Yogyakarta,
adalah: a.
Mengetahui faktor pendukung dan penghambat ketidaksetiaan dalam hidup berumah tangga di lingkungan St. Yohanes Pemandi paroki St. Albertus Agung
Jetis, Yogyakarta. b.
Membantu pemahaman ibu-ibu mengenai kesetiaan Maria dalam hidup berkeluarga.
c. Memotivasi kualitas kesetiaan ibu-ibu St. Yohanes Pemandi dalam menjawab
panggilan Tuhan sebagai ibu-ibu keluarga Katolik yang sejati.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex post facto. Riduwan 2009 :50 mengutip pendapat Sugiyono bahwa penelitian ex post facto adalah suatu
penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian
47
melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survey dan wawancara dengan cara kualitatif. Menurut Riduwan 2009 :49 yang mengutip
pendapat Kerlinger bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang
diambil dari populasi tersebut. Wawancara ialah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi responden dalam
penelitian Afifuddin, 2009 :131. Sugiyono 2012 :54 mengatakan bahwa Snowball sampling adalah
tehnik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, dan lama kelaman menjadi banyak. Hal ini dilakukan karena jumlah data yang sedikit
belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka diulang lagi untuk mencari data yang secukupnya. Peneliti melakukan penelitian kembali dengan wawancara
seperti yang terlampir di halaman [2].
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di lingkungan St. Yohanes Pemandi paroki St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta, pada bulan Oktober 2012. Hal ini dilakukan
untuk memperoleh data ataupun gambaran mengenai penghayatan kaum ibu terhadap Maria sebagai inspirasi dalam hidup berkeluarga. Data selanjutnya akan
diolah demi mengetahui sejauhmana kaum ibu meneladani Maria.
48
5. Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu lingkungan St. Yohanes Pemandi paroki St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta, mulai dari rentang tahun
berkeluarga 2 sampai 40 tahun. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi Riduwan, 2009 :11.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling.
Purposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-
pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu Riduwan, 2009 :63. Populasi merupakan objek atau subjek yang
berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian Riduwan, 2009 :54. Populasi dalam penelitian ini adalah kaum ibu yang
ada di lingkungan St. Yohanes Pemandi paroki St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta, dengan jumlah 28 kepala keluarga sesuai dengan pendataan keluarga
tingkat Paroki.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dapat diwujudkan dalam benda misalnya: angket, daftar cocok, dan lain-lain. Menurut Arikunto
1990 :134 instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode
pengumpulan data. Untuk memperoleh data penelitian ini, penulis menggunakan skala Likert pengukuran sikap ditujukan kepada kaum ibu yang ada di lingkungan
St. Yohanes Pemandi. Skala pengukuran Likert akan membantu dalam menentukan
49
nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga lebih akurat Hasan, 2002 :70.
Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang. Bentuk
instrumen berupa pernyataan dan jawaban setiap kolom instrumen ini memiliki gradasi dari tertinggi sampai terendah yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata.
Instrumen penelitian ini menggunakan skala likert yang dibuat dalam bentuk checklist Hasan, 2002 :72. Skala Likert ini biasanya terdiri dari lima kategori
jawaban, antara lain: selalu, sering, ragu-ragu, kadang-kadang dan tidak pernah. Namun, dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan tiga kategori antara lain:
selalu, setuju dan kadang-kadang. Dengan model ini responden diminta untuk membubuhkan tanda check √ pada salah satu dari lima kemungkinan jawaban
yang tersedia Arikunto, 1990 :140-249. Dalam penelitian ini skala Likert dimodifikasikan menjadi tiga jawaban
dengan maksud untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat Hadi Sutrisno, 1990. Hal ini dikarenakan kategori netral mempunyai arti
ganda yaitu bisa diartikan belum dapat memutuskan atau diartikan sebagai ragu- ragu. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan memilih jawaban
yang netral terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.
Cara menghitung skor:
2 orang mengisi kolom yang menyatakan selalu Jumlah responden A N × 100 =
…
Keterangan :
A. Jumlah kolom yang dipilih oleh responden
50
N. Jumlah responden Maka: 2 70 × 100 = 2, 86
Skor setiap kolom nilainya 5 Riduan, 2009 :89.
7. Variabel Penelitian
Menurut Sutrisno 2007 :250 variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenis maupun dalam tingkatan. Aspek-aspek yang
akan diteliti sehubungan dengan kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu-ibu di lingkungan St. Yohanes Pemandi Paroki St. Albertus
Agung Jetis, Yogyakarta. Maka dari itu, penulis mengelompokkan variabel dalam penelitian ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel: I. Variabel Penelitian kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup keluarga N=20
No Variabel
No Item Jumlah
1 2
3 4
1 Pengetahuan akan kesetiaan Maria
1, 2, 3, 4, 5 5
2 Penghayatan kesetiaan Maria dengan
vosi 6, 7, 8, 9, 10
5
3 Kesetiaan Maria sebagai teladan dalam
hidup berkeluarga bagi ibu-ibu 11, 12, 13, 14
4
Jumlah Soal 14
51
Tabel: II Variabel Penelitian Ibu-ibu
No Variabel
Item Jumlah
1 2
3 4
1 Keluarga Katolik
15, 16, 17, 18, 19
5
2 Peranan ibu
20, 21, 22, 23, 24, 25
6
Jumlah Soal
11
C. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari 20 responden penelitian yaitu kaum ibu lingkungan St. Yohanes Pemandi paroki St. Albertus Agung Jetis, Yogyakarta, yang terdiri dari
28 kepala keluarga. Jumlah kuesioner yang peneliti sebarkan sebanyak 30 kuesioner. Usia perkawinan responden antara 3-15 tahun sebagai keluarga muda sebanyak 5
keluarga, sedang antara 16-25 sebanyak 10 keluarga, kategorial keluarga tua antara 26 sampai ke atas sebanyak 4 keluarga, sedangkan keluarga tunggal tidak punya
suami 1 keluarga. Jumlah keluarga di lingkungan St. Yohanes Pemandi Paroki St. Alertus Agung Jetis, Yogyakarta sesuai data tingkat paroki.
Dari jumlah tersebut, 20 orang yang mengembalikan kuesioner dari kuesioner yang sudah disebarkan oleh peneliti. Laporan penelitian akan disajikan
sesuai dengan urutan variabel penelitian yang tertera dalam Tabel I dan II yang terdiri dari: pengetahuan akan kesetiaan Maria, penghayatan kesetiaan Maria dengan
berdevosi dan kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu- ibu, sedangkan variabel tabel II yakni: keluarga Katolik dan peranan ibu.